Prosiding Seminar Nasional Membangun Pertanian Modern dan Inovatif Berkelanjutan dalam Rangka Mendukung MEA
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Prosiding Seminar Nasional Membangun Pertanian Modern dan Inovatif Berkelanjutan dalam Rangka Mendukung MEA by Title
Now showing 1 - 20 of 160
Results Per Page
Sort Options
- ItemANALISIS DAUN UNTUK MEMBANGUN REKOMENDASI PEMUPUKAN PADA TANAMAN BUAH(BB Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2016-05-31) Hernita, Desi; BPTP JambiTanaman buah merupakan tanaman tahunan yang cukup berbeda dari tanaman semusim dalam hal kebutuhan hara.Hal ini berkaitan dengan ukuran tanaman, densitas, laju pertumbuhan dan susunan perakaran, fenomena diferensiasi pucuk dan hubungannya dengan hasil selama satu musim/setahun. Penentuan kebutuhan hara pohon buah harus terlebih dahulu membuat atau memperbaiki potensial hasil.Produktivitas ekonomi pasti tinggi dan berkelanjutan bila status hara tanah tersedia pada level yang diinginkan, dosis pupuk yang benar, baik organik dan anorganik, serta berdasarkan pada penggunaan alat diagnosis yang dapat dipercaya. Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mempelajari prinsip-prinsip diagnosis hara dan penyusunan rekomendasi pemupukan berdasarkan analisis daun pada tanaman buah. Metode penulisan berdasarkan review hasil-hasil penelitian atau studi literatur dari jurnal ilmiah, artikel dan texbook, baik dari dalam maupun luar negeri. Tempat penelusuran dilakukan pustaka Badan Penelitian dan Pengenbangan Pertanian Bogor, pustaka Institut Pertanian Bogor, dan download file melalui internet. Analisis daun menjadi metode terbaik untuk mengidentifikasi kebutuhan hara pada tanaman buah. Status hara jaringan tanaman juga merupakan gambaran status hara dalam tanah. Jaringan tanaman yang umumnya dianalisis adalah daun, karena daun merupakan tempat terjadinya proses fotosintesis dan metabolisme lainnya yang sangat aktif, tempat penyimpanan karbohidrat dan mineral serta merupakan jaringan yang selalu banyak tersedia untuk dianalisis. Diagnosis hara daun diperlukan untuk menghindari terjadinya kekurangan atau kelebihan hara pada suatu tanaman, sehingga penggunaan pupuk lebih efisien dan produksi meningkat. Analisis daun memberikan informasi status hara aktual dalam tanaman, yaitu kekurangan, cukup dan kelebihan.
- ItemANALISIS KEBUTUHAN ALSINTAN DALAM USAHATANI TANAMAN PANGAN (PADI) DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA.(BB Pengkajian Teknologi Pertanian, 2016-05-31) Subagiyo; Setyono, Budi; BPTP JambiPenelitian ini bertujuan untuk menganalisis kebutuhan alsintan pada usahatani tanaman padi, penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Agustus 2015 di kabupaten Bantul, Gunungkidul, Sleman dan Kulon Progo. Penelitian menggunakan metode survai, data primer diperoleh langsung dari responden dan informan. Responden dalam penelitian ini adalah petani dengan jumlah 60 responden. Data sekunder diperoleh melalui data tertulis yang ada di lapangan dan instansi terkait. Hasil penelitian menujukkan bahwa bahwa penggunaan alsintan dalam usahatani padi mutlak diperlukan, hal ini ditunjukkan dengan pertanyaan apakah responden selalu menggunakan alsintan dalam berusaha taninya, dan dinyatakan dengan jawaban ya oleh responden sebesar 96% dan hanya 4% yang menyatakan tidak. Alsintan yang paling banyak digunakan oleh para petani di lapang berdasarkan hasil wawancara dengan 60 responden secara berurutan adalah: (a) traktor 65%; (b) thresher 53%; (c) RMU Mobil 48%; (d) RMU stationer; (e) mesin tanam dan hand sprayer 4%; (f) mesin panen, ereg, atabela dan pompa air 1%, sedangkan mesin combine hasvester belum ada yang menggunakan dengan alasan luas lahan sempit dan belum tersosialisasikan.
- ItemANALISIS KELAYAKAN INTRODUKSI TEKNOLOGI USAHATANI KEDELAI DI PROVINSI SULAWESI SELATAN(BB Pengkajian Teknologi Pertanian, 2016-05-31) Yuniarsih, Eka Triana; Andriani, Ida; BPTP JambiAnalisis usahatani kedelai di lahan kering melalui pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) telah dilakukan di Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan pada MT 2015. Kajian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan usahatani kedelai dan keuntungan yang diperoleh petani jika menerapkan teknologi PTT dengan pendekatan jarak tanam. Varietas yang digunakan adalah Anjasmoro dengan penerapan jarak tanam 80x30 cm, 70x30 cm dan 60x20 cm. Hasil kajian menunjukkan bahwa Introduksi PTT kedelai dengan jarak tanam Usahatani kedelei di Kab. Wajo Sulawesi dengan varietas Anjasmoro jarak tanam 60x20 cm memiliki tingkat kelayakan tertinggi di antara dua jarak tanam lainnya (80x30 cm dan 70x30 cm) untuk diusahakan dengan pendekatan PTT dengan nilai R/C ratio 3,52 dan MBCR 2,52. Melalui pola PTT, semua usahatani varietas Anjasmoro dengan jarak tanam 60x20 cm layak secara finansial untuk dikembangkan, karena nilai MBCR > 2.
