Prosiding Seminar Teknologi Sistem Usaha Tani Lahan Rawa dan Lahan Kering
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Prosiding Seminar Teknologi Sistem Usaha Tani Lahan Rawa dan Lahan Kering by Issue Date
Now showing 1 - 20 of 42
Results Per Page
Sort Options
- ItemVARIETAS UNGGUL PADI PEKA FOTOPERIOD DIPERLUKAN UNTUK LAHAN RAWA(Balittra, 1996) Sulaeman; IMBERAN, MURJANI; Balai Penelitian Pertanian Lahan RawaLahan pasang surut dan lebak semakin penting dalam sistzm prcduksi upaya pelestarian swasembada beras, mengingat terus meningkah',a jumlah dan menyusutnya lahan suburdiJawa. DiFrkirakan saat ini telah direklamasi, termasuk 715.000 hektar lahan pasang surut dan I SS.OO) hekar lahan tebak yang dibuka sejak 1969 sampai 1991. Indonesia memiliki sekita,r hek2r lahan pasang surut dan 13,3 juta hektar lahan lebak. Pada lahan pasang suut terdapat tanah : 6,7 juta hektar tanah sulfat masam, I I juta hektar tarah 0,4 juta hektar tanah salin (Puslitbangtan, 1992).
- ItemPOTENSI ELEOCHARIS DULCIS SEBAGAI TANAMAN PERANGKAP DALAM MENGENDALIKAN POPULASI PENGGEREK BATANG PADI PUTIH DI LAHAN RAWA PASANG SURUT(Balittra, 1996) Asikin, Syaiful; Balai Penelitian Pertanian Lahan RawaPenggerek batang padi putih merupakan hama penting dan hama spesiesnya dominan dibandingkan dcngan spesios jenis lainnya. Datam mengendalikan hama penggerek batang padi putih pada saat ini diarahkan kepada pengendalian yang berwawasan lingkungan, terutama ditekankan kepada pengendalian hama secara terpadu. Hasil penelitian terhadap preferensi peletakan telur menunjukkan bahwa penggunaan tanaman Eleochatis dulcis atau purun tikus cukup berpotensi dalam memerangkap hama penggerek batang padi putih terutama dalam hal memerangkap telut, Dengan demikian jenis tanaman Eleocharis dulcis dapat digunakan sebagai tanaman perangkap bagi penggerek batang padi putih. Ditinjau dari perkembangan larva penggerek batang padi putih pada Eleocharis dulcis, menunjukkan bahwa larva hanya mampu bertahan hidup 12-16 hari.
- ItemPengembangan Usahatani Ubi Alabio (Dioscorea alata L) di Lahan Rawa Lebak(Balittra, 1996) Zuraida, Rismarini; Noor, Muhammad; Balai Penelitian Pertanian Lahan RawaPermintaan akan beras di masa mendatang semakin meningkat sementara penyediaannya makin sulit, menjadikan peran ubi-ubian sebagai bahan pangan dan sumber karbohidrat alternatif semakin penting. Salah satu jenis ubi-ubian yang banyak dbudidayakan di lahan rawa lebak yaitu ubi Alabio (Dioscorea alata) yang mempunyai potensi bukan hanya untuk pangan, juga sebagai penghasil pati, atkohol, dan zat pewama. Sementara ini ubi Alabio diusahakan secara subsistens dan hanya pasarkan secara terbatas. Budidaya dan pengolahan hasil produk korr%tas sangat sederhana, sehingga Citra dan animo masyarakat terhadap jenis komiditas hi masth rendah. Tingkat produktivitas dan nilai tambah komoditas ini dapat dperbÜj dengan rekayasa teknis budidaya dan sosial ekonomi. Perbaikan teknis buddaya yang meliputi perbaikan varietas, pengaturan tanam, pemupukan, pengendalian gutma dan organisme pengganggu tanaman dapat meningkatkan produktivitas hasil dari rat.a-rata di petani 10 t/ha menjadi 30-40 t umbi segar/ha. Dengan curahan tenaga kerja yang dibutuhkan dalam usahatani ubi Alabio sekitar 265 HOKJha, dapat menghasäkan pendapatan sebesar RP. 36 juta dengan nilai RIC 3,59. Sumbangan