Prosiding Seminar Teknologi Sistem Usaha Tani Lahan Rawa dan Lahan Kering
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Prosiding Seminar Teknologi Sistem Usaha Tani Lahan Rawa dan Lahan Kering by Title
Now showing 1 - 20 of 42
Results Per Page
Sort Options
- ItemArah dan Strategi Pengembangan Lahan Rawa dan Lahan Kering dalam Pembangunan Wilayah Kalimantan Selatan(Balittra, 1996) Sartopo, Bambang; Balai Penelitian Pertanian Lahan RawaSejalan dengan arah dan kebijaksanaan pembangunan nasional, pelaksanaan pemba- ngunan daerah Provinsi Kalimantan Selatan Jangka Panjang Tahap Kedua tetap beHumpu pada Trilogi Pembangunan, dengan tujuan mewujudkan masyarakat maju, adil dan sejahtera lahir dan balin berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Pembangunan sektor peƱanian dalam Repelita Vl masih memiliki peranan strategis, yakni sebagai sumber utama kehidupan dan pendapatan masyarakat petani, sebagai penghv il bahan mentah dan bahan baku bagi industri pengolahan, dan sebagai penyedia lapangan kerja. Oleh karena itu pembangunan sektor peGanian merupakan bagian strategis dan integral dengan pembangunan wilayah, baik untuk lebih mampu memperkuat peƱumbuhan ekonomi, mendorong pemerataan pembangunan, seƱa meningkatkan stabilitas dan ketahanan nasional. Provinsi Daerah Tlngkat I Kalimantan Selatan mempunyai luas wilayah lebih kurang 3.753.032 ha, diantaranya adalah lahan rawa lebih kurang 1.l40.000 ha dan lahan kering untuk kepentingan peHanian berupa tanaman tahunan dan peternakan lebih kurang 1.162.349 ha. Berkaitan dengan upaya-upaya pembangunan sektor pecanian dan potensi lahan untuk peflanian tersebut di atas, maka isu-isu pokok yang menjadi tantangan pembangunan sektor pertanian Pelita Vl bertumpu pada mempertahankan swasembada ternak potong, mengem- bangkan usaha peflanian berbasis ekspor terutama pada sub sektor perkebunan dan perikanan. Untuk menjawab tantangan tersebut maka daerah Kalimantan Selatan pada PIP 11 ini sektor pertanian perlu terus ditingkatkan agar mampu menghvilkan pangan dan bahan mentah yang cukup bagi pemenuhan kebutuhan rakyat dan lnampu melanjutkan proses industrialisasi. seA makin terkait dan terpadu dengan sektor industri dan jva menuju terbentuknya jaringan kegiatan agroindustri dan agrobisnis yang produktif. Oleh karena itu kita perlu itteningkatkali "Teknologi Sistem Usahatani Lahan Rawa dan Lahan Kering di Katimantan Selatan". Selanjutnya di dalam mcmbahas "Aralt dan Strategi Pcngeixbcngan LaI1an rcwa daiāŗ Lahan Kering Dalam Pembangunan Wilayah kaliinantan Selatan", kitapcrlu mengetahui terlebih daflulu secara garis besar pembangunan pertanian selama PJP I; taiitnngĀ»n, kendclc dan pet\izng pembangunan, serta arahan, sasaran dan stratagi pembanguan lahan rzwa dzn lĆ¢āŗan kering. Dengan dcmikian urutan bcrpikir ini nkan meinpcrjelas gzixbarAiāŗ arAlllit dan strntcgi pci1gcin- bangan Cahan rawa dan lahan kcring di Kalimantziāŗ Selatan.