- ItemANALISIS KOMPARASI USAHATANI LADA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI LADA HITAM DI LAMPUNG(BB Pengkajian Teknologi Pertanian, 2016-05-31) Zahara; Rangkuti, Marlina S; Asnawi, Robet; BPTP JambiLada memiliki potensi dan peluang yang baik untuk dikembangkan di Indonesia, karena Indonesia merupakan negara produsen lada terbesar di dunia baik lada hitam maupun lada putih. Permasalahan utama pertanaman lada di Indonesia adalah: a) eksplosi penyakit terutama penyakit busuk pangkal batang, b) menurunnya produktivitas tanaman yang erat hubungannya dengan menurunnya tingkat kesuburan tanah, c) terdesak oleh komoditas lain yang persyaratan teknis pembudidayaannya lebih mudah dan lebih menguntungkan, dan d) fluktuasi harga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan usahatani lada, struktur biaya usahatani dan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi lada di Lampung. Penelitian dilaksanakan di 3 kabupaten yaitu : Kabupaten Lampung Utara, Lampung Timur dan Way Kanan. Sampel dipilih secara stratifikasi random sampling sebanyak 56 orang terdiri atas 28 petani menanam lada dengan pangkas lada dan 28 petani menanam lada tanpa pangkas lada. Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan sekunder, data primer diperoleh dari wawancara langsung dan data sekunder diperoleh dari literatur. Analisis yang digunakan untuk struktur biaya adalah analisis pendapatan dan kelayakan usahatani. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi lada digunakan analisis fungsi produksi Cobb Douglas. Usahatani lada layak untuk diusahakan, baik dengan pangkas lada maupun tanpa pangkas lada. Tetapi dengan pangkas lada keuntungan yang diperoleh lebih besar karena produksi yang dihasilkan lebih tinggi. Struktur biaya usahatani baik dengan pangkas lada dan tanpa pangkas lada, proporsi terbesar disumbangkan dari biaya tenaga kerja masing-masing 57,01% dan 54,23% sedangkan biaya sarana produksi masing-masing menyumbangkan 42,99% dan 45,77%. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi lada adalah luas lahan, jumlah dan tinggi tanaman lada.
- ItemANALISIS KOMPETITIF BEBERAPA JENIS VARIETAS JAGUNG UNGGUL DI SULAWESI UTARA(BB Pengkajian Teknologi Pertanian, 2016-05-31) Kario, Nelson; Tamburian, Yenny; BPTP JambiJagung dikenal sebagai salah satu jenis komoditas tanaman pangan yang mampu memberikan kontribusi nyata terhadap hampir sendi kehidupan masyarakat Indonesia terutama di pedesaan sebagai sumber karbohidrat Berkembangnya industri pakan ternak mampu memberikan dampak yang signifikan ditandai 60 % produksi jagung nasional digunakan mencukupi kebutuhan konsumsi industri pakan dan industri pengolahan yang ditandai selama periode 2000 – 2010 kebutuhan pakan pabrikan masing=masing meningkat sebesar : 7,38 % (ayam petelur), 6,82 % (ayam pedaging), 3,89 % (babi), dan 7,76 % (jenis ternak lainnya). Provinsi Sulawesi Utara adalah salah satu daerah yang turut mengembangkan, terutama memanfaatkan ruang-ruang kosong diantara tanaman perkebunan seperti kelapa dan cengkeh. Tujuan penelitian ini adalah : 1. Mengkaji Marginal Benefit Cost Ratio (MBCR). 2. Mengetahui Tingkat penerimaan atas biaya tenaga kerja dan Tingkat penerimaan atas biaya sarana produksi 3. Tingkat Keuntungan atas biaya produksi serta 4. Menganalisis titik impas produksi dan harga serta tingkat kompetitif. Penelitian dilaksanakan selama lima bulan dari bulan Maret sampai Juli 2010 di Desa Teep Kecamatan Amurang Barat kabupaten Minahasa Selatan (Minsel). Teknologi yang diintroduksi : varietas unggul, pemupukan berimbang, jarak tanam dan pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT) berdasarkan PHT. Varietas yang ditanam : Gumarang, Lagaligo, Lamuru, Sukmaraga dan Srikandi Kuning. Perlakuan bibit menggunakan Metalaksi dosis 2 gr/1kg benih, pembanding : Manado kuning, jarak tanam 75 x 40 cm, 2 biji/lobang tanam ditutup dengan 2 gram pupuk kandang, Dosis aplikasi : 1/3 Urea diberikan umur 7 HST, 2/3 pupuk diberikan berdasarkan bagan warna daun. Jenis data yang diambil : jumlah dan besarnya biaya penggunaan masing-masing sarana produksi seperti bibit, pupuk, obat-obatan dan tenaga kerja. Data dianalisis menggunakan metode Marginal Benefit Cost Ratio (MBCR), RRLC = Tingkat penerimaan atas biaya tenaga kerja, RRMC = Tingkat penerimaan atas biaya sarana produksi, RAMC = Keuntungan atas biaya produksi Analisis titik ampas produksi dan harga serta tingkat kompetitif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : MBCR antara 3,45 – 4,02 ; tingkat penerimaan atas biaya tenaga kerja antara 2,10 - 2,44 ; tingkat penerimaan atas biaya sarana produksi 3,43 – 4,23 dan keuntungan atas biaya produksi 6,06 – 6,96 ; titik impas produksi 2956,25 – 3061,25 kg/ha atau pada proporsi 39,25 - 43,09 % sedangkan titik impas harga 784,94 – 869,49 rp/kg atau pada proporsi 39,25 – 43,47 %. Tingkat kompetitif varietas sukmaraga memiliki tingkat persaingan produksi dan harga yang sangat kompetitif.
