TEKNOLOGI PANEN DAN PASCAPANEN KEDELAI DI LAHAN RAWA PASANG SURUT

Loading...
Thumbnail Image
Date
2014
Journal Title
Journal ISSN
Volume Title
Publisher
Balai Pengunjian Standar Instrumen Pertanian Lahan Rawa
Abstract
Kedelai memiliki prospek untuk dikembangkan di lahan rawa pasang surut yang telah diperbaiki kualitas tanahnya. Penanganan panen dan pascapanen kedelai merupakan bagian penting dalam proses produksi kedelai. Rendahnya hasil kedelai di lahan tersebut, selain disebabkan oleh kondisi tanahnya, juga disebabkan oleh penanganan panen dan pasca panen yang kurang tepat. Penentuan waktu panen dilakukan dengan melihat penampilan fisik tanaman saat panen dan kadar air biji. Pemanenan kedelai dapat dilakukan secara manual dengan cara dicabut atau dipotong dan secara mekanis dengan alat pemanen kedelai. Ada enam tahapan yang perlu dilakukan pada penanganan pascapanen kedelai, yaitu (1) pengeringan brangkasan, (2) perontokkan biji, (3) pembersihan biji, (4) pengeringan biji, (5) pengemasan biji dan (5) penyimpanan biji. Pengeringan brangkasan dilakukan sampai kadar air 17%, sehingga memudahkan perontokkan biji. Perontokkan dengan mesin perontok lebih efisien dibandingkan perontokkan secara manual. Biji utuh yang dihasilkan mencapai 98%, sedangkan secara manual hanya 69,9% Pembersihan biji kedelai dengan mesin penampi lebih cepat dibandingkan secara manual. Biji bersih yang dihasilkan pada umumnya masih tinggi kadar airnya, yaitu sekitar 15%. Kadar air biji perlu diturunkan sampai kadar air aman simpan, yaitu 13%-14% (untuk konsumsi) dan (11% untuk benih) dengan cara pengeringan secara alami (sinar matahari) atau buatan (alat pengering). Biji kedelai yang telah kering perlu dikemas dengan wadah kedap udara dan disimpan pada ruang simpan suhu gudang (untuk konsumsi) dan ruang simpan suhu dingin (untuk benih) dengan kisaran suhu 18°-20°C
Description
Keywords
Citation
Collections