- ItemBEBERAPA ALTERNATIF POLA TANAM MENDUKUNG OPTIMASI PEMANFAATAN LAHAN PASANG SURUT UNTUK TANAMAN PANGAN(Balittra, 1996) Saragih, Suryanto; Ar-Riza, Isdijanto; Noor, Muhammad; Balai Penelitian Pertanian Lahan RawaLaban pasang surut merupakan sumber daya alam penting untuk dijadikan Iahan Ftanian dimasa mendatang. Potensi Iahan ini di Indonesia masih cukup luas, dimana dai iuta hektar yang tayak dijadikan untuk Iahan pertanian baru 3,6 juta (38 %) yang telah Åtmanfaatkan. Upaya pemanfaatan Iahan pasang surut yang dilaksanakan petani seÅamafr"i masih sangat sederhana. Lahan hanya ditanami padi lokal sekarÅ setahun dan hasi yang diperoleh rendah yaitu berkisar antara 0,5 sampai 2,5 t GKG/ha. Pemanfatan Iahan pasang surut untuk tanaman pangan sesungguhnya dapat di l;kukan secara optimal dengan beberapa alternatifteknik pengaturan pola tanam sesuai devantpotogi Iahan dan perbaikan sistem pengaturan airnya. Lahan tipe A misalnya, dengan pengaturan air dapat dilakukan pertanaman pola padi dua kali setahun yaitu kornbinasi padi unggul-padi unggul atau padi unggul-padi lokal
- ItemDUKUNGAN ALAT DAN MESIN PASCAPANEN SISTEM USAHATANI PADI DI KALIMANTAN SELATAN(Balittra, 1996) Djumhana Noor, Hidayat; Noor, Izzudin; Herawati, Ida; Balai Penelitian Pertanian Lahan RawaBerbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan produksi padi guna men mai dan melestarikan swasembada beras, baik melalui intensifikasi, ekstensifikasi maupun rehabilitasi. Usaha tersebut perlu mendapat dukungan teknologi pascapanen yang tepat agar peningkatan produksi dapat tercapai secara utuh sampai pada peng gunaannya. Selama ini tingkat kehilangan hasil pada proses pascapanen masih tinggi yaitu mencapai 21%. Kehilangan tersebut lebih besar terjadi pada waktu panen (9,19%) dan pada waktu perontokan (4,95%). Umumnya sebagian besar petani masih menggunakan alat dan cara tradisional dalam memproses hasil panennya. Salah satu dukungan teknologi pascapanen yang sangat diperlukan adalah penggunaan alat dan mesin pascapanen yang tepat. Dukungan ini dimaksudkan selain dapat mempercepat proses juga untuk mengatasi kekurangan tenaga dalam proses pascapanen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan sabit, terutama sabÅt bergerigi dua kali leblh cepat dibanding panen dengan ani-ani dengan tingkat kehilangan hasil yang bdak berbeda, yaitu 7,8%. Penggunaan perontok bermesin mempercepat proses peron tokan enam kali lebih cepat dibanding dengan perontokan cara irik (lles) atau bantĆ®ng dan dapat menekan tingkat kehilangan hasil sampai lebih dari 2%.
- ItemEVALUASI PERUBAHAN SIFAT KIMIA AIR TANAH DAN REDOKS POTENSIAL PADA LAHAN PASANG SURUT SULFAT MASAM DI KALIMANTAN SELATAN(Balittra, 1996) Aribawa; Balai Penelitian Pertanian Lahan RawaLahan pasang surut merupakan satah satu lahan bermasalah. Kendala yang sering dijumpai pada lahan ini adalah tingginya konsentrasi unsur-unsur atau senyawa yang bersifat racun bagi tanaman seperti Fe2+, A13+ dan S042ā¢. Tinggi rendahnya konsentrasi beberapa unsur di datam larutan tanah erat hubungannya dengan perubahan redoks potensial (Eh) tanah. Penggenangan tanah akan menurunkan Eh tanah dan juga mengakibatkan meningkatnya konsentrasi Fe2+ dan ketersediaan P. Sebaliknya penurunan tinggi muka air tanah baik secara alami maupun buatan seperti pada lahan pasang surut sulfat masam di Tabunganen menyebabkan meningkatnya nilai Eh pada lapisan tanah atas. Meningkatnya nilai Eh tanah ini merupakan salah satu indikasi telah terjadi oksidasi pirit dalam tanah. Oksidasi pirit menyebabkan pH air tanah jadi turun mencapai nilai 3 dan diikuti dengan meningkatnya konsentrasi Al3+ metebihi 0.20 men yang mungkin akan meracun tanaman, disamping itu konsentrasi sulfat air tanah juga meningkat. Oksidasi piritjuga menyebabkan kation K+, Na+, Ca dan Mg2+ terbebaskan ke dalam larutan tanah dan tercuci mengikuti arah pergerakan air.
