Buletin Plasma Nutfah
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Buletin Plasma Nutfah by Title
Now showing 1 - 20 of 298
Results Per Page
Sort Options
- ItemAdaptasi dan Stabilitas Hasil Delapan Varietas Lokal Padi Sawah(Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, ) Syarif, Abd. Aziz; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Barat, Jl. Raya Padang Solok Km 40, Sukarami 27366 Telp. (0755) 21054, 31122; Faks. (0755) 31138; Zen, Syahrul; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Barat, Jl. Raya Padang Solok Km 40, Sukarami 27366 Telp. (0755) 21054, 31122; Faks. (0755) 31138
- ItemAgronomics Characteristics and Its Correlation of New Plant Type Promising Rice Lines(Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, ) Lestari, Angelita P.; Indonesian Center for Rice Research, Jl. Raya 9, Sukamandi-Subang 41256 Phone (0260) 520157; Facs. (0260) 520158; Abdullah, Buang; Indonesian Center for Rice Research, Jl. Raya 9, Sukamandi-Subang 41256 Phone (0260) 520157; Facs. (0260) 520158; Junaedi, Ahmad; Faculty of Agriculture, Bogor Agicultural University, Jl. Meranti, Kampus IPB Dramaga Bogor 16680; Aswidinnoor, Hajrial; Faculty of Agriculture, Bogor Agicultural University, Jl. Meranti, Kampus IPB Dramaga Bogor 16680
- ItemAnalisis Kemiripan Morfologi Varietas Unggul Padi Periode Pelepasan 1980–2011(Sekretariat Komisi Nasional Plasma Nutfah, 2018) Sitaresmi ...[at al], Trias; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianTingginya penerimaan petani terhadap varietas padi bertipe mirip dengan IR64 menyebabkan varietas-varietas baru yang dilepas selalu dinilai derajat kemiripannya dengan varietas tersebut. Dekatnya hubungan kekerabatan varietas-varietas elit padi sawah diduga memberikan kontribusi terhadap stagnasi potensi hasil varietas-varietas unggul baru dan ketahanan terhadap hama dan penyakit di lapang yang tidak bertahan lama. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat kemiripan morfologi varietas padi yang dirilis pada tahun 1980–2011. Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2011–Januari 2012 di Kebun Percobaan Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Bahan tanaman yang digunakan berupa 46 varietas padi yang dilepas tahun 1980–2011. Materi ditanam pada plot dengan luas 2 m × 5 m dengan 3 blok. Pengamatan dilakukan terhadap 22 karakter berdasarkan kunci deskriptor UPOV. Analisis komponen utama menghasilkan tujuh komponen utama dengan proporsi keragaman kumulatif sebesar 79,86%, yang digunakan sebagai dasar untuk analisis klaster. Berdasarkan hasil analisis komponen utama dan analisis klaster, varietas-varietas padi sawah yang dilepas sebelum dan pada tahun 2000-an dan setelah tahun 2008 (kelompok Inpari) cenderung membentuk satu kelompok besar dan memiliki kemiripan fenotipik yang tinggi. Varietas padi gogo cenderung tersebar atau membentuk kelompok kecil. Varietas padi sawah memiliki kekerabatan dekat, yaitu berasal dari tetua Ciherang atau IR64.
