Buletin Plasma Nutfah
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Buletin Plasma Nutfah by Issue Date
Now showing 1 - 20 of 298
Results Per Page
Sort Options
- ItemPembedaan tiga klon jahe dengan jumlah stomata, sel epidermis, index stomata, dan index luas daun(Sekretariat Komisi Nasional Plasma Nutfah, 1977) E, A. M. Hadad ...[at al]; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianPembedaan tiga klon jahe dengan jumlah stontata, sel epidermis, index stomata, dan index luas daun. Penelitian ini bertujuan membedakan klon jahe, putih besar, jahe putih kecil dan jahe merah melalui indeks stomata dan luas daun. Penelitian dilakukan di Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Cimanggu, Bogor. Contoh daun jahe diambil dari kebun Petani Parungkuda Sukabumi. Percobaan menggunakan rancangan petak terpisah dengan 3 perlakuan dan 10 ulangan dengan pengamatan dilakukan selama 3 bulan, di lapangan dan di laboratorium. Index stomata, letak daun dan bagian daun pada jahe putih besar, jahe putih kecil dan jahe merah kemungkinan berbeda karena beda spesies sehingga index stomta. dapat dijadikan sebagai salah satu alat pembeda spesies. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah stomata dan indeks luas daun dapat membedakan jahe merah dari jahe putih besar dan jahe putih kecil, sedangkan ketiga klon jahe itu, baik dari letak daun maupun bagian daun. jahe putih besar, jahe putih kecil dan jahe merah mempunyai tipe stomata yang sama yaitu tetrasitik. Pengamatan jumlah stomata pada daun kelima dan daun ke duabelas dapat membedakam jahe putih besar dari jahe putih kecil dan jahe merah. Pengamatan jumlah sel epidermis pada semua letak daun dan bagian daun dapat membedakan jahe merah dari jahe putih besar dan jahe putih kecil. Pengamatan indeks stomata tidak dapat dipakai untuk membedakan tiga klon jahe, baik antar letak daun maupun bagian daun, karena tidak mencirikan masing-masing klon. Penelitian indeks stomata dan indeks luas daun tanaman jahe ini merupakan penelitian awal dan mengabaikan faktor lingkungan, maka untuk penelitian selanjutnya sebaiknya diikutsertakan faktor-faktor tersebut, bagaimana keadaan stomata dan epidermis terhadap faktor lingkungan.
- ItemPerbanyakan dan penyimpanan tanaman inggu melalui kultur jaringan(Sekretariat Komisi Nasional Plasma Nutfah, 1977) Husni, AN; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianPerbanyakan dan Penyimpanan Tanaman Inggu Melalui Kultur Jaringan. Inggu (Ruta angustifolia Pers.) merupakan salah satu tumbuhan obat langka yang perlu dilestarikan agar tidak punah. Salah satu cara untuk melestarikannya adalah melalui teknik kultur jaringan. Penyelamatan dengan metoda tersebut dilakukan melaui tahap-tahap; seleksi pohon induk, perbanyakan, penyimpanan dan pengujian. Jaringan tunas aksilar 1 buku dan potongan jaringan batang dapat digunakan sebagai eksplan dalam tahap perbanyakan. Media terbaik untuk perbanyakan dengan menggunakan tunas aksilar 1 buku sebagai eksplan adalah MS3/4 + BA 2.0 mg/1 dengan rata-rata jumlah tunas 18.4 dan untuk eksplan jaringan batang adalah MS3/4 + 2,4-D 0.3 mg/1 + BA 1.5 mg/1 dengan rata-rata jumlah tunas 13. Media untuk perakaran adalah MS + IAA 1.0 mg/1 dan MS + 1BA 1.5 mg/1. Penyimpanan biakan jaringan pada media MS + Manitol 1500 mg/1 dapat menekan pertumbuhan tunas. Dengan perlakuan tersebut, biakan dapat disimpan selama 9 bulan tanpa mengalami kemunduran kemampuan beregenerasi.