- ItemGENOTIPE-.GENOTIPE HARAPAN KEDELAI Dl LAHAN PASANG SURUT(Balittra, 1996) SABRAN, Muhammad; Koesrini; WILLIAM, Muhammad; Balai Penelitian Pertanian Lahan RawaPada saat ini daerah-daerah sentra produksi kedelai ada di pulau Jawa. Hampir 6%dari total produksi kedelai nasional berasal dari Jawa (Sumarno dan Manwan, 1991 Egan semakin menciutnya areal pertanian di Jawa akibat pemukiman dan keperluan mpettanian Iainnya, pengembangan usahatani kedelai perlu diarahkan ke lahan mar di luar pulau Jawa, seperti lahan pasangsuru
- ItemGULMA PADA TANAMAN KEDELAI PASANG SURUT DAN UPAYA PENGENDALIANNYA(Balittra, 1996) Nazemi, Dahkyar; Balai Penelitian Pertanian Lahan RawaČahan yang relatif luas berkisar antara 1,0-2,5 ha dan ketersediaan Wia yang relatif terbatas merupakan salah satu penyebab pengendalian gulma dÅaÄan. Pada tanaman kedelai apabila guĆ®ma tidak dikendalikan dapat hasil antara 18-68% akibat persaingannya dalam mendapatkan air, hara, snar matahari sena ruang tumbuh. Di lahan pasang surut penurunan hasil antaÅa 30-62%Č Oleh karena iÅu pengendalian gulma mutlak dilakukan untuk r.tĆ“hankanpotensi hasilyang tinggi. Dominansijenis gulma dipengaruhi olehjenis Pada tanah sulfat masam gulma yang dominan adalah dari golongan sedangkan pada tanah gambut gulma yang dominan adalah dari golongan Pengendalian gulma pada pertanaman kedelai di lahan pasang surut betum dilaksanakan dengan baik karena terbatasnya tenaga, biaya dan Pengetahuan tentang jenis gulma, kerugian hasil akibat gangguan gulma, dan pengerdaliannya pada tanaman kedelai di lahan pasang surut dipertukan agar -e-ā¢Å”-dalian gulma dapat dilaksanakan dengan baik dan efisien dengan mempertimbagkan sumberdaya yang ada. Pemanfaatan mulsa jerami padi untuk mengendali gutna dapat dipertimbangkan terutama pada pemilikan lahan yang relatif sempit @3-0.5 ha) dan pada lahan petani yang menerapkan pola tanam padi-kedelai. Untuk pemžkan lahan yang relatif luas (1,0 ha), pengendalian gulma dengan herbisida rČā¢pakan attematif yang baik untuk mengurangi curahan tenaga kerja.