- ItemANALISIS PENDAPATAN USAHATANI CABAI DALAM MENDUKUNG MEA DI KABUPATEN BINTAN PROVINSI KEPULUAN RIAU(BB Pengkajian Teknologi Pertanian, 2016-05-31) Safitri, Oktariani Indri; Dahono; Izhar, Luthfi; BPTP JambiMembuka lahan untuk dijadikan lahan pertanian merupakan salah satu bentuk sistem usahatani. Usahatani cabai dapat membantu membangun pertanian modern dan inovatif dalam mendukung MEA menjadi salah satu solusi di masa depan. Tujuan kajian adalah mengetahui jumlah pendapatan yang diperoleh petani cabai di Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau. Lokasi kegiatan dilaksanakan di Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau. Metode yang digunakan adalah survey dengan teknik penentuan sampel secara sengaja (purposive sampling). Data dianalisis dengan menggunakan metode tabulasi dan rata-rata. Hasil kajian menunjukkan bahwa rata-rata pendapatan usahatani cabai selama satu musim tanam sebesar Rp.446.000.000,-/ha dengan B/C Ratio3,43. Nilai BEP (Break-evenpoint) untuk volume produksi pada 4.062kg/ha dan BEP harga produksi Rp. 7.222,-/kg/ha yang berarti bahwa sangat efisien dan menguntungkan dalam berusahatani cabai.
- ItemANALISIS PENINGKATAN PENGETAHUAN PETANI DALAM PENANGGULANGAN HPT HAYATI PADA USAHATANI CABAI DI MOJO REJO KABUPATEN REJANG LEBONG(BB Pengkajian Teknologi Pertanian, 2016-05-31) Hartono, Rudi; Astuti, Herlena Bidi; BPTP JambiTingkat pengetahuan petani dalam penanggulangan hama penyakit secara hayati masih sangat kurang ditambah lagi dengan massifnya promosi berbagai merek dagang pestisida membuat informasi tentang penanggulangan HPT secara hayati semakin jarang terdengar. Penelitian ini bertujuan untu mengetahui peneingkatan pengetahuan petani sebelum dan setelah di lakukan penyuluhan tentang penanggulangan HPT cabai secara hayati. Metode yang digunakan adalah pre-test post-test one group design dengan jumlah responden sebanyak 31 orang yang ditentukan secara purposive. Peningkatan pengetahuan responden diuji dengan menggunakan statistic paired sample t test. Hasil uji analisis diketahui nilai nilai signifikansi kurang dari ( ≤ ) 0,05 yang artinya ada perbedaan nyata antara pengetahuan petani sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan. Dimana di ketahui nilai rata-rata pengetahuan sebelum penyuluhan adalah 3, 52 dan setelah dilakukan penyuluhan adalah 7, 23.
- ItemANALISIS PERAN PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT PRODUKSI TERNAK AYAM POTONG DI DESA KALLABIRANG, KECAMATAN BANTIMURUNG,KABUPATEN MAROS(BB Pengkajian Teknologi Pertanian, 2016-05-31) Suddin, Andi Faisal; Putra, Endi; Gaffar, Abd; BPTP JambiTujuan penelitian adalah 1) mengetahui hubungan antara penyuluhan (media penyuluhan, metode penyuluhan, serta kontak dengan penyuluh) dengan tingkat produksi ayam potong, 2) mengetahui tingkat produksi ternak ayam potong. Penelitian ini dilakukan di Desa Kallabirang, Kecamatan Bantimurung, Kabupaten Maros. pada bulan Agustus sampai dengan September 2013. Penelitian ini mengambil responden sebanyak 30 orang peternak. Analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah deskriftif dan kuantitatif yaitu menggunakan Chi-Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (frekuensi penyuluhan, media penyuluhan, kontak dengan penyuluh) mempunyai hubungan yang nyata (signifikan) dan keeratan hubungan yang tinggi dengan tingkat produksi sedangkan faktor metode tidak berhubungan nyata (tdk signifikan) kemudian pada tingkat produksi ayam potong dikategorikan cukup tinggi, rata-rata tingkat produksinya 13.853 kg/tahun dari total produksi 415.590 kg/tahun. Tingkat produksi sebagian besar peternak yang lebih besar adalah 16 orang peternak, sedangkan yang mempunyai tingkat produksi yang paling rendah atau sama adalah 14 orang peternak.