- ItemAnalisis Keragaman Plasma Nutfah Durian di Provinsi Bengkulu Berdasarkan Karakter Morfologi(Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, ) Miswarti, Miswarti; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu, Jl. Irian Km 6,5 Bengkulu 38119. Telp. (0736) 23020, Faximile (0736) 345568; Putra, Wawan E.; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu, Jl. Irian Km 6,5 Bengkulu 38119. Telp. (0736) 23020, Faximile (0736) 345568; Sugandi, Dedi; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu, Jl. Irian Km 6,5 Bengkulu 38119. Telp. (0736) 23020, Faximile (0736) 345568
- ItemAnalisis Stabilitas Hasil Ubi 27 Genotipe Bengkuang (Pachyrhizus erosus L. Urban) di Jatinangor Jawa Barat Berdasarkan Model AMMI(Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, ) Nusifera, Sosiawan; Fakultas Pertanian, Universitas Jambi; Kurniawan, Agung; Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran, Bandung
- ItemAplikasi Penyimpanan Tanaman Langka secara/ Vitro dengan Pertumbuhan Minimal(Sekretariat Komisi Nasional Plasma Nutfah, 2000) Lestari, Endang Gati; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianPelestarian plasma nutfah tumbuhan langka yang mempunyai nilai ekonomi perlu segera dilakukan mengingat plasma nutfah merupakan sumber genetik yang sangat diperiukan dalam program perbaikan tanaman dan perakitan varietas unggui. Pelestarian plasma nutfah secara konvensional mempunyai risiko kehilangan genotipe tertentu akibat gangguan hama, penyakit, dan memerlukan tenaga dan biaya yang cukup karena tanaman hams diperbarui setiap tahun, di samping dapat mengalami gangguan lainnya terutama pada tanaman yang diperbanyak secara vegetatif atau pada tanaman berumbi. Pelestarian plasma nutfah secara in vitro tidak memerlukan tempat yang luas, bebas dari gangguan hama dan penyakit, dan biakan dapat segera diperbanyak apabila diperiukan. Kelemahannya terletak pada investasi awal yang besar di samping risiko kerusakan alat dan Iain-Iain sehingga koleksi di lapang tetap diperiukan. Perlakuan yang dapat digunakan untuk menghambat pertumbuhan tanaman pada penyimpanan pertumbuhan minimal antara Iain adaiah penggunaan manitol, penurunan konsentrasi sukrosa dan suhu atau kombinasi dari keduanya serta dan penggunaan zat penghambat tumbuh absisic acid, paclobutrazol, dan ancymidol. Beberapa tumbuhan obat langka dan tumbuhan lain yang berpotensi untuk dikembangkan sudah berhasil diperbanyak dan disimpan melalui kultur in vitro, antara lain purwoceng (Pimpinella pruatjan), pule pandak (Rauwotvia serpentina), pule (Alstonia scolaris), inggu (Ruta angustifolia), bidara upas (Meremia mamosa), temu puteri (Curcuma petiolata), daun tangguh (Petivera aliacea), dan daun dewa (Gynura pseudochina). Daya regenerasi tunas setelah penyimpanan tidak menurun, biakan yang berakar dapat langsung diaklimatisasi, dan pemendekan ruas batang pada saat penyimpanan dapat kembali normal.
- ItemAplikasi Teknik Inseminasi Buatan dalam Pelestarian Ayam Hutan secara Ex Situ(Sekretariat Komisi Nasional Plasma Nutfah, 2000) Nataamijaya, A.G.; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianAyam hutan Indonesia, terutama Gallus varius dan Gallus bankiva, telah banyak dimanfaatkan dalam menghasilkan ayam silangan hasil perkawinan ayam hutan jantan dengan ayam domestik. Hasil persilangan paling populer adalah ayam Bekisar yang merupakan keturunan dari G. varius jantan dengan ayam domestik betina yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Akan tetapi, kegiatan pemanfaatan plasma nutfah unggas ini praktis tidak ditunjang oleh upaya pelestarian secara nyata sehingga dikhawatirkan akan mengalami kepunahan dalam waktu singkat. Usaha pembudidayaan ayam hutan secara alami di luar habitat aslinya tidak efektif dan sulit dilakukan. Cara efektif untuk membudidayakannya adalah dengan inseminasi buatan (artificial insemination). Dengan aplikasi dan pengembangan inseminasi buatan diharapkan proses kepunahan ayam hutan dapat dicegah secara praktis dan efisien.
