Tanaman Tahunan dan Penyegar

Browse

Recent Submissions

Now showing 1 - 5 of 39
  • Item
    Analisis Kinerja Perdagangan Karet Semester II 2023
    (Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, 2023-12) Penyunting: Mas’ud; Sri Wahyuningsih
    Publikasi Analisis Kinerja Perdagangan Karet Tahun 2023 merupakan bagian dari publikasi Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian tahun 2023. Publikasi ini menyajikan keragaan data series komoditas karet secara nasional dan internasional selama 5 tahun terakhir serta dilengkapi dengan hasil analisis indeks spesialisasi perdagangan, analisis daya saing, indeks keunggulan komparatif serta analisis deskriptif lainnya.
  • Item
    Buku Outlook Komoditas Perkebunan Karet
    (Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, 2023-12) Penyunting: Anna A. Susanti, Rendy Kencana Putra
    Dalam rangka mengemban visi dan misinya, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian mempublikasikan data sektor pertanian serta hasil analisis datanya. Salah satu hasil analisis yang telah dipublikasikan secara reguler adalah Outlook Komoditas Perkebunan. Publikasi Outlook Karet Tahun 2023 sebagai bagian dari Outlook Komoditas Perkebunan menyajikan keragaan data series komoditi karet secara nasional dan global selama lima sampai sepuluh tahun terakhir serta dilengkapi dengan hasil analisis proyeksi produksi dan ketersediaan dari tahun 2023 sampai dengan tahun 2027.
  • Item
    Teknologi Budidaya Panili
    (Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2008) Asnawi, Robet; Arief, Ratna Wylis; Ernawati, Rr.
    Tananam panili (Vanilla planifolia Andrews) merupakan komoditas ekspor yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Hasil olahan buah panili banyak digunakan untuk bahan penyegar, penyedap dan pengharum makanan, permen, ice cream, dan campuran bahan pembuat obat-obatan. Ekportir menjual panili dalam bentuk panili kering (panili olahan), sedangkan petani sebagian besar menjual dalam bentuk buah panili basah. Di Lampung, sebagian besar panili dikembangkan secara tradisional dalam bentuk perkebunan rakyat. Permasalahan umum pada usahatani panili antara lain adalah rendahnya produktivitas (250 gr panili basah/pohon), sementara potensi hasil klon panili unggul berkisar 1.029- 1.408 gr panili basah/pohon. Produktivitas yang masih rendah antara lain disebabkan oleh belum diterapkannya teknologi budidaya secara benar seperti penggunaan bahan tanaman, pemangkasan, pemupukan, dan pengendalian serangan hama/penyakit. Masalah lainnya dalam usaha tani panili adalah rendahnya mutu panili yang dihasilkan. Mutu panili dipengaruhi oleh umur panen, panjang buah dan proses pengolahan buah panili. Buku ini menginformasikan teknik budidaya panili dan penanganan pasca panen sesuai anjuran sehingga bisa diperoleh produksi yang lebih tinggi dan mutu panili yang lebih baik.
  • Item
    Teknologi Budidaya Karet
    (Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2008) Purwanta, Jamhari Hadi; Kiswanto; Slameto
    Tanaman karet (Hevea Brasiliensis) merupakan tanaman perkebunan yang bernilai ekonomis tinggi. Tanaman tahunan ini dapat disadap getah karetnya pertama kali pada umur tahun ke-5. Dari getah tanaman karet (lateks) tersebut bisa diolah menjadi lembaran karet (sheet), bongkahan (kotak), atau karet remah (crumb rubber) yang merupakan bahan baku industri karet. Kayu tanaman karet, bila kebun karetnya hendak diremajakan, juga dapat digunakan untuk bahan bangunan, misalnya untuk membuat rumah, furniture dan lain-lain. Produk-produk karet tersebut umumnya diekspor. Ekspor karet Indonesia dalam berbagai bentuk, yaitu dalam bentuk bahan baku industri (sheet, crumb rubber, SIR) dan produk turunannya seperti ban, komponen, dan sebagainya.
  • Item
    Teknologi Budidaya Kakao
    (Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2008) Firdausil AB; Nasriati; Yani, Alvi
    Kakao (Theobroma cacao) adalah tanaman perkebunan. Tanaman tahunan ini dapat mulai berproduksi pada umur 18 bulan (1,5 tahun). Tanaman ini menghasilkan biji kakao yang selanjutnya bisa diproses menjadi bubuk coklat. Umumnya perkebunan rakyat, seperti di Propinsi Lampung, produktivitasnya masih rendah dan mutu produk yang dihasilkan belum memenuhi standar ekspor. Produktivitas rata-rata tanaman kakao di Lampung sebesar 588,79 kg/ha. Apabila petani mau menerapkan teknologi budidaya secara benar produktivitas tanaman kakaonya bisa lebih tinggi yakni potensi produksinya bisa mencapai 1,5-3 ton/ha. Secara teknis, rendahnya produktivitas dan mutu kakao karena disebabkan beberapa hal, diantaranya: benih yang digunakan beragam dan lokal, pemeliharaan dilakukan seadanya dan belum dilakukannya fermentasi sebagai faktor penentu mutu kakao.