- ItemKarakterisasi morfometri dan evaluasi beberapa plasma nutfah ikan mas (cyprinus carpio)(Sekretariat Komisi Nasional Plasma Nutfah, 1977) Hardjamulia ...[at al], Atmadja; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianKarakterisasi morfometri dan evaluasi beberapa plasma nutfah Ikan mas (Cyprinus carpio). lkan mas merupakan jenis ikan budidaya air tawar yang terpenting di Indonesia dan memiliki keragaman plasma nutfah yang luas. Masalah yang dihadapai adalah dengan perkembangan budidaya secara intensif telah mendorong penggunaan ikan galur tunggal (monostrain) yaitu galur tunggal Majalaya, sehingga mengabaikan galur tunggal lainnya dan bahkan di antaranya ada yang mulai langka. Dalam penelitian ini strainstrain ikan mas dipelihara di dalam keramba jaring apung di Lido dan di kolam Cijeruk. Karakterisasi meliputi sifat morfometri dan wama tubuh. Evaluasi dilakukan terhadap sifat reproduksi dan insidensi terhadap penyakit. Karakteristik setiap galur telah dikemukakan dalam makalah ini untuk selanjutnya dapat dimanfaatkan.
- ItemKeragaman Sifat Fenotipe Plasma Nutfah Ubi Kayu(Sekretariat Komisi Nasional Plasma Nutfah, 1988) Zuraida ...[at al], Nani; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianKeragaman Sifat Fenotipe Plasma Nutfah Ubi Kayu. Penelitian bertujuan untuk mengetahui sifat/karakter plasma nutfah ubi kayu untuk dapat dimanfaatkan dalam program pemuliaan guna memperoleh hasil y ang sesuai dengan keinginan. Sebanyak 250 klon ubi kayu koleksi plasma nutfah ditanam di KP. Muara pada MH 1994/95. Masing-masing klon ditanam 10 tanaman dengan jarak tanam 100 x 60 cm. Tanaman dipupuk dengan 60 kg N + 20 kg P2O5 + 75 kg K2O/ha yang diberikan dua tahap, yaitu 1/3 takaran N + 1/3 K + seluruh P pada saat tanam, sisa N dan K tiga bulan setelah tanam. Hasil karakterisasi dari 76 klon menunjukkan adanya keragaman panjang daun yang berkisar antara 13,0-23,5 cm; lebar daun 1,6-6,4 cm; jumlah lobus daun 5,4-9,0; panjang tangkai daun 16,2-35,4 cm. Warna pucuk daun, pusat urat daun, urat daun atas dan bawah, tangkai daun bagian atas dan bawah, serta warna batang atas dan bawah juga beragam, sedangkan warna daun kurang beragam (hijau, hijautua, ungu).
- ItemStrategi Pemanfaatan Plasma Nutfah Padi dalam Mendukung Swasembada Beras(Sekretariat Komisi Nasional Plasma Nutfah, 1996) Silitonga T.S. ...[at al]; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianStrategi Pemanfaatan Plasma Nutfah Padi dalam mendukung Swasembada Beras. Untuk mendukung pemantapan swasembada beras, plasma nutfah memegang penman penting dalam perbaikan potensi genetik tanaman. Pemanfaatan plasma nutfah dengan keragaman genetik yang luas akan dapat menciptakan varietas yang memiliki keunggulan spesifik lokasi, dapat meningkatkan produktivitas, umur lebih genjah, mutu hasU dan rasa nasi enak, dan lebih tahan/toleran terhadap kendala biotik dan abiotik. Proses pemuliaan merupakan proses yang beikesinambungan dimana masalah yang dihadapi akan berbeda pada setiap tahap dan setiap lokasi. Untuk itu perlu tersedianya plasma nutfah dengan keragaman genetik yang cukup luas dan dapat segera digunakan. Hingga tahun 1996 telah dilepas sebanyak 97 varietas padi untuk ekosistem sawah, gogo, gogo rancah dataran tinggi, rawa pasang sunit dan air dalam.
