Buletin Diagnosa Veteriner
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Buletin Diagnosa Veteriner by Author "Amaliah, Fitri"
Now showing 1 - 7 of 7
Results Per Page
Sort Options
- ItemAnalisa Patologi Anatomi terhadap Kasus Peritoneal Pericardial Diafragmaticahernia (PPDH) pada Kucing(Balai Besar Veteriner Maros, 2018) Wahyuni; Wirawan, Hadi Purnama; Amaliah, Fitri; Sukri; RamlanHernia diafragmatica merupakan kelaianan malformasi dari kucing maupun anjing yang dapat bersifat kongenital. Pada pengamatan patologi anatomi terlihat bahwa diafragma mengalami kelainan.Secara umum lesio kongesti dan yang menyertainya ditemukan pada pengamatan i pada jantung, paru-paru, hati, ginjal, limpa, linfonodus, dan otak.Lesio pada beberapa organ tersebut muncul akibat perpindahan saluran pencernaan dan sebagian hati ke dalam rongga thoraks karena adanya tekanan negatif.Oleh sebab itu jantung dan paru-paru tidak dapat bekerja normal yang memicu kematian akibat gagal jantung kongestif
- ItemGambaran Patologi Anatomi Babi Suspek African Swine Fever (ASF) di Kabupaten Manokwari Provinsi Papua Barat Tahun 2021(Perpustakaan Balai Besar Veteriner Maros, 2021) Muhiddin, ST Nurul Muslinah; Amaliah, Fitri; Supri; Wahyuni; Balai Besar Veteriner MarosAfrican Swine Fever (ASF) merupakan penyakit virus yang menyerang babi dengan kematian yang cukup tinggi dalam waktu singkat. ASF disebabkan oleh virus DNA untai ganda dari genus Asfivirus dan famili Asfarviridae. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran patologi anatomi babi yang mati mendadak dengan gejala ASF. Sampel organ diambil dari dua ekor babi yang mati mendadak di Distrik Prafi dan Tanah Rubuh, Kabupaten Manokwari, Provinsi Papua Barat. Pemeriksaan klinis dilakukan pada salah satu babi yang sakit kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan patologi anatomi setelah dilakukan nekropsi. Pemeriksaan patologi anatomi dilakukan dengan mengamati perubahan struktur dan penampakan organ. Hasil nekropsi menunjukkan perubahan patologi anatomi berupa perdarahan ekimosis subkutan di bagian ventral dan abdomen serta ekstremitas, perdarahan lambung, usus dan hati, splenomegali hiperemik, perdarahan pteckie pada kapsul ginjal, serta perdarahan multifokal di medula ginjal. Berdasarkan pengamatan gejala klinis dan perubahan patologi anatomi, dapat disimpulkan bahwa kematian babi diduga disebabkan oleh suspek ASF.
- ItemInvestigasi Kasus Kematian Babi di Kabupaten Manokwari Provinsi Papua Barat Tahun 2021(Perpustakaan Balai Besar Veteriner Maros, 2021-05) Amaliah, Fitri; Muhiddin, ST Nurul Muslinah; Djatmikowati, Titis Furi; Supri; Balai Besar Veteriner MarosLaporan kematian ternak babi yang cukup tinggi dalam waktu singkat oleh Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Manokwari pada tanggal 9 April 2021 dengan gejala yang ditunjukkan berupa diare, demam tinggi, lemah, anorekisia, vomit, konvulsion/kejang, gangguan pernafasan dan bahkan beberapa diantaranya dilaporkan mati mendadak tanpa sempat teramati gejalanya oleh pemilik. Penulusuran kasus dilakukan melalui wawancara dan pengambilan sampel secara langsung di dua kecamatan dari 5 kecamatan yang melaporkan adanya kematian babi dalam rentang waktu yang sama. Berdasarkan gejala klinis, gambaran patologi anatomi organ babi yang mati, serta hasil pengujian laboratorium menunjukkan kematian babi disebabkan oleh African Swine Fever (AFS). Diperlukan peningkatan pengawasan lalu lintas ternak babi dan manusia (wisatawan) ke Kabupaten Manokwari, penerapan biosecurity, pengawasan penggunaan swill feeding sebagai pakan ternak babi, sosialisasi dan KIE mengenai ASF kepada masyarakat, serta kerja sama lintas sektoral dan komunikasi yang baik seluruh stake holder yang bertanggung jawab.