usahatari komoditas ini terhadap pendapatan berkisar 29,1%, hampir sebanding dengan kontribusi usahatani padi. Dengan keragaan seperti ini, maka ubi Alabio memifiki prospek Yang baik untuk dikembangkan di lahan rawa Yang di Kalimantan Selatan luasnya mefiputi 69.600 hektar. Walaupun demikian, mengingat preferensi masyarakat terhadap ubi Alabio masih rendah disebabkan terbatasnya teknologi pengolahan hasa pada petani, maka pengembangan secara luas komoditas ini memeriukan dukungan kelembagaan dan kebijaksanaan baik Oleh pemerintah maupun usahawan swasta
- ItemKEBIJAKSANAAN DAN PROGRAM PEMBANGUNAN PERTANIAN LAHAN RAWA DAN LAHAN KERING DI KALIMANTAN SELATAN(Balittra, 1996) Sadjeli; Balai Penelitian Pertanian Lahan RawaPesatnya pertumbuhan sektor non pertanian yang terkonsentrasi di Pulau Jawa telah menyebabkan penyusutan lahan pertanian yang subur dipulau tersebut sehingga mengancam kelestarian swasembada pangan yang telah diCapai pada tahun 1984. Konversi lahan peGanian khususnya di Jawa rata-rata mencapai 50.000 ha perta- hun. Karenanya dalam mempertahankan kelestarian swasembada beras seharusnya tidak digantungkan lagi pada lahan pertanian di Pulau Jawa, dan telah tiba saatnya melihat potensi lahan-lahan marglnal di luar Jawa seperti lahan pasang surut dan lahan kering yang perlu ditangani secam lebih serius. Lahan-lahan tersebut merupakan sumberdaya alam yang potensial untuk pemba- ngunan pertanian apabila dapat ditangani secara tepat dan berkelanjutan dengan mem- pergunakan teknologi pasang surut atau teknologi lahan kering. Kalimantan Selatan secara umum terdiri dari lahan rawa dan lahan kering yang potensinya belum seluruhnya dimanfaatkan untuk pembangunan pertanian. Namun demikian rintisan terobosan kearah itu telah lama dimulai.
- ItemMesin pertanian untuk usahatani di lahan rawa pasang surut(Balittra, 1996) Prastowo, Bambang; Firmansyah, Imam Nurdin; Balai Penelitian Pertanian Lahan RawaBeberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa di hahan pasang surut dapat dikembangkan usahatani tanaman pangan, khususnya padi (Manwan el al.. 1992), Hal ini tentu harus disertai upaya-upaya untuk mengatasi kendala yang ada. Daerah pasang surut, baik daerah rawa maupun lahan keringnya antara lain didirikan dengan pentingnya pengelolaan tata air, pengolahan tanah, dan langkanya tenaga kerja
- ItemSISTEM PENGELOLAAN AIR DALAM MENUNJANG PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN Dl LAMAN PASANG SURUT(Balittra, 1996) Noor, Muhammad; Saragih, Suryanto; Balai Penelitian Pertanian Lahan RawaBeragam komoditas pangan dapat dikembangkan di lahan pasang surut, namun yang sangat menonjol adalah tanaman pangan berupa padi dan palawija. Datam perkembangannya pengelolaan air merupakan kunci yang sangat menentukan dalam peningkatan produktivitas lahan dan intensitas tanam. Hasil penelitian menunjukkan pengelolaan air, pelumpuran dan pemberian kapur dapat meningkatkan hasil padi dari 126 t GKG/ha pada tahun pertama pembukaan menjadi 4,03 tma setelah pengusahaan tiga tahun dengan penerapan pengelolaan air yang diperbaiki dengan sistem irigasi, drainase dan intersepsi (one flow system) secara berkesinambungan dalam tiga musim tanam. Pelumpuran pada MT I menurunkan hasil padi, tetapi pada MT selanjutnya pelumpuran dapat meningkatkan hasil antara 17-32% dibandingkan dengan MT l. Pergifiran tanaman