- ItemAplikasi Teknik Rekayasa Genetik dalam Perbaikan Sumber Daya Genetik Tanaman untuk Ketahanan Cekaman Biotik(Sekretariat Komisi Nasional Plasma Nutfah, 2010) Herman, M.; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianMasalah utama yang dihadapi dalam pemanfaatan sumber daya genetik tanaman (SDGT) usaha pertanian adalah cekaman biotik biotik seperti serangga hama, penyakit, dan nematoda parasit tanaman. Aplikasi teknik rekayasa genetik memiliki peluang besar untuk perbaikan sifat tanaman, khususnya ketahanan terhadap serangga hama dan penyakit tanaman. Melalui rekayasa genetik sudah dihasilkan tanaman produk rekayasa genetik (PRG) yang memiliki sifat baru seperti ketahanan terhadap serangga hama dan penyakit atau toleran herbisida. Tanaman PRG tersebut sudah banyak ditanam dan dipasarkan di beberapa negara. Tanaman PRG yang sudah dikomersialkan terdiri atas empat kategori sifat, yaitu tahan serangga hama (TSH), toleran herbisida (TH), gabungan sifat TSH dan TH (stacked genes), serta tahan virus patogen. Tanaman PRG mulai dikomersialkan luas pada tahun 1996 seluas 1,7 juta ha dan meningkat pesat menjadi 134 juta ha pada tahun 2009. Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki kekayaan SDGT berlimpah dan bernilai tinggi. Salah satu teknologi yang ramah lingkungan dan dapat digunakan dalam pemanfaatan SDG tanaman di Indonesia adalah rekayasa genetik. Di Indonesia, penelitian rekayasa genetik untuk merakit tanaman PRG sudah dimulai pada tahun 1997-an. Komoditas yang diteliti untuk perakitan tanaman PRG, baru terbatas pada padi, kentang, dan tomat. Padi PRG tahan penggerek batang (Scirpophaga incertulas), kentang PRG tahan penyakit hawar daun (Phytophthora infestans), dan tomat PRG tahan tomato yellow leaf curl virus (TYLCV) dan cucumber mosaic virus (CMV) telah berhasil dirakit oleh Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI dan Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian (BB-Biogen). Tanamantanaman PRG tersebut ada yang sudah diuji di rumah kaca dan rumah kasa, fasilitas uji terbatas, dan lapangan uji terbatas.
- ItemAspek Pendanaan dalam Pemberdayaan Plasma Nutfah(Sekretariat Komisi Nasional Plasma Nutfah, 2002) Suprapto, Ato; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianDalam pemberdayaan plasma nutfah diperlukan dana yang tidak sedikit. Selain itu, diperlukan pula dukungan sarana dan prasarana yang memadai. Ditjen Bina Sarana Pertanian, turut berperan dalam mendukung penyediaan sarana dan prasarana bagi upaya pemberdayaan plasma nutfah. Untuk membiayai kegiatan pemberdayaan plasma nutfah dapat memanfaatkan skim kredit perbankan dan nonperbankan, sepanjang usaha tersebut layak secara teknis, ekonomis, dan berwawasan lingkungan. Skim kredit perbankan (pola executing) dapat berasal dari skim kredit ketahanan pangan (KKP) untuk intensifikasi tanaman pangan, perkebunan (tebu), dan peternakan yang dimulai akhir tahun 2000. Sumber pembiayaan pengembangan agribisnis yang diperkirakan dapat digunakan untuk pemberdayaan plasma nutfah adalah skim kredit komersial yang disediakan oleh perbankan umum, pemerintah atau swasta, seperti BNI, Bank Mandiri, BRI, BCA, Bukopin, Bank Danamon, dan sebagainya. Di samping itu, tersedia pula sumber pembiayaan syariah yang dikeluarkan oleh beberapa perbankan dengan pola bagi hasil. Beberapa skim kredit yang juga dapat dimanfaatkan antara lain adalah Kredit Kecil Investasi, Kredit Kecil Modal Kerja, Kredit Investasi dan Kredit Modal Kerja. Dana kredit yang dapat dipinjam mulai di bawah Rp 50 juta untuk usaha mikro sampai dengan Rp 5 miliar untuk usaha menengah dengan tingkat bunga komersial. Dari nonperbankan, sumber permodalan antara Iain berasal dari modal ventura dan skim kredit Taskin Agribisnis. Departemen Pertanian juga mendorong terwujudnya Gerakan Menabung Nasional untuk Pengembangan Agribisnis (Gemas Agribisnis). Dalam penyaluran kredit, perbankan diharapkan bekerja sama dengan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) agar penyaluran berlangsung lancar dan tepat sasaran. Kerja sama penyediaan sarana dan prasarana dengan LKM ini dimaksudkan sebagai pendamping bagi kelompok-kelompok binaan dalam pember dayaan plasma nutfah.