- ItemHASIL PENELITIAN JAGUNG Dl LAHAN PASANG SURUT DAN LAHAN KERING(Balittra, 1996) Raihan, Suaidi; Saleh, Muhammad; Fauziati, Nurul; Simatupang, Smith; Balai Penelitian Pertanian Lahan RawaBeberapa usaha telah dilakukan dalam rangka peningkatan produksi jagung di tahan pasang surut dan lahan kering, diantaranya : 1). Tata air. dengan sistem drainase dangkal (shallow drainage) untuk mengatur permukaan air sehingga optimum bagi tanaman jagung dan mengurangi pengaruh keracunan Al dan Fe; 2). Penggunaan vatietas unggul, dimana galur/populasi: Populasi 8128 DMR, Arjuna Sint-4, St A12 90, Populasi 31 DMR dan Ml Sint.l memberikan hasil masing-masing 5,30; 5,22 ; 5,00 ; 4,94 dan 4,00 thaā¢, 3). Pemupukan N dan P dapat meningkatkan hasil jagung mengikuti persamaan regresi Y = 2,74833 + 0,00417 N dan Y = 2,78333 + 0,00566 P atau takaran N dan P yang tepat adalah 90 kg N dan 60 kg P2051ha. Untuk meningkatkan produktivitas,tanah sulfat masam memerlukan pengapuran, pemupukan P dan bahan organik. Pada residu ke 2 ternyata pengaruh kapur, P dan gambut masih nyata meningkatkan hasil tanaman jagung. Pemberian pupuk yang mengandung hara Mg. S, Cu, Zn dan B tidak berpengaruh nyata terhadap hasil jagung. 4). Pemangkasan bagian atas tongkol saat 30 hari setelah 75% berbunga jantan memberikan hasil tettinggi di Bumi Asih, yaitu 4,86 t/ha, sedangkan di Barabai pemangkasan daun bagian bawah tongkol saat 20 hari setelah 75% berbunga jantan memberikan hasil 4,68 tha. Hasil-hasil penelitian tersebut diatas, hendaknya dapat menjadi acuan perencanaan pemanfaatan lahan pasang surut dan lahan kering untuk peningkatan produksi jagung diperoleh produksi dan pendapatan yang maksimal.
- ItemKEBIJAKSANAAN DAN PROGRAM PEMBANGUNAN PERTANIAN LAHAN RAWA DAN LAHAN KERING DI KALIMANTAN SELATAN(Balittra, 1996) Sadjeli; Balai Penelitian Pertanian Lahan RawaPesatnya pertumbuhan sektor non pertanian yang terkonsentrasi di Pulau Jawa telah menyebabkan penyusutan lahan pertanian yang subur dipulau tersebut sehingga mengancam kelestarian swasembada pangan yang telah diCapai pada tahun 1984. Konversi lahan peGanian khususnya di Jawa rata-rata mencapai 50.000 ha perta- hun. Karenanya dalam mempertahankan kelestarian swasembada beras seharusnya tidak digantungkan lagi pada lahan pertanian di Pulau Jawa, dan telah tiba saatnya melihat potensi lahan-lahan marglnal di luar Jawa seperti lahan pasang surut dan lahan kering yang perlu ditangani secam lebih serius. Lahan-lahan tersebut merupakan sumberdaya alam yang potensial untuk pemba- ngunan pertanian apabila dapat ditangani secara tepat dan berkelanjutan dengan mem- pergunakan teknologi pasang surut atau teknologi lahan kering. Kalimantan Selatan secara umum terdiri dari lahan rawa dan lahan kering yang potensinya belum seluruhnya dimanfaatkan untuk pembangunan pertanian. Namun demikian rintisan terobosan kearah itu telah lama dimulai.
- ItemKedelai di lahan rawa pasang surut: Sistem Surjan VS Sistem Drainase Dangkal(Balittra, 1996) Sarwani, Muhrizal; Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa
- ItemMASALAH GULMA DAN TEKNOLOGI PENGENDALIANNYA DI LAHAN SAWAH PASANG SURUT(Balittra, 1996) Simatupang, Smith; Isdijanto, RIZA; SARDJIJO; Balai Penelitian Pertanian Lahan RawaPenyediaan pangan merupakan masalah nasional, karena erat hubungannya dengan masalah sosial dan stabilitas nasional, Oleh karena itu melestarikan swasembada pangan merupakan sasaran utama pembangunan pcrtanian. Hal ini dapat dicapai melalui program intensifikasi, rehabilitasi, diversifikasi maupun perluasan areal tanam. Salah satu altcnatif perluasan areal adalah memanfaatkan Iahan rawa pasang surut
- ItemMEKANISME TRANSFER TEKNOLOGI PERTANIAN Dl INDONESIA(Balittra, 1996) Sutikno, Heru; Balai Penelitian Pertanian Lahan RawaSejalan dengan berkembangnya kcbutuhan dan masalah yang dihadapi dunia pertanian. maka teknologi pertanian harus selalu dikembangkan, Teknologi pertanian yang dihasilkan melalui penelitian tidak dapat langsung disampaikan pada petani karena berbagai kendala, sehingga harus melatui beborapa tahapan, yaitu adaptagi teknologi, verifikasi teknologi dan pengembangan teknologi. Makalah ini bertujuan untuk membahas mengenal paradigma dan mekanisme transfer teknologi yang berlaku Indonesia serta pentingnya koordinasi dalam pelaksanaannya. Pemahaman ter. hadap masalah ini diharapkan akan memperdalam kesadaran akan kedudukan, tugas dan peranan masing-masing instansi dan aparatnya dalam pengembangan teknologi pertanian.