- ItemANALISIS SWOT STRATEGI PENGEMBANGAN PUPUK ORGANIK MELALUI PENGADAAN UPPO (UNIT PENGOLAHAN PUPUK ORGANIK) DI PROVINSI JAMBI(BB Pengkajian Teknologi Pertanian, 2016-05-31) Lestari, Wenny; Purnamayani, Rima; BPTP JambiPemanfaatan pupuk organik untuk meningkatkan produktivitas lahan dan produksi pertanian perlu dipromosikan dan digalakkan. Untuk membantu kelompok tani dalam pembuatan pupuk organik dengan sumber bahan organik yang beragam, serta mengaplikasikan pupuk organik tersebut pada usahatani yang mereka lakukan, pemerintah telah memberikan bantuan berupa Unit Pengolahan Pupuk Organik (UPPO). Menurut data Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jambi (2012), di Provinsi Jambi terdapat 41 UPPO yang tersebar di 11 kabupaten/kota. Tujuan penelitian adalah untuk memperoleh strategi pengembangan pupuk organic melalui pemberian UPPO di Provinsi Jambi. Penelitian ini menggunakan metode survey dengan berdasarkan sumbernya yang terdiri dari data primer dan sekunder dengan instrumen penelitian ini berupa kuesioner dan pedoman wawancara.Lokasi penelitian ditentukan secara purposive dengan pertimbangan daerah tersebut telah mewakili masing-masing agroekosistem di Provinsi Jambi yaitu : KabupatenTebo, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Tanjung Jabung Barat dan Kabupaten Kerinci. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis SWOT untuk memperoleh strategi pengembangan pupuk organic melalui pemberian UPPO di Provinsi Jambi. Dari analisis tersebut diatas bahwa faktor kekuatan lebih besar dari kelemahan dan faktor peluang lebih kecil dari ancaman. Oleh karena itu posisinya berada di kwadran 4 yang berarti pengembangan pupuk organik memiliki kekuatan dan sekaligus memiliki ancaman dari luar. Strategi pengembangan pupuk organik di Provinsi Jambi melalui analisis SWOT yaitu:Meningkatkan pemahaman petani mengenai keuntungan penggunaan pupuk organik melalui kelompok tani, memberikan penghargaan bagi petani/kelompok tani yang berkomitmen menggunakan/memproduksi pupuk organik, harga pupuk organik lebih murah dan ramah lingkungan dibandingkan pupuk kimia, Penyediaan tempat khusus yang menyediakan pupuk organik padat dan cair.
- ItemANALISIS USAHATANI DAN DAMPAK PENDAMPINGAN TERHADAP ADOPSI INOVASI TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) KEDELAI(BB Pengkajian Teknologi Pertanian, 2016-05-31) Yardha; Endi Putra; BPTP JambiPengembangan sektor pertanian merupakan salah satu strategi kunci dalam memacu pertumbuhan ekonomi pada masa yang akan datang, karena sektor pertanian merupakan sektor yang menyangkut hidup dan kehidupan bangsa Indonesia serta memiliki peran yang strategis dalam perekonomian nasional. Usahatani kedelai merupakan salah satu perwujudan dari Kebijakan Umum dan Program Pembangunan Daerah Provinsi Jambi untuk mendukung Ketahanan Pangan sebagai salah satu dari lima Program Prioritas Pembangunan Provinsi Jambi 2010 –2015 (Bappeda Provinsi Jambi,2011). Pengembangan usahatani kedelai di Jambi didukung areal yang tersebar di 9 kabupaten/kota dengan luas pertanaman mencapai 1.877 hektar dan total produksi 2,372 ton biji kering.Untuk Daerah sentra produksi kedelai di Provinsi Jambi adalah Kabupaten Tebo dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur dengan luas masing-masing 16,89% hektar dan 42,83 % akan tetapi produktivitas komoditas ini masih rendah yaitu 13,40 kw/ha (Distan Prov. Jambi, 2014). Setelah dilakukan pendampingan pada Usahatani kedelai dalam keadaan normal B/C ratio nya>1 yaitu 1,58, hal ini menggambarkan bahwa usahatani kedelai di lokasi pengkajian menguntungkan bagi petani dan sangat layak untuk dilaksanakan. Hasil ini juga diperkuat dengan analisis sensitifitas (analisis kepekaan) yang diperoleh dengan asumsi menaikkan biaya produksi sebesar 20% dan menurunkan pendapatan 10%. Hasil asumsi tersebut menunjukkan bahwa dengan kenaikan biaya produksi 20% diperoleh B/C ratio > 1 yaitu 1,30.Hal ini menggambarkan bahwa usahatani kedelai di lokasi pengkajian masih menguntungkan dan pada saat diturunkan pendapatan 10 % diperoleh B/C ratio 1,56 juga masih tetap menguntungkan. Tingkat adopsi inovasi terlihat dari analisis t Stat dengan nilai - 0.4881884 merupakan nilai t Stat atau nilai t hitung. Adapun nilai t tabel ditunjukkan t Critical Two-tall. Pada t-Test: Paired Two Sample for Means 6. Hasil Akhir Analisis Uji t t hitung (-0.4881884) < t tabel (1.987289823).