- ItemPengelolaan Sumberdaya Genetika Ternak Domba di Indonesia(Sekretariat Komisi Nasional Plasma Nutfah, 1996) Subandriyo; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianPengelolaan Sumberdaya Genetika Ternak Domba di Indonesia. Keragaman gentikan merupakan kunci pengelolaan sumberdaya genetika temak yang optimaL Oleh karena itu diperlukan beberapa langkah agar sumberdaya genetika temak dapat dikelola dengan baik, meliputi dokumentasi, evaluasi, program pemuliaan dan konservasi. Di Indonesia terdapat dua jenis domba lokal, yakni domba ekor tipis dan domba ekor gemuk. Keduanya memperlihatkan perbedaan jelas pada sifat morfologis dan produksinya, namun keduanya mempunyai perkecualian karakteristik reproduksi, yakni dapat melakukan aktivitas reproduksi sepanjang tahun dengan tingkat prolifikasi yang cukup tinggl Prolifikasi domba ekor tipis dan domba ekor gemuk, khususnya domba Jawa dipengaruhi oleh gen tunggal fekunditas (FecJF). Upaya peningkatan mutu genetika melalui persilangan dengan domba eksotik subtropika telah dilakukan sejak tahun 1750, namun pada umumnya mengalami kegagalan karena tingkat kematian yang tinggi, disebabkan kurang beradaptasinya hasil persilangan dengan kondisi Indonesia. Persilangan dengan domba rambut eksotik yang berasal dari wilayah tropika memberikan harapan yang menggembirakan. Populasi domba lokal di Indonesia masfli berada diatas batas populasi yang perlu dikonservasi, namun konservasi dengan usaha pengelolaan hams dilakukan terutama untuk domba Jawa ekor tipis (Javanese thin-tail). Hasil studi ini menunjukkan bahwa dokumentasi, evaluasi dan upaya peningkatan mutu genetik terhadap domba di Indonesia telah dilakukan, meskipun masih sangat terbatas.
- ItemKarakteristik dan Potensi Plasma Nutfah Itik Mojosari(Sekretariat Komisi Nasional Plasma Nutfah, 1996) Prasetyo ...[at al], L. Hardi; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianKarakteristik dan Potensi Plasma Nutfah Itik. Berbagai jenis atau bangsa itik telah dikenal di Indonesia, sebagai komponen usahatani pertanian rakyat dan dengan sebaran yang cukup luas di berbagai wilayah. Itik petelur khususnya mempunyai peran yang cukup besar baik sebagai alternatif sumber pendapatan bagi petani/peternak maupun dalam memenuhi kebutuhan telur konsumsi nasional. Salah satu jenis itik petelur yang cukup dikenal adalah itik Mojosari dengan daerah penyebaran yang utama di Pulau Jawa dan Sulawesi Selatan, dan dengan pusat pengembangan di Kabupaten Mojokerto (Jawa Timur). Ditinjau dari aspek produksi, itik Mojosari mempunyai potensi produksi yang tinggi dan mempunyai nilai ekonomis dalam proses produksi. Dengan keragaman yang masfli cukup besar, itik Mojosari merupakan sumberdaya genetik yang berpotensi untuk dimanfaatkan dan ditingkatkan produksinya. Namim demikian, pemanfaatan plasma nutfah ternak ini dalam proses produksi perlu memperhatikan aspek pelestariannya agar keberadaannya dapat dipertahankan untuk keperluan dimasa mendatang.
- ItemKeragaman dan Kemiripan Jenis-jenis Sagu asal Seram Barat, Maluku Tengah(Sekretariat Komisi Nasional Plasma Nutfah, 1996) Miftahorrachman ...[at al]; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianKeragaman dan Kemiripan Jenis-jenis Sagu Asal Seram Barat, Maluku Tengah. Penelitian keragaman dan kemiripan jenis-jenis sagu (Metroxylon sp) asal Seram Barat, Maluku Tengah dilakukan pada bulan Agustus sampai dengan September 1996 di desa Eti, Neniari, dan Piru Kecamatan Seram Barat, Kabupaten Maluku Tengah. Peubah yang digunakan untuk menilai keragaman dan kemiripan genetik meliputi : karakter morfologi vegetatif, dan pola pita dari sistim enzim esterase (EST), peroksidase (PER), glutamat oksaloasetat transaminase (GOT), dan endopeptidase (ENP). Hasil analisis kemiripan genetik berdasarkan keragaman karakter vegetatif diperoleh dua kelompok sagu, yaitu jenis Makanaru yang paling berbeda diantara jenis sagu lainnya. Sedangkan dari analisis kemiripan genetik berdasarkan keragaman pangkal pelepah menghasilkan tiga kelompok sagu Kelompok 1 hanya terdapat sagu Molat, kelompok 2 terdiri dari sagu Tuni dan Makanaru, sedangkan kelompok 3 sagu Diur. Analisis kemiripan genetik berdasaikan keragaman pola pita EST dan PER menghasilkan 3 kelompok sagu yaitu kelompok 1 sagu Makanaru, kelompok 2 sagu Ihur dan Tuni, sedangkan kelompok 3 sagu Molat Sementara berdasaikan keragaman pola pita GOT dan ENP juga menghasilkan 3 kelompok sagu yaitu kelompok 1 sagu Tuni, kelompok 2 sagu Makanaru dan Molat, sedangkan kelompok 3 sagu Ihur. Hasil ini memperlihatkan bahwa kemiripan genetik sagu Molat, Tuni, Ihur, dan Makanaru tidak sama berdasaikan karakter morfologi vegetatif, duri pada pangkal pelepah dan pola pita isozim EST, PER, GOT, dan ENP.
