Sirkuler Inovasi Tanaman Industri dan Penyegar
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Sirkuler Inovasi Tanaman Industri dan Penyegar by Subject "Q Food science/Ilmu Pangan::Q70 Processing of agricultural wastes/Pengolahan Limbah Pertanian"
Now showing 1 - 5 of 5
Results Per Page
Sort Options
- ItemANALISIS FINANSIAL DIVERSIFIKASI USAHA PERKEBUNAN KAKAO RAKYAT DAN TERNAK KAMBING DI TINGKAT PETANI(PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERKEBUNAN, 2014-12) Rusdiana, Supardi; Martono, BudiProspek tanaman kakao sangat menjanjikan untuk diusahakan terutama pada lahan yang sesuai dengan tanaman kakao. Jika teknologi budidaya anjuran dapat diterapkan dengan baik, maka tanaman kakao menghasilkan kualitas yang baik, keuntungan usahatani terpadu yang mampu meningkatkan pendapatan petani, mengurangi resiko kegagalan panen, memberikan tambahan lapangan kerja, dan meningkatkan efisiensi penggunaan sumberdaya. Limbah kakao seperti kulit buah dapat dipergunakan sebagai pakan ternak yang potensial. Kulit buah kakao merupakan produk sampingan yang ditinggalkan di kebun setelah biji kakao diambil. Padahal, limbah tersebut dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak ruminansia oleh para petani. Tujuan tulisan ini adalah menganalisis kelayakan finansial diversifikasi usaha perkebunan kakao rakyat dan ternak kambing di petani. Hasil dari usaha tanaman kakao seluas 1 ha yang diusahakan oleh petani terbukti memberikan keuntungan bersih sebesar Rp. 12.225.000 dengan R/C rationya sekitar 2,4. Integrasi kakao-kambing dalam suatu sistem usahatani terpadu sudah banyak dilakukan petani dan memberikan hasil yang menguntungkan. Berdasarkan hasil usaha ternak kambing yang dipelihara skala 8 ekor, 6 ekor betina muda dan 2 ekor jantan diperoleh keuntungan bersih Rp. 3.278.500,-/tahun, nilai R/C ratio 1,3 sehingga usahatani kakao dan kambing layak dipadukan dan dapat dipertahankan oleh petani.
- ItemDIVERSIFIKASI PRODUK BERBASIS PULPA KAKAO(PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERKEBUNAN, 2013-08) Towaha, Juniaty TowahaSelama ini pulpa kakao lebih banyak terbuang sebagai limbah dari proses fermentasi biji kakao. Cairan lendir pulpa yang dihasilkan dari proses fermentasi satu ton biji kakao dapat mencapai 75-100 liter dengan bau yang tidak sedap, sehingga dapat mencemari lingkungan. Walaupun pulpa sangat diperlukan dalam proses fermentasi biji kakao, tetapi keberadaannya yang terlalu berlebihan cenderung dapat menghambat proses fermentasi itu sendiri. Di samping itu, senyawa asam asetat yang dihasilkan secara berlebih sudah terbukti dapat menghambat pembentukan citarasa cokelat. Lendir pulpa kakao diketahui mengandung berbagai senyawa nutrisi. Di antaranya gula, dengan kandungan yang cukup tinggi sehingga dapat diolah menjadi berbagai produk seperti minuman jus pulpa/soft drink, nata de kakao, selai, jeli, pektin, minuman anggur, etanol, asam asetat, herbisida dan aktivator pengompos. Oleh karena itu, dalam rangka mewujudkan industri yang berwawasan lingkungan dan menciptakan lapangan pekerjaan serta memberi nilai tambah pada pendapatan petani kakao, maka sudah selayaknya limbah pulpa maupun pulpa yang khusus dipisahkan sebagian dengan alat depulper dapat dimanfaatkan menjadi produk yang bernilai ekonomis tinggi.