- ItemANALISIS USAHATANI KELAPA SAWIT RAKYAT DENGAN APLIKASI PUPUK DI KABUPATEN INDRAGIRI HULU(BB Pengkajian Teknologi Pertanian, 2016-05-31) Anis, Fahri; BPTP JambiKabupaten Indragiri Hulu merupakan salah satu daerah penghasil kelapa sawit di Provinsi Riau, dengan luas areal seluas 118.970 hektar, terdiri dari 56.886 hektar perkebunan rakyat, 6.832 hektar perkebunan negara dan 55.252 hektar perkebunan besar swasta. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi alternatif paket teknologi pemupukan kelapa sawit rakyat yang efisien serta meningkatan produktivitas dan pendapatan petani. Kajian disusun menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan 5 (lima) kali ulangan. Paket teknologi (PaTek) yang diuji adalah sebagai berikut adalah: 1) PaTek Introduksi (Urea 3,0 kg + TSP 1,5 kg + KCl 3 kg + Kieserit 0,75 kg + Borax 0,075 kg per pohon) ; 2) PaTek perbaikan ( Urea 2,0 kg + TSP 1,0 kg + KCl 2 kg + Kieserit 0,5 kg + Borax 0,05 kg per pohon); 3) PaTek perbaikan cara petani (Urea 1 kg + TSP 0,5 kg + KCl 1 kg + Kieserit 0,5 kg per pohon). Pupuk kandang sebanyak 15 kg/pohon diberikan sebagai pupuk dasar.Hasil penelitian menunjukkan PaTek Introduksi menghasilkan rata-rata TBS kelapa sawit sebesar 21.168 kg/ha/th, kemudian diikuti PaTek Perbaikan sebesar 17.486 kg/ha/th dan PaTek cara petani sebesar 17.703 kg/ha/th. Rata – rata pendapatan PaTek Introduksi sebesar Rp. 12.281.330/ha/th, nilai B/C ratio 1,15 kemudian diikuti PaTek Perbaikan sebesar Rp. 11.106.000/ha/th, nilai B/C ratio 1,25 dan PaTek cara petani sebesar Rp.11.058.730/ha/th, nilai B/C ratio 1,5.
- ItemAPLIKASI FUNGISIDA KIMIA UNTUK PENGENDALIAN PENYAKIT BUSUK BATANG BUAH NAGA(BB Pengkajian Teknologi Pertanian, 2016-05-31) Emilda, Deni; Jumjunidang; Riska; Hariyanto, Bambang; Muas, Irwan; Sudjido; Andini, Mega; BPTP JambiPenyakit busuk batang tanaman buah naga menjadi masalah yang sangat penting di sentra pertanaman buah naga di Sumatra Barat dan Kepulauan Riau. Penanganan segera terhadap penyakit ini diperlukan untuk menghindari penurunan produksi secara signifikan. Salah satu langkah pengendalian penyakit yang disebabkan oleh cendawan adalah dengan menggunakan fungisida kimia yang tepat. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan jenis fungisida kimia yang tepat dalam mengendalikan penyakit busuk batang tanaman buah naga di lapangan. Penelitian dilaksanakan di kebun buah naga milik petani di Pariaman, Sumatera Barat yang telah terserang penyakit busuk batang dengan intensitas ringan-sedang mulai bulan Januari sampai Desember 2013. Penelitian ini disusun menggunakan rancangan acak kelompok terdiri dari 7 perlakuan dan 3 ulangan dengan 20 tiang tanaman sebagai uni. Percobaan adalah a). bubur Bordo, b). Propineb 70%, c). Tembaga hidroksida 77%, d). Siklus aplikasi fungisida (Thiram 30% dan Karbendazim 15% – Propineb 70% - bubur Bordo – Tembaga Hidroksida 77%), e). Siklus aplikasi fungisida (Azoxistrobin 200 g/l dan Difenoconazole 125 g/l - Propineb 70% - bubur Bordo – Tembaga Hidroksida 77%) dan f). Siklus aplikasi fungisida (Difenoconazole 250 g/l - Propineb 70% - Bubur Bordo – Tembaga Hidroksida 77%). Pemangkasan dilakukan pada bagian tanaman yang terserang kemudian diaplikasikan fungisida sesuai perlakuan dengan dosis anjuran pada interval setiap 2 minggu. Peubah yang diamati adalah intensitas penyakit busuk batang pada tanaman buah naga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua perlakuan aplikasi fungisida dapat menurunkan intensitas serangan 4 penyakit utama tanaman buah naga jika dibandingkan dengan kontrol dengan jenis fungisida yang terbaik adalah bubur Bordo.