- ItemAutekologi Damar Asam Shorea hopeifolia (F. Heim) Symington di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Lampung(Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, ) Wardani, Marfuah; Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan, Jl. Gunung Batu No. 5, Bogor 16610, Indonesia Telp. (0251) 833234, 750067; Faks. (0251) 638111; Heriyanto, Nur M.; Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan, Jl. Gunung Batu No. 5, Bogor 16610, Indonesia Telp. (0251) 833234, 750067; Faks. (0251) 638111
- ItemAyam buras "sedayu" : pemeliharaan dan pemanfaatanya(Sekretariat Komisi Nasional Plasma Nutfah, 1997) Jarmani ...[at al], Sri Nastiti; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianAyam buras "sedayu" : pemeliharaan dan pemanfaatanya. Keberadaan ayam buras sangat strategis sebagai pensuplai kebutuhan daging dan telur. Dengan keragaman yang sangat tinggi ayam buras di berbagai daerah memperlihatkan perbedaan penampilan. Survei di Desa Sedayu Kecamatan Muntilan Kabupaten Magelang menghasilkan informasi bahwa Desa Sedayu selain berpotensi sebagai sumber ayam buras yang disebut sebagai ayam buras "sedayu" yang berpenampilan fisik lebih tinggi dan lebih tegap dari ayam buras pada umumnya dan dipelihara sebagai penghasil telur, juga mempunyai pasar telur yang sudah mapan dengan tujuan utama Jakarta. Namun demikian, masih diperlukan usaha untuk lebih meningkatkan peran Desa Sedayu berperan sebagai produsen telur dan bibit ayam buras. Pengamatan yang lebih mendalam tentang asal-usul ayam buras "sedayu" perlu dilakukan untuk mempelajari kemungkinan pelestarian dan pemanfaatannya. Selain diperlukan dukungan kelembagaan yang man tap berupa kelompok tani temak disertai dengan bimbingan teknis yang intensif dan berkesinambungan sehingga mampu membcrikan manfaat yang optimal kepada peternak.
- ItemBeberapa Jenis Herba Bermanfaat sebagai Sumber Plasma Nutfah Obat Tradisional(Sekretariat Komisi Nasional Plasma Nutfah, 2001) Djauhariya ...[at al], Endjo; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianUntuk memperoleh bahan baku obat yang berasal dari tumbuhan dengan kandungan bahan aktif yang dapat memenuhi standar sudah sejak lama diteliti dan cara pemanfaatannya terus dipelajari. Eksplorasi dan pengembangan budi dayanya juga terus pula dilakukan untuk memenuhi kebutuhan bahan obat dan mengurangi impor bahan baku obat sintetis serta menghemat devisa negara. Dengan adanya eksplorasi dan pemanfaatan tumbuhan obat berkhasiat secara tidak terkendali mengakibatkan beberapa tumbuhan mulai mengalami kelangkaan populasi. Oleh karena itu, usaha penggalian dan pelestariannya harus dilakukan. Dalam makalah ini dikemukakan beberapa jenis herba yang diketahui bermanfaat sebagai obat tradisional, antara lain adalah babandotan {Ageratum conyzoides L), ketepeng kecil {Casia tora L), teki {Cyperus rotundas L.), pegagan {Centela asiatica L.Urb.), tapak leman {Elephantopus scaber L.), nangkaan {Euphorbia hirta L.), urang aring {Eclipta alba Hask.), palik&n Cina {Euphorbia thimifolia L.), pegagan embun {Hydrocotyle sibthorpioides Lamk.), alang-alang {Impera dita cylyndrica L.), tahi ayam {Lantana camara L.), putri malu {Mimosa pudica L.), daun asam {Oxalis corniculata L.), meniran {Phyllanthus niruri L.), rumput lidah ayam {Polygala glomerata Lour.), sidaguri {Sida cordifolia L.), pulutan {Urena lobata L.), daun duduk {Desmodium triquetrum (L) DC), sudamala {Artemisia vulgaris L.), camcau {Cyclea barbata L. Miers.), kendali {Lourentia longiflora L.), ceplukan {Phisalis minima L.), dan daun urat {Plantago mayor L.).