- ItemMesin pertanian untuk usahatani di lahan rawa pasang surut(Balittra, 1996) Prastowo, Bambang; Firmansyah, Imam Nurdin; Balai Penelitian Pertanian Lahan RawaBeberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa di hahan pasang surut dapat dikembangkan usahatani tanaman pangan, khususnya padi (Manwan el al.. 1992), Hal ini tentu harus disertai upaya-upaya untuk mengatasi kendala yang ada. Daerah pasang surut, baik daerah rawa maupun lahan keringnya antara lain didirikan dengan pentingnya pengelolaan tata air, pengolahan tanah, dan langkanya tenaga kerja
- ItemPARTISIPASI WANITA DALAM SISTEM USAHATANI DI PEDESAAN KALIMANTAN SELATAN(Balittra, 1996) Rina, Yanti; NOORGINAYUWATI; Balai Penelitian Pertanian Lahan RawapenelÅian menunjukkan bahwa curahan tonaga korjn wnnita dalam aohari tarÄga sebesar 25% hampir berimbang dongan aloknsl waktu yang dalam usahatani (20%). Alokasi waktu pria dalam usahatanl (25%) tsÄang dengan wanita (20%). Wanita memberikan sumbangan pen. tÄadap pendapatan rumah tangga, watupun tingkat pondidikan. pongowanĆ®ta relatif lebih rendah daripada pria.
- ItemPEMACUAN USAHATANI UBIJALAR Dl LAHAN RAWA(Balittra, 1996) Galib, Rosita; Sunanto; Balai Penelitian Pertanian Lahan RawaUdijalar adalah salah satu komoditas tanaman pangan yang banyak diusahakan dilahan rawa pasang surut maupun rawa lebak. Ubijalaryangditanam&i iebak Kalimantan Selatan dikenal dengan nama 'gumbili NagaraĆ®Åi SaÅ”xaā¢ voduktivitas yang dapat dicapai petani tanpa teknik un satara dapat mÄncapai 10 Uha, lebih tinggi dari rata-rata hasil ubijalar 30t/ha
- ItemPEMANFAATAN ANJING SEBAGAI PREDATOR DAN KOMPONEN PENDUKUNGNYA DALAM MENEKAN POPULASI HAMA TIKUS Dl LAHAN PASANG SURUT(Balittra, 1996) Thamrin, Muhammad; Prayudi, Bambang; Asikin, Syaiful; Balai Penelitian Pertanian Lahan RawaDilahan pasang surut Kalimantan Selatan sampal saat ini kerusakan padi yang disebabkan oleh hama tikus masih terjadi dan berakibat merugikan. Pengendalian hama tikus dilahan pasang surut dengan menggunakan anjing sebagai predator yang dikombinasikan dengan mercon (fumigasi) dan sarang buatan (bumbung bambu) efektif dalam mengendalikan populasi tikus khususnya terhadap tikus yang selalu bersarang di dalam lubang. Makalah ini bertujuan untuk memberikan informasi atau sebagai pedoman dalam mengendalikan hama tikus yang selalu bersarang dalam lubang dengan menggunakan anjing yang didukung oleh mercon dan sarang buatan. Berdasarkan data penelitian pengendalian hama tikus di Iahan pasang surut selama empat tahun terakhir terbukti bahwa anjing yang berperan,sebagai predator merupakan komponen pengendali yang efektif dalam menekan populasi hama tikus. Walaupun demikian, pengendalian dengan menggunakan anjing tersebut masih terdapat kelemaā¢ hannya, karena anjing mengalami kesulitan memburu tikus yang berada dilubang yang sangat dalam dan terbatas gerakannya dalam memburu tikus pada saat padi rimbun. Oleh karena itu pengendalian dengan menggunakan anjing harus dibantu dengan komponen pengendalian lain. Fumigasi dengan menggunakan mercon efektif membunuh tikus yang berada dilubang yang dalam. Sarang buatan juga efektif mengendalikan tikus pada saat padi fase generatif.