- ItemKarakterisasi Sifat Kualitatif dan Kuantitatif Plasma Nutfah Kacang Hijau(Sekretariat Komisi Nasional Plasma Nutfah, 1996) Hakim, Lukman; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianKarakterisasi Sifat Kualitatif dan Kuantitatif Plasma Nutfah Kacang Hijau. Penelitian ini bertujuan untuk mempertahankan dan melestarikan plasma nutfah kacang hijau serta mendapatkan informasi sifat-sifat kuanlitatif dan kuantitatif yang sangat beimanfaat dalam program pemuliaan. Sebanyak 409 plasma nutfah kacang hijau telah ditanam di IP Muara, pada MK 1995. Setiap genotipe ditanam sebanyak 3 bans sepanjang 3 m dengan jarak tanam 40 cm x 20 cm. Pemupukan 50 kg urea + 100 kg TSP, dan 50 kg KCl/ha. Dari hasil penelitian ini diperoleh 4 genotipe yang berumur sangat genjah (59 hari), 6 genotipe mempunyai ukuran biji besar (6,7 - 7,4 g/100 biji), 12 genotipe memiliki sifat tahan atau toleran terhadap penyakit bercak daun Cercospora dan 3 genotipe menunjukkan sifat tahan atau toleran terhadap penyakit Powdery mildew. Dari penelitian ini diperoleh informasi bahwa varietas-varietas yang miliki tanaman yang tinggi dapat menghasilkan bobot biji pertanaman yang tinggi, tetapi umur panennya cenderung semakin dalam.
- ItemKeragaan Rambutan beserta Kerabatnya dalam Plasma Nutfah Buah-buahan Tropik Basah dan Prospeknya dalam Pasar Dunia(Sekretariat Komisi Nasional Plasma Nutfah, 1996) Sunaryono, H. Hendro; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianKeragaan Rambutan beserta Kerabatnya dalam Plasma Nutfah Buah-buahn Tropik Basah dan Prosfeknya dalam Pasar Dunia. Rambutan {Nephelium Sp.)adalah buah asli topik basah pada Asia bagian Timur, Kalimantan, khususnya termasuk Serawak Malaysia. Lebih dari 22 spesies masih tumbuh di hutan-hutan sebagai habitat aslinya. Rangkaian bunganya (tandan) lebih dari 1700 kuntum, tetapi yang mampu menjadi buah sangat rendah yaitu sekitar 1-3%. Lebih dari 95% bunganya berguguran. Ini disebabkan oleh karena penyerbukan yang kurang sempuma, angin kencang, hujan lebat, atau serangan hama dan penyakit. Pada tanaman rambutan, ada yang mempunyai bunga jantan saja (staminate). Beberapa tanaman mempunyai bunga yang sempuma (Herma prodit). tetapi bunga tersebut berfungsi sebagai bunga betina. Beberapa koleksi rambutan telah dilepas dengan jumlah yang besar, tetapi perbedaanya tidak ada. Penggunaan analisa isozym tidak menunjukkan perbedaan nyata.
- ItemPemanfaatan Plasma Nutfah Kedelai untuk program Pemuliaan(Sekretariat Komisi Nasional Plasma Nutfah, 1996) Arsyad, D.M. ...[at al]; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianPemanfaatan Plasma Nutfah Kedelai untuk program Pemuliaan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pettanian, dewasa ini memiliki koleksi plasma nutfah kedelai sebanyak 2462 genotipe. Koleksi tersebut dipertahankan di Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian, Malang, sebanyak 1051 genotipe dan di Balai Penelitian Bioteknologi Tanaman Pangan, Bogor, sebanyak 1411 genotipe. Sebagai bahan dasar untuk program pemuliaan, koleksi tersebut telah dimanfaatkan dengan telah dihasilkan (dilepas) sebanyak 28 varietas unggul sejak Pelita I. Sebanyak 61% dari varietas-varietas yang telah dilepas berasal dari persilangan di dalam negeri. 21% dari introduksi luar negeri, 4% dari pemuliaan mutasi, dan 14% dari pemumian varietas lokal. Tuntutan teihadap varietas unggul di masa mendatang akan lebih spesifik sesuai dengan agroekologi dan preferensi pengguna. Sehingga hal ini juga membutuhkan sumbersumber gen yang lebih beragam. Walaupun beberapa sumber gen dari sifat-sifat yang diinginkan telah ditemukan, namun perlu diuji kembali kemantapan sifatnya sebelum digunakan lebih lanjut dalam program pemuliaan.