- ItemKARAKTERISTIK KIMIA KOMPOS DAN PAKAN TERNAK HASIL FERMENTASI LIMBAH KULIT BUAH KAKAO(PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERKEBUNAN, 2014-08) Towaha, Juniaty; RubiyoKulit buah merupakan komponen terbesar dari buah kakao, sehingga pada setiap pengolahan biji kakao, limbah kulit buah kakao sangat melimpah. Dari limbah kulit buah kakao dapat diolah menjadi pupuk kompos dan pakan ternak. Penelitian dilaksanakan di perkebunan kakao rakyat Kelompok Subak Abian Pucaksari, Desa Mundeh Kauh, Kecamatan Selemadeg Barat, Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali, dari bulan Maret hingga Desember 2009. Penelitian bertujuan untuk mengetahui karakteristik kimia kompos dan pakan ternak hasil fermentasi kulit buah kakao untuk mendukung usahatani pola integrasi kakao-ternak. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dengan 6 perlakuan untuk pengomposan dan 4 perlakuan untuk pakan ternak, dengan masing-masing 3 ulangan. Proses pengomposan limbah kulit buah kakao dilakukan 6 perlakuan yaitu : (1) non cacah non mikroba pengompos; (2) non cacah + Trichoderma sp.; (3) non cacah + Rumino bacillus; (4) dicacah non mikroba pengompos; (5) dicacah + Trichoderma sp.; dan (6) dicacah + Rumino bacillus. Pembuatan pakan ternak dari limbah kulit buah kakao dilakukan dengan proses fermentasi menggunakan Aspergillus niger dengan 4 perlakuan yaitu : (1) panen langsung difermentasi; (2) 3 hari setelah panen difermentasi; (3) 6 hari setelah panen difermentasi; dan (4) 9 hari setelah panen difermentasi. Parameter sifat kimia yang dianalisis pada pengomposan adalah pH, C-Organik, N, P, dan K, adapun pada pakan ternak adalah protein kasar, lemak, serat kasar, abu dan Ca. Hasil penelitian menunjukkan kompos dari kulit buah kakao yang mempunyai sifat kimia terbaik dan memenuhi spesifikasi standar kualitas kompos SNI 19-7030-2004 adalah kompos yang diolah melalui pencacahan dan pemberian mikroba aktivator Rumino bacillus dan Trichoderma sp. Kulit buah kakao yang proses fermentasinya dilakukan setelah dipanen 9 hari, masih menunjukkan sifat kimia dan kandungan nutrisi yang cukup baik, sehingga masih layak untuk dimanfaatkan sebagai bahan pakan ternak.
- ItemPELUANG PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI DARI KULIT BUAH KAKAO(PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERKEBUNAN, 2015-12) Listyati, DewiPotensi ekonomi buah kakao sangat besar karena hampir semua bagian dari komponen buah kakao dapat diolah menjadi berbagai produk bernilai ekonomi serta bermanfaat bagi kehidupan manusia. Pendapatan petani kakao selama ini terutama diperoleh dari bagian bijinya, sedangkan bagian kulit buahnya belum dimanfaatkan secara optimal. Pemanfaatan kulit buah kakao menjadi pakan ternak, pupuk kompos atau pektin berpeluang dikembangkan menjadi usaha sampingan yang dapat menambah pendapatan petani. Untuk pengembangan lebih lanjut perlu disesuaikan dengan kondisi sumberdaya yang ada (ketersediaan modal, bahan baku, sumberdaya manusia) serta pengguna atau pasarnya. Pemanfaatan kulit kakao akan mendukung penyediaan pakan ternak dan menambah bobot ternak, sedangkan pemberian pupuk kompos pada tanaman kakao dapat meningkatkan produksi kakao dan mengurangi biaya pembelian pupuk kimia sehingga berdampak pada peningkatan pendapatan petani.
- ItemPENGEMBANGAN ENERGI ALTERNATIF BIOHIDROGEN BERBASIS BIOMASSA LIMBAH KAKAO DAN KOPI(PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERKEBUNAN, 2014) Wibowo, Nendyo Adhi; Tjahjana, Bambang EkaSeiring dengan pencarian sumber bahan alternatif untuk memproduksi hidrogen, maka saat ini dikembangkan produksi hidrogen dari biomassa yang salah satunya bersumber dari limbah-limbah perkebunan khususnya limbah kakao dan kopi. Keunggulan dari biohidrogen ini adalah dapat dihasilkan dari bahan yang dapat diperbaharui, ramah lingkungan, hasil pembakaran berupa uap air yang tidak menyebabkan efek rumah kaca, hujan asam dan merusak lapisan ozon. Selain itu proses produksi dapat berlangsung pada tekanan dan suhu ruang, biaya produksi lebih rendah dan dapat memanfaatkan limbah hasil perkebunan yang digunakan sebagai substrat. Salah satu upaya mencari bahan baku yang lebih murah dalam produksi biohidrogen adalah menggunakan limbah perkebunan yang dapat dikonversi menjadi glukosa. Limbah kakao mengandung 14,58% selulosa, 4,32% lignin, dan 10,35% kadar air, Sedangkan kulit gelondong kopi kering terdiri atas 12,4% gula reduksi, 2.02% gula non pereduksi, dan lendir kering kopi mengandung 30% gula pereduksi, 17% selulosa. Limbah kakao dapat dihidrolisis secara kimiawi maupun biologi untuk menghasilkan gula reduksi seperti glukosa dan xylosa. Glukosa dan xylosa yang diperoleh dari proses hidrolisis dapat difermentasi lebih lanjut untuk menghasilkan hidrogen. Produksi hidrogen melalui proses non-fotosintetik memiliki beberapa keuntungan antara lain tidak memerlukan cahaya matahari sehingga bisa berlangsung sepanjang hari.