dengan palawija memberikan hasil yang cukup baik, terutama dengan kedelai. Jumlah pemberian kapur cukup berpengaruh terhadap tingkat hasil yang diperoleh baik pada tanam 1 (padi) maupun tanam ke-2 (kedelai dan kacang tanah). Hasil padi dan palawija terbaik Yang dicapai 2,73 t gabah kering giling (GKG), 2,03 t bili kering kacang tanah, dan 1,54 t biji kering kedelai. Residu 4 t kapurma (L3) yang diberikan pada musim tanam ke-l dan ke-2 dapat memberikan peningkatan hasil padi sebesar 85% dan hasil kedelai sekitar 4 kali lipat. Pengolahan tanah dapat meningkatkan secara nyata baik hasil padi pada tanam 1 dan palawija (kacang tanah dan kedelai) pada tanam 2. Pada lahan pasang surut tipe B, dengan sistem drainase dangkal dimungkinkan untuk tanam palawija dalam 2-3 kali setahun. Kapur dan pemupukan berpengaruh cukup besar terhadap hasil palawija. Hasil terbaik palawija yang dicapai masing-masing 4,41 t pipilan kering jagung, 3,52 t biji kering kacang tanah, dan 2,2 t biji kering kedelai per ha.
- ItemPERCEPATAN DAN PELESTARIAN ADOPSI TEKNOLOGI PRODUKSI PADI UNGGUL Dl LAHAN PASANG SURUT(Balittra, 1996) Sutikno, Heru; Balai Penelitian Pertanian Lahan RawaMakalah ini bertujuan untuk membahas masalah pengembangan teknologi padi di lahan pasang surutj mulai dari momentum dan kendala•kendalanya, 3ğfIa çemecahannya dengan teknologi hasil penelitian Balittra, Pada bagian akhif darl makalah ini akan dikemukakan strategi baru yang diugulkan untuk mompercopat dan reiestankan adopsi teknologi padi unggul pada petanL
- ItemPENGEMBANGAN SISTEM WANATANI PADA LAHAN RAWA PASANG SURUT(Balittra, 1996) Alam, Syamsu; Subandi; Zubachirodin; Saenong, Sania; Balai Penelitian Pertanian Lahan RawaPembukaan dan pemanfaatan lahan rawa Yang semula belum banyak digunakan keprluan budidaya/pertanian, akan terus meningkat bila dikaitkan dengan protransmigrasi dari pulau padat huni, terutama pulau Jawa, yang Jahan pertanian terus reoyusut kerena berbagai keperluan di Juar pertanian ke pulau langka huni di luar Jawa rang Iahannya bclum dimanfaatkan atau dikelola secara optimal
- ItemPENINGKATAN PRODUKSI KEDELAI MELALUI PEMUPUKAN N, P DAN K DI LAHAN SULFAȚ MASAM TIPE C(Balittra, 1996) Alwi, Muhammad; Anwar, Khairil; Balai Penelitian Pertanian Lahan RawaPenaneman kedelai di Iahan pasang surut sulfat masam umumnya dihadapkan kemesaman tanah tinggî akibat oksidesi lapisan pirit yang menghasițkan esam sulfat Dalam keadaan masam, kelarutan Al, Fe dan Mn meningkat. Keadaan hi menpakbatkan terflksasinya ion P oleh Al menjadi Al-P yang tidak Iarut, sehingga P dalam tanah berkurang dan tanaman mengalami defisiensi P. Sefain basa-basa seperti K, Ca dan Mg umumnya rendah. Lahan pasang surut sulfat masam memiliki karakteristik kimia tanah sangat beragam. Tergantung pada kedataman lapisan bahan organik, kedalaman lapisan pirit dan sistem pengeblaan ait yang dłgunakan. Keseimbangan takaran pupuk N, P dan K yang sesuai untuk perF'aman kedelai di Iahan pasang surut sulfat masam berhubungan erat dengan karak. kimie tanahnya. Oleh karena itu kebutuhan pupuk N, P dan K untuk mercapai hasî kedeiai optimal perlu disesuaikan dengan karakteristik kimia tanahnya Bila ketersediaan N, P dan K tanah rendah, maka diperlukan tambahan pupuk N, P dan K daiam jumlah besar. Sebaliknya bila ketersediaan N, P dan K tanah tinggi, maka pupuk N, P dan K relatif kecil.