- ItemKoleksi dan Karakterisasi Plasma Nutfah Melati(Sekretariat Komisi Nasional Plasma Nutfah, 1996) Soedjono ...[at al], Soertini; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianKoleksi dan Karakterisasi Plasma Nutfah Melati. Kegiatan ini bertujuan untuk memperoleh data sebaran dan karakter Melati, mengumpulkan berbagai ragam kukivar yang ada di Jawa. Diperoleh hasil bahwa Melati telah lama digunakan sebagai pewangi teh dan penghias busana di Jawa termasuk Madura. Kebanyakan bibrt berasal dari lokasi setempat dan Malang. Tanaman koleksi plasma nuftah Melati di kebun Cipanas terdapat 12 kultivar dan di Pasarminggu tumbuh 9 kultivar Melati yang dipelihara di rumah kaca dan lapang. Diperoleh data karakterisasi 6 kultivar koleksi tambahan hasil eksplonsi tahun 1995/1996 terhadap batang, daun dan bunga serta hama dan penyakit utama di lapangan, untuk dapat dimanfaatkan bagi kegiatan pemuliaan tanaman.
- ItemAyam buras "sedayu" : pemeliharaan dan pemanfaatanya(Sekretariat Komisi Nasional Plasma Nutfah, 1997) Jarmani ...[at al], Sri Nastiti; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianAyam buras "sedayu" : pemeliharaan dan pemanfaatanya. Keberadaan ayam buras sangat strategis sebagai pensuplai kebutuhan daging dan telur. Dengan keragaman yang sangat tinggi ayam buras di berbagai daerah memperlihatkan perbedaan penampilan. Survei di Desa Sedayu Kecamatan Muntilan Kabupaten Magelang menghasilkan informasi bahwa Desa Sedayu selain berpotensi sebagai sumber ayam buras yang disebut sebagai ayam buras "sedayu" yang berpenampilan fisik lebih tinggi dan lebih tegap dari ayam buras pada umumnya dan dipelihara sebagai penghasil telur, juga mempunyai pasar telur yang sudah mapan dengan tujuan utama Jakarta. Namun demikian, masih diperlukan usaha untuk lebih meningkatkan peran Desa Sedayu berperan sebagai produsen telur dan bibit ayam buras. Pengamatan yang lebih mendalam tentang asal-usul ayam buras "sedayu" perlu dilakukan untuk mempelajari kemungkinan pelestarian dan pemanfaatannya. Selain diperlukan dukungan kelembagaan yang man tap berupa kelompok tani temak disertai dengan bimbingan teknis yang intensif dan berkesinambungan sehingga mampu membcrikan manfaat yang optimal kepada peternak.
- ItemSalak pondoh, komoditas unggulan daerah istimewa Yogyakarta dan prospeknya(Sekretariat Komisi Nasional Plasma Nutfah, 1997) Djaafar, Titiek F.; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianSalak pondoh, komoditas unggulan daerah istimewa yogyakarta dan prospeknya Salak Pondoh merupakan salah satu komoditas hortikultura yang khas dan unggulan di Daerah Istimewa Yogyakarta, khususnya di Kabupaten Sleman. Keunggulan salak Pondoh, yaitu rasanya yang manis dan tidak sepat walaupun buahmasih muda. Saat ini dikenal 3 jenis salak Pondoh, yaitu Pondoh Hitam, Pondoh Super dan Pondoh Manggala dengan kandungan vitamin C untuk Pondoh Hitam 29,39 mg/100 g daging buah segar, Pondoh Super 31,92 mg/100 g dan Pondoh Manggala 34,96 mg/100 g. Salak Pondoh mudah mengalami kerusakan oleh sebab itu diperlukan penanganan dan perlindungan yang baik terhadap buah segar sehingga kualitasnya tetap terjaga sampai saat buah dikonsumsi. Salak Pondoh memiliki nilai ekonomi tinggi. Harga salak ini berkisar antara 3-4 kali lebih mahal dibanding salak lain sehingga mampu meningkatkan pendapatan petani dari hasil panennya. Pemasaran salak Pondoh selain dilakukan di pasar lokal yang meliputi kota-kota besar di Indonesia, juga sudah diekspor ke mancanegara, antara lain ke Inggris dan Singapura dan dalam waktu dekat akan diekspor ke Malaysia, Thailand, Hongkong dan Arab Saudi.