- ItemCharacteristics of Bacterial Wilt Resistance of Solanum torvum(Sekretariat Komisi Nasional Plasma Nutfah, 2000) Mulya ...[at al], Karden; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianPemindahan sifat resistensi terhadap penyakit layu bakteri dari Solatium torvum ke tanaman terong budi daya dihadapkan pada masalah inkompatibilitas. Untuk itu dilakukan fusi protoplas yang kerberhasilannya bergantung pada sifat tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk menyeleksi S. torvum sebagai kandidat dalam fusi protoplas dan mengkarakterisasi sifat resistensi. S. torvum BD1 diinokulasi dengan cara meneteskan suspensi Ralstonia solanacearum T926 pada batang yang dilukai, menyiramkan suspensi bakteri ke sekitar akar S. torvum yang dilukai dan merendam akar tanaman dengan suspensi bakteri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa skor kelayuan di antara metode yang diuji tidak berbeda nyata. Cara inokulasi dengan menyiramkan suspensi di sekitar akar tanaman yang dilukai dipilih karena lebih praktis dibanding dua cara lainnya. Dengan cara inokulasi tersebut, 28 aksesi S. torvum diuji ketahannya terhadap penyakit layu bakteri dalam dua seri. Hasil penelitian menunjukkan, pada seri pertama di antara 11 aksesi yang diuji terdapat satu aksesi (CN1) yang berekasi sangat tahan dengan indeks penyakit 3,33, tiga aksesi (BD1, SM, dan BML) bereaksi tahan dengan indeks penyakit 12,7-16,0 dan tujuh aksesi tergolong medium dengan indeks penyakit 23,3-44,0. Pada seri kedua, di antara 19 aksesi S. torvum terdapat enam aksesi bereaksi lebih tahan dan enam aksesi tidak berbeda nyata dibanding CN1, satu aksesi tidak berbeda nyata dengan BD1, sisanya lebih peka dari BD1. Infeksi laten ditemukan pada semua aksesi. Patogen dapat mengkolonisasi semua bagian tanaman. Persentase kolonisasi patogen tertinggi terdapat pada akar dan menurun secara bertahap ke bagian atas tanaman. Hal ini menunjukkan bahwa penyebaran patogen pada jaringan S. torvum dihambat.