- ItemAPLIKASI NANOTEKNOLOGI UNTUK PANGAN FUNGSIONAL MENDUKUNG DIVERSIFIKASI PANGAN(BB Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2016-05-31) Yuliasari, Shannora; Hamdan; Syahrial; BPTP JambiNanoteknologi merupakan ilmu yang mempelajari karakterisasi dan manipulasi bahan biologi danmikrobiologi yang berukuran lebih kecil dari 100 nanometer. Dewasa ini, aplikasi nanoteknologi dalam produk pangan secara signifikan berkontribusi terhadap pengantaran senyawa bioaktif, mengenkapsulasi dan melindungi senyawa antioksidan,karena nanoteknologi dapat meningkatkan bioavailabilitas bahan aktif, mengendalikan pelepasan bahan aktif, melindungi dari reaksi kimi sehingga mengurangi dampaknya terhadap sifat sensori produk. Material nano dalam produk pangan dapat disiapkan dengan dua metode pendekatan yang berbeda, yaitu metode energi tinggi dan metode energi rendah. Metode energi tinggi menggunakan alat mekanis seperti homogenisasi tekanan tinggi, microfluidizer, dan sonikator, yang dapat menghasilkan energi untuk menghancurkan molekul komponen pangan menjadi material nano. Metode energi tinggi biasa digunakan untuk menyiapkan nanoemulsi dalam industri makanan dan minuman karena pemanfaatannya sudah mapan dibandingkan penggunaan emulsi konvensional. Metode energi rendah didasarkan pada pembentukan material nano secara spontan pada sistem pengemulsi, air, dan minyakdi bawah kondisi lingkungan tertentu, dengan metode seperti emulsifikasi spontan. Makalah ini bertujuan untuk memberikan tinjauan (review) beberapa hasil penelitian mengenai aplikasi nanoteknologi dalam produk pangan untuk meningkatkan sifat fungsionalnya dan mendukung program diversifikasi pangan.
- ItemAPLIKASI SISTEM TANAMAN JAJAR LEGOWO TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L) DI KABUPATEN NABIRE PAPUA(BB Pengkajian Teknologi Pertanian, 2016-05-31) Kasim, Arifuddin; Hendri, Jon; BPTP JambiPadi merupakan tanaman pangan utama di Indonesia karena sebagian besar penduduk mengkomsumsi beras sebagai sumber makanan utama, sementara kebutuhan beras kian bertambah seiring dengan laju pertambahan penduduk di Indonesia. Inovasi teknologi yang dapat meningkatkan produktivitas padi dengan pendekatan pengelolaan tanaman terpadu (PTT). Salah satu komponen teknologi yang diyakini dapat meningkatkan produktivitas padi dengan menerapkan system tanam legowo.2:1 dan 4:1. Kajian bertujuan untuk melihat pengaruh sitem tanam jajar legowo2;1 dan 4;1terhadap pertumbuhan dan produksi padi varietas Inpari 2.Kajian dilaksanakan di kampung Bumiraya distrik Nabire Barat kabupaten Nabire Papua MT II 2014, luas lahan yang diamati 1000m2 dilakukan perbandingan antara, pengamatan dilakukan dengan mengambil sampel 40 tanamansecara acak,data pengamatan masing-masing variable dianalisis dengan menggunakan Uji T. Parameter yang diamati adalah komponen vegetatif dan generatif.Hasil kajian menunjukkan bahwa penerapan sistem jajar legowo memberikan pengaruh pada fase vergetatif dan generatif produksi tertinggi dihasilkan legowo 2;1 (6,5) ton/ha sedangkan legowo 4;1 (5,5)t/ha.
- ItemBEBERAPA POLA PERLAKUAN PENINGKATAN NUTRISI RUMPUT RAWA SEBAGAI BAHAN PAKAN UNTUK TERNAK RUMINANSIA(BB Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2016-05-31) Masito; Hayanti, Sari Yanti; BPTP JambiPeningkatan berat badan ternak sangat di dukung oleh pakan yang mengandung nutrisi sesuai kebutuhan tubuh. Pakan terdiri dari hijauan dan konsentrat. Hijauan dapat diperoleh dari berbagai jenis rumput yang berkembang sesuai dengan kondisi lahan, salah satunya lahan rawa. Lahan rawa merupakan ekosistem bagiberbagai jenis rumputyang memiliki kandungan gizi layak sebagai pakan ternak. Namun, volume rumput rawa tidak samapada setiap musim. Pada musim hujan lahan rawa akan menghasilkan hijauan yang melimpah, namun akan sangat berkurang pada musim kemarau/kering. Pada pemeliharaan ternak ruminansia sangat dibutuhkan ketersedian pakan yang cukup baik pada musim hujan maupun kering.Guna memenuhi kebutuhan nutrisi pada musim kering maka perlu dilakukan perlakuan dan penyimpanan pakan.Salah satu perlakuan yang dapat meningkatkan nilai nutrisi pakan adalah fermentasi.Perlakuan pada rumput rawa diharapkan dapatmeningkatkan nilai nutrisipada saat ketersediaan rumput segar berkurang, sehingga kebutuhan nutrisi ternak terpenuhi sepanjang waktu/musim.Teknik-teknik fermentasi yang telah di kembangkan antara lain adalah silase, hay, dan amoniasi. Review ini bertujuan membahas efisiensi pembuatan pakan yang berkualitas baik, praktis, dan ekonomis dengan penambahan nilai nutrisi pada rumput rawa.