- ItemPemanfaatan plasma nutfah mikroba untuk pembuatan vaksin hewan(Sekretariat Komisi Nasional Plasma Nutfah, 1997) Hastiono, Sukardi; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianPemanfaatan plasma nutfah mikroba untuk pembuatan vaksin hewan. Salah satu manfaat mikroba adalah untuk pembuatan vaksin terhadap penyakit yang disebabkan oleh mikroba tersebut. Vaksin itu sendiri, baik yang aktif maupun yang inaktif, adalah sediaan mikroba yang dibuat dengan cara melemahkan atau membunuh mikroba tersebut, yang bila disuntikkan ke dalam tubuh hewan dapat merangsang pembentukan zat kebal, yang kegunaannya adalah untuk pencegahan penyakit. Mikroba yang sering digunakan untuk perbuatan vaksin hewan adalah virus dan bakteri virulen penyebab penyakit. Virus-virus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), Rabies dan Tetelo sudah sejak lama diproduksi vaksinnya untuk mengebalkan kerbau dan sapi terhadap PMK, anjing dan hewan lain terhadap Rabies dan ayam terhadap Tetelo. Virus-virus penyakit Orf, Gumboro, Bronkhitis infeksiosa dan Malignant Catarrhal Fever (MCF) masih sedang dipelajari baik karakterisasinya maupun cara-cara pembuatan vaksinnya, sedangkan virus-virus Penyakit Jembrana, Lidah Biru (Bluetongue), Aujeszky dan Infectious Bovine Rhinotracheitis (IBR) dewasa ini sedang menjadi topik penelitian yang menonjol. Beberapa jenis bakteri tertentu seperti Bacillus anthracis, Pasteurella multocida, Clostridium chauvoei dan Brucella abortus sudah sejak lama pula telah diproduksi vaksinnya dan di-gunakan di lapangan untuk mengebalkan hewan, khususnya kerbau dan sapi, terhadap penyakit-penyakit Radang Limpa, Ngorok, Radang Paha, dan Keluron Menular, sedangkan beberapa jenis bakteri lain seperti Mycoplasma gallisepticum, Escherichia coli, Clostridium perfringens dan Aeromonas hydrophila masih sedang dipelajari baik pembuatan vaksin maupun produk biologik lainnya. Melatui alih teknologi, beberapa jenis vaksin viral dan bakterial terhadap penyakitpenyakit menular penting tertentu pada hewan telah dirakit dan dipasarkan oleh beberapa perusahaan swasta di Indonesia. Potensi mikroba sebagai bahan pembuat vaksin dan produk biologik lain cukup besar dan dapat menunjang pembangunan di bidang pertanian apabila didukung oleh sumber daya manusia yang bermutu, teknologi yang maju dan dana yang memadai.