- ItemTEKNOLOGI SISTEM USAHATANI PROSPEK PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN DI LAHAN RAWA LEBAK SUMATERA SELATAN(Balittra, 1996) Waluyo; Ismail, Inu G.; Balai Penelitian Pertanian Lahan RawaLuas lahan lebak di Sumatera Selatan sekitar 2 juta ha, akan tetapi baru sekitar 300 ribu hektaryang telah diusahakan. Secara tradisional, petani rawa lebak umumnya hanya menanam padi sekali setahun dengan hasil rata-rata 2,7 tma. Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui penyempurnaan pengelolaan lahan dan teknik budidaya, daerah lebak mempunyai potensi yang cukup besar untuk pengembangan tanaman padi maupun palawija. Dengan penggunaan varietas unggul yang sesuai dan teknik budidaya yang baik, hasil padi dapat mencapai 5,0 - 7,5 bha dan kedelai 2 t/ha. Peningkatan produksi tanaman di lahan rawa lebak selain dapat dilakukan melalui peningkatan produktivitas lahan, juga melalui pengaturan pola tanam yang tepat sesuai dengan tipologi lahannya (lebak dangkal, tengahan dan dalam). Peningkatan intensitas tanam dengan pola tanam padi-palawija-padi dapat memberikan pendapatan petani sebesar Rp 2.059.000 pada rawa dangkal dan tengahan di Kijang Ulu, Sumatera Selatan. Kendala utama pengembangan tanaman pangan di lahan lebak, antara Iain: fluktuasi genang air tak menentu, hama tikus dan orong-orong, terbatasnya tenaga dan modal kerja serta ketersediaan sarana produksi.
- ItemPEMUPUKAN N, P, DAN K PADA PADI DI LAHAN RAWA PASANG SURUT SULFAT MASAM TIPE B(Balittra, 1996) Anwar, Khairil; Alwi, Muhammad; Balai Penelitian Pertanian Lahan RawaKebutuhan tiga pupuk utama (N, P, K) torus mcningkat dari tahun ke tahun. Walaupun demikian onsionsl pemupukan torus monurun. Hal ini karena pemberian pupuk tidak borsifat sposifik lokasi. Agar pomupukan padi di lahan sawah rawa pasang sutut lebih cfisien maka pertu molakukan pemupukan yang mengacu pada hasit-hasil penelitian pada lahan tersebut. Lahan rawa pasang surut sulfat masam tipe B umumnya merupakan tanah sulfat masam yang masih muda (Sulfic Hydraquen0, dimana ait pasang besar (pasang tunggal) dapat masuk ke persawahan. Lahan tersebut cukup potensial untuk dikembangkan menjadi areal pertanian. Hasil-hasil penetitian pada lahan tersebut di atas menunjukkan bahwa dari ketiga macam pupuk tersebut. pupuk Nitrogen merupakan pupuk yang paling besar dan jelas pengaruhnya datam meningkatkan hasil gabah. Karena itu pupuk tersebut harus merupakan yang utama diperhatikan. Pemberian pupuk N sampai takaran 135 kg Niha meningkatkan hasil gabah secara linear. Pemberian pupuk N dilakukan setiap musim tanam, karena tidak punya efek residu. Pemberian urea briket lebih efisien dibanding urea butiran (pill), dan pemberian satu kali (umur7 HST) lebih efisien daripada dua kali. Sedangkan pemberian pupuk P tidak mampu meningkatkan hasil, sehingga pemberian pupuk P cukup dengan takaran kg P205/ha (50-75 kg TSP/ha) setiap musim tanam, guna menjaga kesuburan tanah tersebut, takaran dapat ditingkatkan bila mulai terlihat geja!a kahat P. Pengaruh pemberian pupuk K terhadap peningkatan hasil gabah relatif kecil. walaupun demiklan pupuk tersebut tetap diperlukan guna keseimbangan hara tanah dan memperbaiki daya tahan tanaman terhadap serangan penyakit dan keracu nan besi. Pemberian cukup dengan takaran 30 kg K20/ha (50 kg KCtma) pada saat tanam
