Prosiding Seminar Nasional Akselerasi Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi, Mendukung Ketahanan Pangan di Wilayah Kepulauan
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Prosiding Seminar Nasional Akselerasi Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi, Mendukung Ketahanan Pangan di Wilayah Kepulauan by Subject "Agribisnis"
Now showing 1 - 4 of 4
Results Per Page
Sort Options
- ItemImplementasi Pembangunan Pertanian Di Provinsi Maluku(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2007) Marasabessy, A; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuSektor pertanian telah dan terus dituntut berperan dalam perekonomian nasional melalui pembentukan PDB (Pendapatan Domestik Bruto), sumber devisa melalui ekspor, penyediaan pangan dan bahan baku industri, pengentasan kemiskinan, penyediaan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan masyarakat. Selain kontribusi langsung, sektor pertanian juga memiliki kontribusi tidak langsung yang berupa efek pengganda (multiplier effect), yaitu keterkaitan input-output antar industri, konsumsi dan investasi. Dampak pengganda tersebut relatif besar sehingga sektor pertanian layak dijadikan sektor andalan dalam pembangunan ekonomi masional. Sektor pertanian terbukti lebih tanggu bertahan dan mampu pulih lebih cepat disbanding sektor lainnya, sehingga dapat berperan sebagai penyangga pembangunan nasional. Peran tersebut terutama dalam penyediaan kebutuhan pangan pokok, perolehan devisa melalui ekspor, penampung (reservoir) tenaga kerja yang kembali ke pedesaan, penanggulangan kemiskinan, pengendalian inflasi, dan pertumbuhan yang masih positif. Secara umum, sektor pertanian telah mampu melepaskan diri dari ancaman keterpurukan yang perkepanjangan, terlepas dari ancaman kontraksi berkelanjutan dan melepaskan diri dari perangkap “ spiral pertumbuhan rendah “ dan bahkan telah berada pada fase percepatan pertumbuhan (accelerating growth) menuju pertumbuhan berkelanjutan (sustainable growth).
- ItemModel Rancang Bangun Laboratorium Agribisnis Prima Tani Agroekosistem Lahan Sawah Intensif di Kabupaten Buru(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2007) Hidayah, Ismatul; Malawat, Saleh; Van Room, Maryke Jolanda; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuPenelitian ini bertujuan mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan pengembangan agribisnis usahatani lahan sawah intensif serta membuat model rancang bangun laboratorium agribisnis dan jenis inovasi yang akan dilakukan. Permasalahan usahatani lahan sawah intensif antara lain tidak tersedianya bibit unggul padi dilokasi, terbatasnya tenaga kerja, penggunaan pupuk berimbang yang masih rendah, berkurangnya debit air pada musim kemarau, banyaknya populasi ternak namun belum dikandangkan, belum dimanfaatkannya limbah padi, kelembagaan kelompok tani belum aktif. Alternatif model usahatani terpadu di desa Waenetat kecamatan Waeapo, kabupaten Buru yang ditawarkan adalah melalui pendekatan usahatani terpadu Model Crops Livestock System (CLS) yaitu integrasi antara tanaman dan ternak seperti padi dan sapi potong. Inovasi teknologi yang dianjurkan antara lain teknologi perbenían dengan menggunakan benih berlabel (dibentuk kelompok penangkar), teknologi pemupukan secara organik dan berimbang, teknologi pembuatan bokasih dari jerami padi, penanaman palawija kedelai pada MK2 dengan teknologi model PTT, teknologi pemeliharaan dan perkandangan sapi secara intensif, teknologi pengolahan kompos kotoran sapi sebagai pupuk organik, Teknologi pengolahan jerami padi fermentasi untuk pakan ternak sapi.
- ItemPeningkatan Daya Saing Vanili Menunjang Agribisnis di Maluku(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2007) Nurdin, Maryam; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuSebagian besar produksi vanili Indonesia digunakan untuk keperluan ekspor, sehingga penanganan cara pembudidayaan dan pengolahan hasilnya harus tepat guna agar mutu vanili yang dihasilkan baik, dan dapat memberikan nilai yang besar terhadap devisa negara. Untuk memenuhi permintaan konsumen dunia, dalam satu dasawarsa terakhir ini luas areal tanaman vanili di Indonesia meningkat dengan pesat. Namun peningkatan luas areal tersebut belum diikuti dengan meningkatnya produksi, karena tingkat produktivitasnya juga masih rendah yaitu baru mencapai 90,5 kg per ha. Sedangkan tanaman vanili yang baik harus menghasilkan 2.000 – 2.500 kg per ha vanili basah. Luas areal pertanaman vanili masih sangat sedikit, yaitu sekitar 50 ha dan tersebar hanya di Kabupaten Maluku Tengah dan Seram Bagian Barat (BPS, 2002). Jika dibandingkan dengan potensi lahan perkebunan di Maluku, maka pengembangan komoditas tersebut mempunyai peluang yang cukup besar. Untuk dapat meningkatkan daya saing, maka langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah : intensifikasi budidaya mencakup peningkatan kualitas pemeliharaan khususnya pembasmian hama dan penyakit; peningkatan kualitas pengolahan; peningkatan keamanan terhadap hasil panen. Banyaknya pencurian buah vanili sehingga mengakibatkan petani memungut hasilnya sebelum tua sehingga mutu vanili yang diperoleh rendah. Menyatukan para petani vanili dalam wadah koperasi perlu dilakukan agar memudahkan petani dalam melakukan pemasaran vanili dan Koordinasi untuk menciptakan sinergisme yang baik diantara subsistem dalam agribisnis.
- ItemSistem Ketahanan Pangan dan Agribisnis Berbasis Komunitas Kepulauan(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2008) Girsang, Wardis; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuPembangunan sistem ketahanan pangan berbasis sumberdaya lokal penting dilakukan agar terhindar dari ketergantungan pangan dari daerah lain. Sebagai upaya mempelajari sistem ketahanan pangan, suatu studi penyusunan tanaman pangan unggulan berbasis komunitas kepulauan telah dilaksanakan di kabupaten Maluku Tenggara Barat, propinsi Maluku. Metode studi dalam penelitian ini adalah telaah kepustakaan dilengkapi dengan verifikasi dan diskusi kelompok focus dengan Bappeda dan Dinas terkait. Hasil studi menunjukkan bahwa potensi sumberdaya pangan lokal berbasis non-beras yang dikelola dengan inovasi kearifan lokal masih cukup memenuhi kebutuhan pangan penduduk. Maka, isu kerawanan pangan sebenarnya belum terjadi di kabupaten MTB. Namun demikian, ketersediaan dan kecukupan pangan lokal sedang terancam oleh karena beberapa faktor: inovasi teknologi pertanian yang kurang berkembang, re-distribusi ketersediaan pangan yang sulit, makin rendahnya tingkat produktifitas, kerentanan terhadap risiko kekeringan dan gangguan hama penyakit, serta kecenderungan masyarakat meninggalkan pangan lokal seiring dengan makin meningkatnya preferensi dan aksessibilitas masyarakat mengkonsumsi beras impor, khususnya di daerah yang memiliki akses ke perkotaan. Oleh karena itu, disarankan pentingnya pengembangan konsep pembangunan sistem agribisnis komoditas pangan unggulan berbasis komunitas (kecamatan) di tiap gugus pulau, sebagai upaya mempercepat inovasi pertanian sekaligus memperbaiki sistem pembangunan ketahanan pangan berkelanjutan di kabupaten MTB pada khususnya dan propinsi Maluku pada umumnya.