- ItemKultur In vitro sebagai metode pelestarian tumbuhan obat langka(Sekretariat Komisi Nasional Plasma Nutfah, 1997) Lestari ...[at al], Endang Gati; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianKultur in vitro Sebagai Metode Pelestarian Tumbuhan Obat Langka. Penyimpanan melaiui kultur in vitro merupakan salah satu kegiatan untuk menunjang program pelestarian plasma nutfah yang sangat penting baik untuk mengatasi pelangkaan tanaman maupun untuk penyediaan keragaman genetik. Tumbuhan obat merupakan kelompok komoditas pertanian yang erosi genetiknya berlangsung sangat cepat sehingga upaya pelestariannya perlu segera dilakukan. Teknik kultur in vitro merupakan teknologi pilihan yang diharapkan dapat menyimpan kekayaan hayati dimasa mendatang. Dengan demikian penguasaan dan pengembangan teknik pelestarian plasma nutfah melalui kultur in vitro harus dipelajari. Pada saat ini laboratorium kultur jaringan tanaman industri sudah berhasil menyimpan berbagai tumbuhan obat secara in vitro baik yang termasuk dalam kategori langka maupun yang berpotensi untuk dikembangkan. Teknik penyimpanan yang dilakukan dengan cara pertumbuhan minimal dan penyimpanan dalam keadaan tumbuh. Disamping kedua cara tersebut di atas sedang dipelajari pula cara penyimpanan yang lebih efisien yaitu melalui enkapsulasi. Sebelum percobaan penyimpanan maka terlebih dahulu dilakukan perbanyakan biakan melalui kultur in vitro. Tumbuhan obat yang telah disimpan antara lain Pulasari (Alyxia stellata), Pule pandak (Rauvoljia serpentina), Purwoceng (Pimpinella pruatjan), Inggu (Ruta angustifolia), Temu puteri (Curcuma petiolata), Bidara upas (Meremia mammosa), Daun dewa (Gynura procumben), Kencur (Kaempferia galanga), Jahe (Zingiber ojficinalle), Daun encok (Plumbago zeylanica), Daun tangguh (Pettivera alliacea), Adas (Foeniculum vulgare) dan Som jawa (Talinum paniculatum). Penyimpanan dengan cara pertumbuhan minimal dan enkapsulasi dengan menambahkan inhibitor (paclobutrazol, ancymidol dan cycocel) atau retardan (Absisic Acid), dapat mengurangi frekuensi subkultur untuk pembaharuan. Metoda penyimpanan melalui kultur in vitro tidak sama tergantung jenis tumbuhannya. Berbagai tumbuhan obat tersebut diatas ada yang sudah disimpan selama 1 sampai dengan 7 tahun. Daya regenerasi jaringan setelah penyimpanan tidak menurun dan secara visual penampakan bibit di rumah kaca tidak berbeda dengan pohon induknya.
- ItemDistribusi Sifat-sifat Morfologi dan Kualitas Umbi Plasma Nutfah Ubi Jalar(Sekretariat Komisi Nasional Plasma Nutfah, 1998) Minantyorini ...[at al]; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianDistribusi Sifat-sifat Morfologi dan Kualitas Umbi Plasma Nutfah Ubi Jalar. Sebanyak 135 genotipe ubi jalar yang ditanamdi KP Cikeumeuh pada MK 1994 telah dikarakterisasi sifat morfologi dan kualitas umbinya. Setiap genotipe ditanam sebanyak 20 nomor. Hasil pengamatan memmjukkan, tipe tanaman terbanyak adalah semi kompak dengan panjang batang 75-100 cm. Buku batang, baik berukuran sedang maupun panjang, umumnyamempunyai diameter sangat tipis sampai tipis. Warna batang, bentuk daun, warna permukaan daun bawah, wama helai daun, panjang dan pigmentasi tangkai daun mempuny ai keragaman yang cukup tinggi, ukuran daxm sempit, wama kulit dan daging umbi didominasi olebkrem. Koleksi umumny a berkadar bahan kering sedang (21 %), wama daging umbi putih dan krem. Dari koleksi yang ada, formasi terbanyak adalah tersebar dan sangat tersebar (89,8%) dan tidak terdapat fonnasi ideal, atau memiliki tandan tertutup. Dari 72 genotipe yang diamati terdapat formasi tandan terbuka sebanyak 11 genotipe.
- ItemSkrining Galur-galur Padi Gogo untuk Ketahanan terhadap Hama Lalat Bibit(Sekretariat Komisi Nasional Plasma Nutfah, 1998) Siregar H. ...[at al]; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianSkrining Galur-galur Padi Gogo untuk Ketahanan terhadap Hama Lalat Bibit (Atherigona exiqua Stein). Hama ini sering menyerang tanaman padi gogo yang dapat menyebabkan kerugian hingga 80-100%. Cara yang paling efisien untuk mengantisipasi serangan hama lalat bibit adalah menanam varietas tahan. Sebanyak 202 galur padi gogo telah diuji di Muara (Bogor) dan Tamanbogo (Lampung) dalam periode Desember 1996-Januari 1997. Setiap galur ditanam secara larikan panjang 1,5 m dan antara larikan 30 cm. Untuk setiap 25 galur ditanam varietas pembanding tahan (Arias) dan peka (Danau Tempe). Pupuk TSP dan KC1 dengan takaran 135 kg dan 70 kg/ha diberikan sebagai pupuk dasar. Pupuk urea 50 kg/ha diberikan pada saat tanaman berumur 10, 30 dan 50 hari setelah tanam (hst). Pengamatan dimulai pada saat tanaman berumur 30 hst. Melalui penelitian ini terpilih 31 galur yang tahan terhadap hama lalat bibit, baik di Muara maupun Tamanbogo. Galur-galur ini diharapkan dapat dijadikan tetua dalam persilangan untuk mendapatkan varietas unggul padi gogo tahan lalat bibit.