- ItemPENGEMBANGAN SISTEM USAHA TANI Dl LAHAN BERGAMBUT(Balittra, 1996) Supriyo, Agus; Prayudi, Bambang; Isdijanto; Balai Penelitian Pertanian Lahan RawaPotensi lahan gambut yang layak dikembangkan untuk pertanian diperkirakan 2,5 juta ha dari 18,0 juta ha yang ada di Indonesia (Dai, 1989). Sekitar 2,6 juta ha mempunyai Fngembangan skala luas, termasuk I ,5juta ha skala prioritas tinggi, yang di Kalimantan mencapai luas 350.000 ha. Untuk menunjang pengembangan sistem usahatani lahan pasang surut yang mapan dan berkelanjuun dalam usaha meningkatkan kesejahteraan petani, sejak tahun 1976 telah dilaksanakan kegiatan penelitian oleh berbagai pihak, antara lain Team Universitas Gadjah Mada dengan program Test Farm di Kalimantan, Team Test Farm PB di wilayah Sumatera, Badan Litbang Penanian melalui program P3MT dan dilanjutkan dengan kegiatan penelitian lahan pasang surut dan rawa (Swamps II) mulai Tahun 1986 sampai 1992 baik di Sumatera maupun di Kalimantan.
- ItemBEBERAPA ALTERNATIF POLA TANAM MENDUKUNG OPTIMASI PEMANFAATAN LAHAN PASANG SURUT UNTUK TANAMAN PANGAN(Balittra, 1996) Saragih, Suryanto; Ar-Riza, Isdijanto; Noor, Muhammad; Balai Penelitian Pertanian Lahan RawaLaban pasang surut merupakan sumber daya alam penting untuk dijadikan Iahan Ftanian dimasa mendatang. Potensi Iahan ini di Indonesia masih cukup luas, dimana dai iuta hektar yang tayak dijadikan untuk Iahan pertanian baru 3,6 juta (38 %) yang telah śtmanfaatkan. Upaya pemanfaatan Iahan pasang surut yang dilaksanakan petani sełamafr"i masih sangat sederhana. Lahan hanya ditanami padi lokal sekarł setahun dan hasi yang diperoleh rendah yaitu berkisar antara 0,5 sampai 2,5 t GKG/ha. Pemanfatan Iahan pasang surut untuk tanaman pangan sesungguhnya dapat di l;kukan secara optimal dengan beberapa alternatifteknik pengaturan pola tanam sesuai devantpotogi Iahan dan perbaikan sistem pengaturan airnya. Lahan tipe A misalnya, dengan pengaturan air dapat dilakukan pertanaman pola padi dua kali setahun yaitu kornbinasi padi unggul-padi unggul atau padi unggul-padi lokal
- ItemArah dan Strategi Pengembangan Lahan Rawa dan Lahan Kering dalam Pembangunan Wilayah Kalimantan Selatan(Balittra, 1996) Sartopo, Bambang; Balai Penelitian Pertanian Lahan RawaSejalan dengan arah dan kebijaksanaan pembangunan nasional, pelaksanaan pemba- ngunan daerah Provinsi Kalimantan Selatan Jangka Panjang Tahap Kedua tetap beHumpu pada Trilogi Pembangunan, dengan tujuan mewujudkan masyarakat maju, adil dan sejahtera lahir dan balin berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Pembangunan sektor peñanian dalam Repelita Vl masih memiliki peranan strategis, yakni sebagai sumber utama kehidupan dan pendapatan masyarakat petani, sebagai penghv il bahan mentah dan bahan baku bagi industri pengolahan, dan sebagai penyedia lapangan kerja. Oleh karena itu pembangunan sektor peGanian merupakan bagian strategis dan integral dengan pembangunan wilayah, baik untuk lebih mampu memperkuat peñumbuhan ekonomi, mendorong pemerataan pembangunan, seña meningkatkan stabilitas dan ketahanan nasional. Provinsi Daerah Tlngkat I Kalimantan Selatan mempunyai luas