- ItemInvestigasi Kasus Kematian Babi di Kabupaten Manokwari Provinsi Papua Barat Tahun 2021(Perpustakaan Balai Besar Veteriner Maros, 2021-06) Amaliah, Fitri; Muhiddin, ST Nurul Muslinah; Djatmikowati, Titis Furi; Supri; Balai Besar Veteriner MarosLaporan kematian ternak babi yang cukup tinggi dalam waktu singkat oleh Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Manokwari pada tanggal 9 April 2021 dengan gejala yang ditunjukkan berupa diare, demam tinggi, lemah, anorekisia, vomit, konvulsion/kejang, gangguan pernafasan dan bahkan beberapa diantaranya dilaporkan mati mendadak tanpa sempat teramati gejalanya oleh pemilik. Penulusuran kasus dilakukan melalui wawancara dan pengambilan sampel secara langsung di dua kecamatan dari 5 kecamatan yang melaporkan adanya kematian babi dalam rentang waktu yang sama. Berdasarkan gejala klinis, gambaran patologi anatomi organ babi yang mati, serta hasil pengujian laboratorium menunjukkan kematian babi disebabkan oleh African Swine Fever (AFS). Diperlukan peningkatan pengawasan lalu lintas ternak babi dan manusia (wisatawan) ke Kabupaten Manokwari, penerapan biosecurity, pengawasan penggunaan swill feeding sebagai pakan ternak babi, sosialisasi dan KIE mengenai ASF kepada masyarakat, serta kerja sama lintas sektoral dan komunikasi yang baik seluruh stake holder yang bertanggung jawab.
- ItemMonitoring Penyakit Parasiter di Wilayah Kerja Balai Besar Veteriner Maros Tahun 2019(Perpustakaan Balai Besar Veteriner Maros, 2020-07) Amaliah, Fitri; Irfan, Muh; Balai Besar Veteriner Maros
- ItemSurvey Triangulasi pada Hewan Domestik di Pulau Sulawesi : Hasil Pengujian Round 1 Sulawesi Utara dan Gorontalo Tahun 2016(Balai Besar Veteriner Maros, 2017) Muflihanah; Hendrawati, Ferra; Zakaria, Faizal; Djatmikowati, Titis Furi; Dariani, Wiwik; Amaliah, Fitri; Supri; Firdaus, Taman; Said, Sitti Hartati; Hadi, Sulaxono; Zenal, Farida Camallia; Arasy, Ali Risqi; Hartaningsih, Nining; Harsono, Audi Tr; RamlanPenyakit zoonosis berdampak pada manusia dan ekonomi secara global. Terdapat kurang lebih 75% penyakit yang baru muncul (emerging diseases) merupakan zoonosis. Dalam era globalisasi dan perdagangan, perjalanan penyakit ini sangat cepat berpengaruh pada kesehatan masyarakat dan ekonomi. Melalui program USAID-EPT 2 program, FAO ECTAD Indonesia berkolaborasi dengan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (BBVet Maros) dan PREDICT2 melakukan surveilans triangulasi dan pengumpulan sampel ternak (hewan domestik) dalam rangka memahami potensi penularan patogen dari satwa liar ke hewan domestik dan manusia. Tujuan surveilans triangulasi adalah untuk mengindentifikasi ancaman virus zoonosis pada interface penularan patogen pada ternak dari satwa liar yang berisiko tinggi, mengidentifikasi faktor biologi yang menggerakkan munculnya, penularan dan penyebaran penyakit zoonosis pada ternak dan kaitannya dengan satwa liar serta memperkirakan risiko relatif spillover patogen yang tidak