- ItemCharacteristics of Some Qualitative and Quantitative Traits on Soybean Germplasm Collection(Sekretariat Komisi Nasional Plasma Nutfah, 1998) Bety, Yayuk Aneka; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianKarakteristik Sifat Kualitatif dan Kuantitatif Koleksi Plasma Nutt'ah Kedelai. Karakterisasi dan rejuvinasi genotipe kedelai koleksi plasma nullah dimaksudkan untuk mengetahui dan meluruskan identitas genotipe apabila terjadi penyimpangan dan melakukim pembaharuan benih. Penelitian mencakup 115 genotipe kedelai dan koleksi plasma nutfah Balitkabi (Balai Penelitian Kaeang-kacangan dan Umbi-umbian). dilaksanakan di Inlitkabi Kendalpayak pada MK 1995. Tiap genotipe ditanam 1 banspanjang 5 m dengan jarak Uuiam 10 cm dalam bans dan 80 cm antarbaris, 1 tanaman/rumpun. tanpa ukmgan. Tanaman dipupuk dengan 50 kg urea. 75 kg TSP dan 75 kg KC 1/ha pada waktu tanam. Hasil penelitian menunjukkan. untuk sifat kualitatif semua genotipe yang diuji bertipe tumbuh determinate, 87% mempunyai hipokotil berwama ungu dan 15% berwama hijau, 9()% memiliki waraa bttnga ungu dan yang lainnya berwama putih. Wama biji bervariasi dari kuning, hijau, hitamhingga campuran kuning dan hijau. Wamapolongmasak didominasi oleh wama coklat dan sisanya kuning. Sebanyak 61% genotipe yang memiiiki umur masak antara genjalt dan sedang berkisar antara 76-93 hari dengan rata-rata 84 hari. Umur berbunga berkisar 37-53 hari dengan rata-rata 46 hari. Tinggi tanaman cuktip beragam, 27,4-70,8 cm dengan rata-rata 46,7 cm. Ukuran biji umumnya kecil dengan berat 100 biji 4,5-12,4 g. rata-rata 6,8 g. Potensi hasil genotipe yang diuji cukup beragam, 7,6-20,5 g dengan rata-rata 7,6 g/tanaman. Dari evaluasi baku dapat disimpulkanbahw a conioh genotipe kedelai dari koleksi plasma nutfah Balitkabi masih memiliki karaktenstik yang tidak berubah, dan berpotensi sebagai bahan pembentukan variolas unggul kedelai umur genjah, tanaman pendek, dan ukuran biji kecil hingga sedang.
- ItemPengelompokan Plasma Nutfah Sorgum Berdasarkan Ciri Morfologi Malai(Sekretariat Komisi Nasional Plasma Nutfah, 1998) Sutoro ...[at al]; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianPengelompokan Plasma Nutfah Sorgum Berdasarkan Ciri Morfologi Malai. Tanaman sorgum memiliki sifat lebih tahan terhadap kekeringan dibanding palawija lainnya. Selain sebagai bahan pangan, komoditas ini juga dapat digunakan sebagai bahan campuran pakan dan bahan baku industri. Bentuk malai tanaman sorgum beragam di antara varietas. Malai merupakan bagian yang penting dari tanaman ini. Bentuk malai menentukan produktivitas karena malai sorgum sebagai sink merupakan tempat penampungan sebagian besar translokasi hasil asimilat. Sorgum yang memiliki sifat menguntungkan dapat diliasilkan melalui perakitan varietas unggul bam. Dalam hal ini, plasma nutfali yang telah dimiliki dapat digunakan sebagai sumber tetua dalam proses persilangan. Pengelompokan plasma nutfah sorgum berdasarkan kemiripan ciri-ciri malai perlu dilakukan untuk memberikan informasi kepada pemulia tanaman. Ciri-ciri morfologi yang diamati meliputi panjang malai, panjang tangkai malai, jumlah cabang, berat biji, jumlah biji tiap malai, warna biji, warna sekam, sifat sekam, sifat malai dan bobot 100 biji dari 175 varietas/galur sorgum. Dari hasil analisis cluster diperoleh sebanyak 8 kelompok malai sorgum.