- ItemPEMBERIAN KAPUR DAN FOSFAT KEDELAI Dl LAHAN PASANG SURUT(Balittra, 1996) ARIFIN, ZAINAL; Noor, Muhammad; Balai Penelitian Pertanian Lahan RawaPemupukan merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan produktivitas Kebutuhan pupuk di lahan kering masam cukup beragam, tergantung pada sifat kendala lahan. Kendala utama dalam pemanfaatan lahan pasang surut sulfat masam adalah tingginya tingkat kemasaman tanah sebagai akibat oksidasi lapisan pirit yang menghasilkan asam sulfat dan , serta rendahnya kandungan P. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian kapur dan fosfat dapat meningkatkan produktiqtas lahan dengan adanya perubahan sifat sifat kimia tanah. Pemberian kapur dan fosfat dapat meningkatkan hasil kedelai yang dicapai. Pemberian 90 kg P209Pna yang dliringi derqan 1 t kapurma di KP. Unit Tatas dapat meningkatkan hasil kedelai dah 0.14tbqlke{ing (bk) menjadi 2.05 t bkma. Pemberian 1 t CaCOyha dan 135 kg P20sma di Simpang Jaya memberikan hasil sebesar 1,67 t bkma. Hasil penelitian di Pinang Habang menunjukkan pemberian kapur 1 t CaC03/ha dan 69 kg P20sma memberikan hasil biji kering Yha.
- ItemPEMUPUKAN N, P, DAN K PADA PADI DI LAHAN RAWA PASANG SURUT SULFAT MASAM TIPE B(Balittra, 1996) Anwar, Khairil; Alwi, Muhammad; Balai Penelitian Pertanian Lahan RawaKebutuhan tiga pupuk utama (N, P, K) torus mcningkat dari tahun ke tahun. Walaupun demikian onsionsl pemupukan torus monurun. Hal ini karena pemberian pupuk tidak borsifat sposifik lokasi. Agar pomupukan padi di lahan sawah rawa pasang sutut lebih cfisien maka pertu molakukan pemupukan yang mengacu pada hasit-hasil penelitian pada lahan tersebut. Lahan rawa pasang surut sulfat masam tipe B umumnya merupakan tanah sulfat masam yang masih muda (Sulfic Hydraquen0, dimana ait pasang besar (pasang tunggal) dapat masuk ke persawahan. Lahan tersebut cukup potensial untuk dikembangkan menjadi areal pertanian. Hasil-hasil penetitian pada lahan tersebut di atas menunjukkan bahwa dari ketiga macam pupuk tersebut. pupuk Nitrogen merupakan pupuk yang paling besar dan jelas pengaruhnya datam meningkatkan hasil gabah. Karena itu pupuk tersebut harus merupakan yang utama diperhatikan. Pemberian pupuk N sampai takaran 135 kg Niha meningkatkan hasil gabah secara linear. Pemberian pupuk N dilakukan setiap musim tanam, karena tidak punya efek residu. Pemberian urea briket lebih efisien dibanding urea butiran (pill), dan pemberian satu kali (umur7 HST) lebih efisien daripada dua kali. Sedangkan pemberian pupuk P tidak mampu meningkatkan hasil, sehingga pemberian pupuk P cukup dengan takaran kg P205/ha (50-75 kg TSP/ha) setiap musim tanam, guna menjaga kesuburan tanah tersebut, takaran dapat ditingkatkan bila mulai terlihat geja!a kahat P. Pengaruh pemberian pupuk K terhadap peningkatan hasil gabah relatif kecil. walaupun demiklan pupuk tersebut tetap diperlukan guna keseimbangan hara tanah dan memperbaiki daya tahan tanaman terhadap serangan penyakit dan keracu nan besi. Pemberian cukup dengan takaran 30 kg K20/ha (50 kg KCtma) pada saat tanam