- ItemCharacteristics of Some Qualitative and Quantitative Traits on Soybean Germplasm Collection(Sekretariat Komisi Nasional Plasma Nutfah, 1998) Bety, Yayuk Aneka; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianKarakteristik Sifat Kualitatif dan Kuantitatif Koleksi Plasma Nutt'ah Kedelai. Karakterisasi dan rejuvinasi genotipe kedelai koleksi plasma nullah dimaksudkan untuk mengetahui dan meluruskan identitas genotipe apabila terjadi penyimpangan dan melakukim pembaharuan benih. Penelitian mencakup 115 genotipe kedelai dan koleksi plasma nutfah Balitkabi (Balai Penelitian Kaeang-kacangan dan Umbi-umbian). dilaksanakan di Inlitkabi Kendalpayak pada MK 1995. Tiap genotipe ditanam 1 banspanjang 5 m dengan jarak Uuiam 10 cm dalam bans dan 80 cm antarbaris, 1 tanaman/rumpun. tanpa ukmgan. Tanaman dipupuk dengan 50 kg urea. 75 kg TSP dan 75 kg KC 1/ha pada waktu tanam. Hasil penelitian menunjukkan. untuk sifat kualitatif semua genotipe yang diuji bertipe tumbuh determinate, 87% mempunyai hipokotil berwama ungu dan 15% berwama hijau, 9()% memiliki waraa bttnga ungu dan yang lainnya berwama putih. Wama biji bervariasi dari kuning, hijau, hitamhingga campuran kuning dan hijau. Wamapolongmasak didominasi oleh wama coklat dan sisanya kuning. Sebanyak 61% genotipe yang memiiiki umur masak antara genjalt dan sedang berkisar antara 76-93 hari dengan rata-rata 84 hari. Umur berbunga berkisar 37-53 hari dengan rata-rata 46 hari. Tinggi tanaman cuktip beragam, 27,4-70,8 cm dengan rata-rata 46,7 cm. Ukuran biji umumnya kecil dengan berat 100 biji 4,5-12,4 g. rata-rata 6,8 g. Potensi hasil genotipe yang diuji cukup beragam, 7,6-20,5 g dengan rata-rata 7,6 g/tanaman. Dari evaluasi baku dapat disimpulkanbahw a conioh genotipe kedelai dari koleksi plasma nutfah Balitkabi masih memiliki karaktenstik yang tidak berubah, dan berpotensi sebagai bahan pembentukan variolas unggul kedelai umur genjah, tanaman pendek, dan ukuran biji kecil hingga sedang.
- ItemCharacterization of 56 Soybean Accessions on Yield Components and Maturity-related Traits(Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, ) Tasma, I Made; Indonesian Center for Agricultural Biotechnology and Genetic Resources Research and Development, Jl. Tentara Pelajar 3A, Bogor 16111, Indonesia Phone (+62-251) 8337975; Fax. (+62-251) 8338820; Lestari, Puji; Indonesian Center for Agricultural Biotechnology and Genetic Resources Research and Development, Jl. Tentara Pelajar 3A, Bogor 16111, Indonesia Phone (+62-251) 8337975; Fax. (+62-251) 8338820; Reflinur, Reflinur; Indonesian Center for Agricultural Biotechnology and Genetic Resources Research and Development, Jl. Tentara Pelajar 3A, Bogor 16111, Indonesia Phone (+62-251) 8337975; Fax. (+62-251) 8338820
- ItemDaya Cerna Jagung dan Rumput sebagai Pakan Rusa (Cervus Timorensis)(Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, ) Garsetiasih, R.; Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam, Bogor
- ItemDaya Dukung dan Pertumbuhan Populasi Siamang (Hylobates syndactylus Raffles, 1821) di Cagar Alam Dolok Sipirok, Sumatera Utara(Sekretariat Komisi Nasional Plasma Nutfah, 2016) Kuswanda ...[at al], Wanda; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianKawasan Cagar Alam (KCA) Dolok Sipirok merupakan habitat yang diperkirakan masih mampu mendukung pertumbuhan populasi siamang (Hylobates syndactylus) dengan luas sekitar 6.970 ha. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang daya dukung habitat dan model pertumbuhan populasi siamang di KCA Dolok Sipirok, Sumatera Utara. Penelitian dilaksanakan pada hutan primer dan sekunder, mulai dari bulan Maret sampai November 2012. Pengumpulan data produktivitas pakan menggunakan penampung serasah (litter trap) sebanyak 30 buah, pengamatan buah menggunakan metode jalur berpetak dengan panjang 1.500 m dan lebar 20 m, dan telaah literatur untuk data pertumbuhan populasi. Analisis data menggunakan persamaan pendugaan produktivitas, regresi linier, persamaan daya dukung habitat, dan model pertumbuhan logistik. Hasil penelitian menunjukan bahwa rata-rata produktivitas daun di hutan sekunder dan hutan primer berdasarkan hasil pengukuran sebesar 10,4 kg/ha/hari (bobot basah) atau 6,3 kg/ha/hari (bobot kering). Nilai produktivitas buah (mempertimbangkan musim berbuah) rerata berkisar antara 6,9 kg/ha per hari (bobot basah) dan rerata sebesar 3,2 kg/ha per hari (bobot kering). Kawasan Cagar Alam Dolok Sipirok memiliki nilai daya dukung yang besar bagi siamang, yaitu 1.294 individu. Populasi siamang diduga akan mengalami pertumbuhan yang cepat sampai 80 tahun ke depan dan akan mencapai kondisi stabil sekitar 150 tahun lagi. Saat ini, KCA Dolok Sipirok belum termanfaatkan secara optimal/terlayani oleh siamang.