wilayah lebih kurang 3.753.032 ha, diantaranya adalah lahan rawa lebih kurang 1.l40.000 ha dan lahan kering untuk kepentingan peHanian berupa tanaman tahunan dan peternakan lebih kurang 1.162.349 ha. Berkaitan dengan upaya-upaya pembangunan sektor pecanian dan potensi lahan untuk peflanian tersebut di atas, maka isu-isu pokok yang menjadi tantangan pembangunan sektor pertanian Pelita Vl bertumpu pada mempertahankan swasembada ternak potong, mengem- bangkan usaha peflanian berbasis ekspor terutama pada sub sektor perkebunan dan perikanan. Untuk menjawab tantangan tersebut maka daerah Kalimantan Selatan pada PIP 11 ini sektor pertanian perlu terus ditingkatkan agar mampu menghvilkan pangan dan bahan mentah yang cukup bagi pemenuhan kebutuhan rakyat dan lnampu melanjutkan proses industrialisasi. seA makin terkait dan terpadu dengan sektor industri dan jva menuju terbentuknya jaringan kegiatan agroindustri dan agrobisnis yang produktif. Oleh karena itu kita perlu itteningkatkali "Teknologi Sistem Usahatani Lahan Rawa dan Lahan Kering di Katimantan Selatan". Selanjutnya di dalam mcmbahas "Aralt dan Strategi Pcngeixbcngan LaI1an rcwa dai› Lahan Kering Dalam Pembangunan Wilayah kaliinantan Selatan", kitapcrlu mengetahui terlebih daflulu secara garis besar pembangunan pertanian selama PJP I; taiitnng»n, kendclc dan pet\izng pembangunan, serta arahan, sasaran dan stratagi pembanguan lahan rzwa dzn lâ›an kering. Dengan dcmikian urutan bcrpikir ini nkan meinpcrjelas gzixbarAi› arAlllit dan strntcgi pci1gcin- bangan Cahan rawa dan lahan kcring di Kalimantzi› Selatan.
- ItemPROSPEK DAN KENDALA PENGEMBANGAN PADI SEBAR LANGSUNG Dl LAHAN PASANG SURUT(Balittra, 1996) Masganti; Fauziati; Balai Penelitian Pertanian Lahan RawaSalah satu kendala produksi padl di Iahon pasang surut adatah bolum tersedianya teknologi sistem produksi yang homat tenaga, sohingga ponanaman padi dua kali setahun hanya dapat dilakukan sokltar 13% dari luns Iahan yang torsodia, Teknologi padi sebar langsung dapat menurunkan jumlah tonaga korja. kuhususnya pada kegiatan persemaian dan tanam. Selain itu teknologi ini juga dapat mempetpen• dek masa produksi padi dan hasilnya Iebih tinggi dari tanam pindah. Beborapa kondata pengembangan padi sebar langsung di Iahan pasang surut adalah : (1) jumlah benih dan pupuk yang diperlukan Iebih banyak, (2) tanaman mudah rebah. (3) portumbuhan gulma dan serangan tikus Iebih intensif, (4) benih yang disebar dimakan burung/terbawa getakan pasang surut air, (5) pertumbuhan tidak merata dan (6) pomeliharaan Iebih sulit. Teknologi padi sebar langsung di Iahan pasang surut dapat dikembangkan apabila komponen-komponen teknologi diterapkan secara tepati meliputi : (a) persiapan Iahan dengan pengolahan tanah semputna dan rata, (b) benih direndam dengan air selama 24 jam. kemudian ditiriskan dan dilapisi dengan 100 g CaO/kg benih. (c) menggunakan varietas IR66 pada musim hujan dan IR64 pada musim kemarau, (d) kepadatan benih 150-200 kglha, (e) pemupukan NPK 135-90-90, (O pengapuran sebanyak t CaOma, (g) tanam dilakukan pada saat pasang ganda, (h) gulma dikenda!ikan dengan herbisida pratumbuh tiga hari sebelum sebar dan herbisida puma tumbuh tujuh hari sesudah sebar dan (i) tikus dikendalikan melatui pengumpanan dini dengan klerat
