ANALISIS TEKNIS DAN EKONOMI DALAM PEMBUATAN DAN PENGOLAHAN TEMPE DI KELOMPOK TANI SRI LESTARI DESA CINANGSI KECAMATAN GANDRUNGMANGU KABUPATEN CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH

dc.contributor.authorRuchilika, Putri
dc.contributor.otherPOLITEKNIK ENJINIRING PERTANIAN INDONESIA BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIANen_US
dc.date.accessioned2022-12-06T02:59:08Z
dc.date.available2022-12-06T02:59:08Z
dc.date.issued2022-09-21
dc.description.abstractPROPOSAL PKL 1, 2020. THP. PENDAHULUAN. Pengolahan hasil pertanian merupakan komponen kedua dalam kegiatan agribisnis setelah komponen produksi pertanian dalam menyediakan bahan pangan (Anzitha, 2019). Pengolahan hasil pertanian dapat diartikan sebagai suatu kegiatan merubah bahan pangan menjadi beranekaragam bentuk dan macamnya dengan tujuan meningkatkan nilai tambah dari produk pertanian, serta dapat memperpanjang masa simpan dari produk pertanian. Salah satu pengolahan hasil pertanian yang sangat populer adalah pengolahan kedelai menjadi tempe. Tempe merupakan makanan tradisional dari indonesia yang dibuat dari fermentasi oleh jamur Rhizopus sp. Jamur ini kemudian akan membentuk hifa seperti benang-benang halus berwarna putih yang akan membentuk meselium yang berwarna putih. Tempe dikenal sebagai makanan tradisional indonesia yang dikenal sejak dahulu dengan diiringi penyebaran masyarakat Jawa yang bermigrasi keseluruh Nusantara, bahkan saat ini tempe sudah merambah ke Manca Negara. (Astawan, 2013). Selain itu, tempe juga dibuat sebagai bahan pangan sumber pertanian yang relatif terjangkau dibandingkan dengan daging. Nilai gizi protein tempe meningkat setelah proses peragian, karena terjadi pembebasan asam amino yang terkandung dalam kedelai diperoleh dari ragi. (Cahyadi, 2007). Tempe memiliki banyak khasiat bagi kesehatan antar lain menurunkan kadar kolestrol, anti diare karena bakteri E. coli enterpropatogenik dan antioksidan. Teknologi pengolahan tempe di Indonesia pada umumnya menggunakan peralatan sederhana yang terdapat di rumah tangga. Namun demikian, tidak berarti proses pembuatan tempe dapat dilakukan oleh siapa saja. Hal ini karena dalam produksi tempe melibatkan proses pembersihan kedelai, perendaman, pengupasan kulit kedelai, pengukusan, peragian dan penyimpanan. Ketidak cermatan dalam proses tersebut dapat menyebabkan kegagalan produksi, mengingat besarnya manfaat kandungan tempe dan perlunya keterampilan tertentu dalam produksi tempe. Maka perlu dilakukan kegiatan PKL 1 di BPP Gandrungmangu Kabupaten Cilacap Jawa Tengah. Maka lokasi tersebut dipilih karna dapat memfasilitasi mahasiswa dalam mempelajari industri pengolahan tempe.en_US
dc.identifier.urihttps://repository.pertanian.go.id/handle/123456789/18414
dc.language.isoiden_US
dc.publisherPROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN POLITEKNIK ENJINIRING PERTANIAN INDONESIA BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN TAHUN 2022en_US
dc.subjectKedelai, Mesin Sealer Foot, Prospek Industri, Tempeen_US
dc.titleANALISIS TEKNIS DAN EKONOMI DALAM PEMBUATAN DAN PENGOLAHAN TEMPE DI KELOMPOK TANI SRI LESTARI DESA CINANGSI KECAMATAN GANDRUNGMANGU KABUPATEN CILACAP PROVINSI JAWA TENGAHen_US
dc.typeWorking Paperen_US
Files
Original bundle
Now showing 1 - 1 of 1
Loading...
Thumbnail Image
Name:
LAPORAN PKL I_PUTRI RUCHILIKA_07.16.20.044.pdf
Size:
2.96 MB
Format:
Adobe Portable Document Format
Description:
License bundle
Now showing 1 - 1 of 1
Loading...
Thumbnail Image
Name:
license.txt
Size:
1.71 KB
Format:
Item-specific license agreed upon to submission
Description:
Collections