- ItemDAMPAK KONVERSI LAHAN SAWAH TERHADAP PRODUKSI PADI DI KABUPATEN BANTUL(BB Pengkajian Teknologi Pertanian, 2016-05-31) Mulyono, Joko; Nugroho, Hery; BPTP JambiKebutuhan lahan untuk kegiatan sektor non pertanian terus mengalami peningkatan, sehingga mendorong terjadinya konversi lahan pertanian. Peluang terbesar konversi lahan pertanian terjadi pada lahan sawah dibandingkan pada lahan kering. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis konversi lahan pertanian terutama lahan sawah ke non pertanian dan menganalisis dampak konversi lahan sawah terhadap produksi padi di Kabupaten Bantul. Penelitian dilakukan di Kabupaten Bantul tahun 2015. Data yang dikumpulkan adalah data sekunder, meliputi: konversi lahan sawah tahun 2010-2014, jumlah penduduk, luas panen, produksi dan produktivitas padi. Data yang diperoleh dianalisis secara diskriptif menggunakan tabulasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konversi lahan sawah ke non pertanian sebesar 213 ha dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir (2010-2014) atau 42,61 ha/tahun. Perkiraan kehilangan produksi padi sebesar 2.727 ton atau 525 ton per tahun.
- ItemDAMPAK MUSIM KEMARAU TERHADAP PENDAPATAN PETERNAK SAPI DI PULAU TIMOR(BB Pengkajian Teknologi Pertanian, 2016-05-31) Kario, Nelson; BPTP JambiSapi merupakan jenis ternak yang sangat diandalkan oleh sub sektor peternakan NTT dalam meningkatkan pendapatan. Seiring peningkatan permintaan daging, usaha peternakan yang ada perkembangannya terkendala dengan kondisi iklim ekstrim yang selalu melanda wilayah ini. Penelitian bertujuan untuk 1. Mengetahui perkembangan produksi usaha peternakan sapi 2. Mengetahui durasi lamanya waktu musim kemarau, 3. mengkaji besar kerugian usaha peternakan sapi akibat dampak musim kemarau. Penelitian dilakukan selama 2 bulan yaitu April – Mei 2015. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1. Usaha peternakan mengalami peningkatan dengan pulau Timor mampu memberikan kontribusi terbesar yaitu antara 66,73 % pada 2013 hingga 79,83 pada 2009. 2. Durasi lamanya musim kemarau bervariasi. 3. Besarnya kerugian usaha peternakan sapi akibat dampak musim kemarau selama lima tahun (2009 – 2013) sebesar Rp. 15.367.711.334.
- ItemDAMPAK PENERAPAN PERTANIAN MODERN MELALUI SOP GAP CABAI DI CIAMIS TERHADAP FLUKTUASI HARGA CABAI DI INDONESIA DALAM ERA MASYARAKAT EKONOMI ASEAN(BB Pengkajian Teknologi Pertanian, 2016-05-31) Arsanti; IW; Nugrahapsari; RA; BPTP JambiCabai merupakan komoditas penyebab inflasi, dimana pada komoditas tersebut terdapat permasalahan ketidakstabilan produksi, permasalahan pasca panen dan penyimpanan. Hal ini mengakibatkan rendahnya kualitas dan ketidakstabilan harga sehingga melemahkan daya saing Indonesia dalam menghadapi era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Untuk itu perlu dilakukan upaya stabilisasi harga melalui penerapan pertanian modern, yaitu dengan melaksanakan SOP dalam rangka GAP cabai yang telah memasukkan inovasi Badan Litbang Pertanian. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui dampak penerapan SOP GAP terhadap produksi cabai di Ciamis dan (2) mengkaji dampak penerapan SOP GAP cabai di Ciamis terhadap fluktuasi harga cabai. Penelitian dilakukan di Ciamis dengan pertimbangan bahwa lokasi tersebut merupakan sentra produksi cabai dan telah ditetapkan sebagai kawasan cabai berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 45/Kpts/PD.200/1/2015. Data yang digunakanadalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung dan diskusi dengan pendekatan Focus Group Discussion (FGD) yang dihadiri 25 orang petani cabai. Data sekunder adalah berupa data harga harian cabai selama 2010-2015 (time series). Metode analisis yang digunakan adalah deskriptif komparatif dengan membandingkan fluktuasi harga cabai sebelum dan setelah penerapan SOP GAP. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan kualitas produk setelah penerapan pertanian modern melalui SOP GAP. Penerapan pertanian modern melalui SOP GAP mampu menstabilkan harga cabai keriting pada tahun 2013, namun harga kembali bergejolak tinggi pada 2014 - 2015. Sedangkan pada cabai merah besar, penerapan SOP GAP belum mampu menstabilkan harga. Oleh karena itu diperlukan intervensi pemerintah melalui insentif harga berdasarkan kualitas cabai agar SOP dan GAP cabai dapat diterapkan di sentra produksi cabai lain di Indonesia.