- ItemPENGAPURAN DAN PEMUPUKAN P PADA PERTANAMAN PADI Dl LAHAN PASANG SURUT(Balittra, 1996) Masganti; Fauziati; Balai Penelitian Pertanian Lahan RawaPenyediaan beras pada mosa mondatang harus dapat menfaatkan lahan pasang surut yang cukup besar. Akan tetapi lahan ini mengandunqkendata kimia untuk budidaya padi. Kendala tersebut adalah pH tanah vang rendah unsur P. Keadaan ini menyebabkan ketersediaan unsur hara menjadi teriatas unusur-unsur toksik seperti Fe, A dan S04 berada dalarn tingkat yarg tanaman padi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengapuran meningkatkan padi dan kemampuan tanaman padi memanfaatkan residu pupuk P. CaOha pada pertanaman pertama, dapat dimanfaatkan residunya hingga ketigat sedang pemberian 1 t CaO/ha residunya hanya dapat dimanfaatkan pada pertanaman kedua. Pada tanah sulfat masam aktual dan tanah pemupukan P memerlukan dosis 90 kg P205/ha, sedang tanah sulfat masam pctensal hanya 60 kg P205/ha. Pada tanah sulfat masam, fosfatyang bersumber dan batuan alam lebih nyata dalam meningkatkan hasil padi dibandingkan dengan ISP 'Pemu pukan 135 kg P20gfia, residunya dapat dimanfaatkan tanaman hingga peĀ±aman ketiga, pemupukan 90 kg P205/ha hanya memberikan efek residu pada pertaraman kedua, sedang pemberian 45 kg P205/ha tidak memberikan efek residu
- ItemPENGELOLAAN HAMA SERANGGA KEDELAI DI LAHAN PASANG SURUT: (Tinjauan Hasil Penelitian)(Balittra, 1996) Wilis, Mahrita; Najib, Muhammad; Balai Penelitian Pertanian Lahan RawaLahan pasang surut di Indonesia meliputi luasan yang sangat besar yaitu 20,4juta hcktar, scbagian bcsar terdapat disepanjang pantai Sumatera, Kalimantan dan Irian Jaya (Widjaja Adhi et al, 1992). Kondisi spesifik Iahan pasang surut dicirikan oleh pengaruh pasang surutnya air. Berdasarkan jangkauan pengaruh air pasang, Iahan pasang surat dapat dibedakan ke dalam 4 tipologi Iahan yaitu tipe A, B, C dan D (Noorsjamsi et al, 1984).
- ItemPengelolaan Penyakit bercak coklat (cochliobolus miyabeanus) Pada Padi di lahan pasang surut(Balittra, 1996) Mukhlis; Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawapenyakit bercak coklat yang disebabkan olehjamur merupakan salah satu penyakit Luma pada padi di lahan pasang surut, terutama pada lahan bukaan baru. Serangan Fnyakit ini dapat menurunkan produksi padi yang cukup besar dan dalam usus dapat menggagalkan panen. Lahan pasang surut biasanya dikarakterisasikan oleh pH rendah, kadar Al dan Fe Gnggi, dan defisiensi hara. Kadar Fe dalam tanah sangat ditentukan oleh pH tanahdan urjdungan bahan organik yang dapat terdckomposisi. pH rendah dan kandungan bahan qganik tinggi berasosiasi dengan konsentrasi Fe yang tinggi, Dalam keadaan reduksi, ulfat tereduksi menjadi sulfid. Jika Fe bereaksi dengan sulphid, maka akan l'idrogen sulfida dalam tanah yang dapat merusak akar dan mengganggu penyerapan