- ItemSISTEM PENGELOLAAN AIR DALAM MENUNJANG PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN Dl LAMAN PASANG SURUT(Balittra, 1996) Noor, Muhammad; Saragih, Suryanto; Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawaswasembada betas dan mengantisipasi menyusutnya kevetfuan nonpertanian, maka perfuasan areal pertanian ke lahan sever% taken pasanq surut akan menjadi p'Tlhan. Lahan pasang surut gerg49a-s 4•anase, terutama pada musim hujan ketika terjadi kelebihan air. Saluran %arzse deqan ukucan rebar 40 an dan dalamnya sekitar 20 an, berfungsi ke(emUbzn lahan, gekaligus sebagai pengumpul dan penya!ur antag bin asam dan zat toksik dari lahan. Penerapan drainase pada lahan yang A 6 bersifat Tabunegen megawn dengan tanaman jarak seperti 12 m Fedapat 2 , A1menekan 3+ dan S042- konsentrasimenjadi
- ItemPENGAPURAN DAN PEMUPUKAN P PADA PERTANAMAN PADI Dl LAHAN PASANG SURUT(Balittra, 1996) Masganti; Fauziati; Balai Penelitian Pertanian Lahan RawaPenyediaan beras pada mosa mondatang harus dapat menfaatkan lahan pasang surut yang cukup besar. Akan tetapi lahan ini mengandunqkendata kimia untuk budidaya padi. Kendala tersebut adalah pH tanah vang rendah unsur P. Keadaan ini menyebabkan ketersediaan unsur hara menjadi teriatas unusur-unsur toksik seperti Fe, A dan S04 berada dalarn tingkat yarg tanaman padi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengapuran meningkatkan padi dan kemampuan tanaman padi memanfaatkan residu pupuk P. CaOha pada pertanaman pertama, dapat dimanfaatkan residunya hingga ketigat sedang pemberian 1 t CaO/ha residunya hanya dapat dimanfaatkan pada pertanaman kedua. Pada tanah sulfat masam aktual dan tanah pemupukan P memerlukan dosis 90 kg P205/ha, sedang tanah sulfat masam pctensal hanya 60 kg P205/ha. Pada tanah sulfat masam, fosfatyang bersumber dan batuan alam lebih nyata dalam meningkatkan hasil padi dibandingkan dengan ISP 'Pemu pukan 135 kg P20gfia, residunya dapat dimanfaatkan tanaman hingga pe±aman ketiga, pemupukan 90 kg P205/ha hanya memberikan efek residu pada pertaraman kedua, sedang pemberian 45 kg P205/ha tidak memberikan efek residu
- ItemPengelolaan Penyakit bercak coklat (cochliobolus miyabeanus) Pada Padi di lahan pasang surut(Balittra, 1996) Mukhlis; Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawapenyakit bercak coklat yang disebabkan olehjamur merupakan salah satu penyakit Luma pada padi di lahan pasang surut, terutama pada lahan bukaan baru. Serangan Fnyakit ini dapat menurunkan produksi padi yang cukup besar dan dalam usus dapat menggagalkan panen. Lahan pasang surut biasanya dikarakterisasikan oleh pH rendah, kadar Al dan Fe Gnggi, dan defisiensi hara. Kadar Fe dalam tanah sangat ditentukan oleh pH tanahdan urjdungan bahan organik yang dapat terdckomposisi. pH rendah dan kandungan bahan qganik tinggi berasosiasi dengan konsentrasi Fe yang tinggi, Dalam keadaan reduksi, ulfat tereduksi menjadi sulfid. Jika Fe bereaksi dengan sulphid, maka akan l'idrogen sulfida dalam tanah yang dapat merusak akar dan mengganggu penyerapan