- ItemDaya Dukung Satwa Herbivora (Rusa, Kuda, dan Kerbau) di Pulau Rinca Taman Nasional Komodo(Sekretariat Komisi Nasional Plasma Nutfah, 2001) Garsetiasih, R.; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianPenelitian bertujuan untuk mengetahui daya dukung savana Pulau Rinca bagi kelangsungan hidup satwa herbivora (rusa, kuda dan kerbau) yang merupakan satwa mangsa (pakan) komodo. Pengamatan dilakukan pada populasi dan kerapatan satwa herbivora tersebut serta vegetasi savana, terutama tumbuhan di bawahnya yang merupakan hijauan pakan satwa herbivora. Pengamatan populasi satwa menggunakan metode Line Transect Sample Count Method (LTSCM). Untuk mengetahui komposisi vegetasi savana, terutama tumbuhan bawah dan produktivitasnya, dilakukan analisis vegetasi dengan petak contoh ukurari 1 x 1 m yang ditempatkan secara sistematis dengan jarak antarpetak 50 m. Dari penelitian diketahui populasi dan kerapatan rusa, kuda, dan kerbau masing-masing 11.282 ekor dengan kerapatan 0,575 ekor/ha untuk rusa, 846 ekor dengan kerapatan 0,04 ekor/ha untuk kuda dan 94 ekor dengan kerapatan 0,0048 ekor/ha untuk kerbau.
- ItemDeskripsi Tempat Tumbuh, Keragaman Morfologi, dan Kandungan Senyawa Fitokimia Shorea balangeran Burck di Hutan Bangka Belitung(Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, ) Wardani, Marfuah; Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan, Jl. Gunung Batu No.5, Bogor 16610. Telp.(0251) 8633234, Fax. (0251) 8638111; Susilo, Adi; Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan, Jl. Gunung Batu No.5, Bogor 16610. Telp.(0251) 8633234, Fax. (0251) 8638111
- ItemDistribusi Sifat-sifat Morfologi dan Kualitas Umbi Plasma Nutfah Ubi Jalar(Sekretariat Komisi Nasional Plasma Nutfah, 1998) Minantyorini ...[at al]; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianDistribusi Sifat-sifat Morfologi dan Kualitas Umbi Plasma Nutfah Ubi Jalar. Sebanyak 135 genotipe ubi jalar yang ditanamdi KP Cikeumeuh pada MK 1994 telah dikarakterisasi sifat morfologi dan kualitas umbinya. Setiap genotipe ditanam sebanyak 20 nomor. Hasil pengamatan memmjukkan, tipe tanaman terbanyak adalah semi kompak dengan panjang batang 75-100 cm. Buku batang, baik berukuran sedang maupun panjang, umumnyamempunyai diameter sangat tipis sampai tipis. Warna batang, bentuk daun, warna permukaan daun bawah, wama helai daun, panjang dan pigmentasi tangkai daun mempuny ai keragaman yang cukup tinggi, ukuran daxm sempit, wama kulit dan daging umbi didominasi olebkrem. Koleksi umumny a berkadar bahan kering sedang (21 %), wama daging umbi putih dan krem. Dari koleksi yang ada, formasi terbanyak adalah tersebar dan sangat tersebar (89,8%) dan tidak terdapat fonnasi ideal, atau memiliki tandan tertutup. Dari 72 genotipe yang diamati terdapat formasi tandan terbuka sebanyak 11 genotipe.