- ItemDAYA HASIL GENOTIPE PADI PADA MUSIM TANAM BERBEDA DI LAHAN PASANG SURUT KABUPATEN PELALAWAN(BB Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2016-05-31) Sinaga, Parlin H; BPTP JambiKesulitan utama untuk meningkatkan indeks pertanaman (IP) di lahan pasang surut adalah cekaman kekeringan, banjir, dan intensitas serangan hama yang tinggi sehingga lahan tidak dapat ditanami sepanjang musim. Petani padi pasang surut di Provinsi Riau umumnya menanam padi satu kali setahun dengan varietas lokal. Musim tanam jatuh pada bulan Agustus hingga Februari. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pergeseran musim tanam terhadap daya hasil genotipe padi dan peluang untuk meningkatkan IP. Penanaman dilaksanakan pada bulan Maret-Juni 2013, Juli-Oktober 2013, Oktober 2013-Januari 2014. Penelitian dirancang sesuai rancangan acak kelompok lengkap yang diulang tiga kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa musim tanam mempengaruhi hasil padi. Hasil tertinggi genotipe terbaik sebesar 7.87 t/ha GKG diperoleh pada MT Juli-Oktober, disusul hasil pada MT Oktober-Januari sebesar 7,27-7,49 t ha-1 GKG. Hasil pada MT Maret-Juni hanya 5,33 t ha-1 GKG. Padi lokal yang ditanam petani pada MT Agustus-Februari memberi hasil 4 t ha-1 GKG. Penambahan IP di luar musim tanam reguler menghadapi cekaman kekeringan dan serangan hama tikus. Ada peluang untuk meningkatkan IP dengan menanam varietas unggul umur genjah sebanyak dua kali pada satu siklus padi lokal umur dalam. Penanaman padi pada bulan Maret-Juni rentan terhadap cekaman kekeringan dan serangan hama. Genotipe P1F-B-A15, P1D-KK-A26, P5E-KK-A5, P253F-B-53 dapat memberikan hasil total pada MT2 dan MT3 tidak kurang dari 15 t ha-1 GKG, lebih tinggi dibandingkan hasil petani 4 t ha-1 pada rentang waktu yang sama. Genotipe P1F-B-A15, P5E-KK-A5, dan P253F-B-53 tergolong stabil antar musim tanam dan daya hasilnya tinggi.
- ItemDISPLAY VARIETAS INPARI PADA DUA TIPOLOGI LAHAN RAWA LEBAK DI KABUPATEN OGAN ILIRSUMATERA SELATAN(BB Pengkajian Teknologi Pertanian, 2016-05-31) Suparyoto; Waluyo; Setiawan, Usman; BPTP JambiKegiatan ini dilaksanakan di Desa Kotadaro 1 pada lahan rawa lebak dangkal dan Kotadaro 2 pada lahan rawa lebak tengahan, Kecamatan Rantau Panjang, Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan, dimulai pada musim kemarau 2014. Tujuan dari kegiatan ini untuk mengevaluasi daya hasil varietas inpari dan sifat agronomis sesuai dengan tipologi rawa lebak dangkal dan tengahan. Jumlah varietas yang diperagakan sebanyak 4 varietas yaitu Inpari 1, Inpari 4, Inpari 6 dan Inpari 13. Persemaian dilakukan 2 kali pindah. Bibit yang ditanam berumur 30 hari setelah semai (HSS). Sistem tanam legowo 4:1 (50 x 25 x 12,5 cm) dan jumlah bibit 2-3 bibit/lubang. Pupuk yang digunakan 150 kg Urea, 100 kg SP-36 dan 100 kg KCl/ha. Pemupukan dilakukan 2 kali yaitu pada umur 1 minggu setelah tanam (MST) dengan takaran 75 kg urea, 100 kg SP-36 dan 100 kg KCl/ha dan pada umur 4 minggu setelah tanam (MST) dengan takaran 75 kg urea/ha. Data yang dikumpulkan meliputi: tinggi tanaman, jumlah anakan produktif, panjang malai, jumlah gabah per malai, persentase gabah isi per malai, dan produksi. Metoda yang digunakan adalah pengamatan di lapangan. Data yang diperoleh disusun secara tabulasi dan dianalisis secara kuantitatif dan deskriptif. Hasil menunjukkan bahwa pertumbuhan tinggi tanaman dari varietas Inpari yang diperagakan tergolong pendek baik yang ditanam di rawa lebak dangkal maupun lebak tengahan. Jumlah anakan produktif varietas Inpari yang diperagakan tergolong sedang (11,4-13,2 batang/rumpun) di rawa lebak dangkal begitu juga di rawa lebak tengahan yaitu 14,6-16,8 batang/rumpun. Produksi gabah varietas yang diuji di rawa lebak tengahan rata-rata 6,95 ton gkp/ha lebih tinggi dari rawa lebak dangkal rata-rata 6,45 ton gkp/ha. Produksi gabah tertinggi dicapai oleh Inpari 6, Inpari 4 dan Inpari 1 dan Inpari 13 berturut-turut yaitu 7,7 ton gkp/ha, 7,4 ton gkp/ha, 6,6 ton gkp/ha dan 6,1 ton gkp/ha di rawa lebak tengahan.