- ItemGULMA PADA TANAMAN KEDELAI PASANG SURUT DAN UPAYA PENGENDALIANNYA(Balittra, 1996) Nazemi, Dahkyar; Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawațahan yang relatif luas berkisar antara 1,0-2,5 ha dan ketersediaan Wia yang relatif terbatas merupakan salah satu penyebab pengendalian gulma dŔaĂan. Pada tanaman kedelai apabila guîma tidak dikendalikan dapat hasil antara 18-68% akibat persaingannya dalam mendapatkan air, hara, snar matahari sena ruang tumbuh. Di lahan pasang surut penurunan hasil antała 30-62%ț Oleh karena iłu pengendalian gulma mutlak dilakukan untuk r.tôhankanpotensi hasilyang tinggi. Dominansijenis gulma dipengaruhi olehjenis Pada tanah sulfat masam gulma yang dominan adalah dari golongan sedangkan pada tanah gambut gulma yang dominan adalah dari golongan Pengendalian gulma pada pertanaman kedelai di lahan pasang surut betum dilaksanakan dengan baik karena terbatasnya tenaga, biaya dan Pengetahuan tentang jenis gulma, kerugian hasil akibat gangguan gulma, dan pengerdaliannya pada tanaman kedelai di lahan pasang surut dipertukan agar -e-•š-dalian gulma dapat dilaksanakan dengan baik dan efisien dengan mempertimbagkan sumberdaya yang ada. Pemanfaatan mulsa jerami padi untuk mengendali gutna dapat dipertimbangkan terutama pada pemilikan lahan yang relatif sempit @3-0.5 ha) dan pada lahan petani yang menerapkan pola tanam padi-kedelai. Untuk pemžkan lahan yang relatif luas (1,0 ha), pengendalian gulma dengan herbisida rș•pakan attematif yang baik untuk mengurangi curahan tenaga kerja.
- ItemTEKNOLOGI SISTEM USAHATANI TAMPILAN POTENSI USAHATANI Dl LAHAN RAWA LEBAK(Balittra, 1996) Koesman, Ea; Ahmadi; Balai Penelitian Pertanian Lahan RawaLahan rawa lebak merupakan alternatif dalam peningkatan produksi pertanian. Pilihan tersebut disebabkan telah menyusutnya Iahan-lahan subur di Jawa akibat meningkatnya jumlah penduduk serta pengembangan sektor industrie Lahan rawa lebak di Indonesia diperkirakan mencapai luasan 14,7 juta ha yang tersebar di Kalimantan, Sulawesi, Irian dan Sumatera. Di Sumatera Selatan terdapat sekitar 2,0 juta ha. Usahatani Iahan rawa lebak sering dihambat oleh berbagai kendala baik bersifat biotik, maupun sosial ekonomi. Kendala abiotik yang umum terjadi adalah kekeringan serta genangan air yang tidak dapat diramal menurut musim. Selain itu, karakteristik Iahan rawa lebak yang berbeda-beda mempersulit pengembangan usahatani di Iahan rawa lebak. Penataan Iahan yang tepat sangat menentukan keberhasilan usahatani di Iahan rawa lebak. Hasil-hasil penelitian di rawa lebak menunjukan model sistem usahatani introduksi dapat meningkatkan produktivitas Iahan maupun pendapatan petani. Beberapa komoditas tanaman cocok untuk dikembangkan di Iahan rawa lebak, setelah tanam padi,di musim kemarau dapat ditanam ubi Alabio,kedelai,jagung,cabe keriting,kenaf. Sistem usahatani model surjan dapat memberikan pendapatan petani yang a-lkup tir,ggi yaitu RP. 2.182.000 di Kayu Agung (Sumatra Selatan), RP. 2.281.000 di Babirik dan RP. 2.824.000/ha/tahun di Tapus Kalimantan Selatan. Namun dilain pihak petani masih menggunakan teknologi sistem yang tradisional. Usaha-usaha pengembangan teknologi sistem usahatani hasil penelitian kepada petani di Iahan rawa lebak perlu ditjngkatkan melalui berbagai aspek dan ditunjang oleh berbagai disiplin penentu kebijaksanaan.
- «
- 1 (current)
- 2
- 3
- »