dikenal atau dikenal dari satwa liar ke hewan domestik, yang memungkinkan penularan virus zoonosis antar wilayah. Desain surveilans adalah berbasis risiko untuk meningkatkan kemungkinan deteksi virus. dengan populasi target hewan domestik yang diternakkan (sapi, kerbau, kuda, babi, kambing) yang memiliki keterkaitan (interface) yang tinggi dengan satwa liar di dua Kabupaten Provinsi Gorontalo (Kabupaten Boalemo dan Kabupaten Pohuwato) dan Sulawesi Utara (Kabupaten Bolaang Mongondow, Minahasa Selatan, Minahasa dan Kota Tomohon). Telah dilakukan pengujian terhadap 172 sampel swab rektal untiuk mendeteksi lima target family virus yaitu Influenza (HPAI, Human Flu), Paramyxovirus (Nipah, Hendra), Coronavirus (SARS, MersCov), Filovirus (Ebola), Flavivirus (JE) menggunakan protokol PREDICT dengan teknik PCR konvensional. Hasil menunjukkan sebanyak 6,97% sampel presumptif positif terhadap Influenza A, 0,58% presumptif positif terhadap paramyxovirus, dan 172 sampel presumptif negatif terhadap Coronavirus, Flavivirus dan Filovirus
- ItemTrypanosomiasis di Wilayah Kerja BBVet Maros Tahun 2014-2019(Ramlan, 2020) Djatmikowati, Titis Furi; Amaliah, Fitri; Satriadisfta, M. Gustav; Perpustakaan Balai Besar Veteriner MarosAbstrak Trypanosomiasis merupakan salah satu penyakit endemis dan menimbulkan kerugian ekonomi cukup tinggi yaitu risiko kematian ternak yang cukup tingi. Tujuan studi ini untuk mengetahui pola penyakit Trypanosomiasis di wilayah kerja BBVet Maros berdasarkan waktu, tempat dan hewan. Proporsi positif penyakit Trypanosomiasis ditentukan dari surveilans aktif dan pasif Balai Besar Veteriner Maros (BBVet Maros) tahun 2014- 2019. Analisis secara deskriptif untuk memnetukan proporsi dengan menggunakan prosentase, pemetaan dengan menggunakan Quantum Geographic Information System (QGIS) dan untuk mengetahui asosiasi musim terhadap kejadian Trypanosomiasis dengan menggunakan analisis univariat odds ratio (Chi square). Proporsi positif Trypanosomiasis tahun 2014-2019 sebesar 3,95% dengan proporsi pada hewan ternak yang terserang 64% pada sapi, 31% pada ternak kerbau dan 5% pada ternak kuda. Gambaran distribusi geografis Trypanosomiasis tersebar ditujuh kabupaten/kota yaitu kabupaten/kota Barru, Makassar, Pare-Pare, Sidrap dan Jeneponto di Provinsi Sulawesi Selatan; Kabupaten Donggala di Provinsi Sulawesi Tengah dan Kabupaten Mamuju Utara di Provinsi Sulawesi Barat. Berdasarkan pola waktu kejadian Trypanosomiasis tertinggi terjadi pada bulan Desember yaitu 69%. Hasil analisia musim hujan memiliki nilai p-value <0,005 dengan CI 95% relaitive risk (RR) 3,81(1,98-7,32) kali dan nilai odds ratio (OR) musim hujan 4,29 (2,11-8,73) kali memiliki asosiasi terhadap kejadian Trypanosomiasis. Program pengendalian vektor lalat dapat dilakukan sebelum waktu perkiraan wabah pada hasil studi ini yaitu pada bulan Desember, pembatasan lalu lintas ternak terinfeksi dan ternak terinfeksi dilakukan pengobatan dengan menggunakan Trypanosidal.