Buletin Hasil Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Buletin Hasil Penelitian Agroklimat dan Hidrologi by Issue Date
Now showing 1 - 15 of 15
Results Per Page
Sort Options
- ItemStudi Pemodelan Spasial Banjir Dalam Mendukung Pengembangan Pertanian Padi Rawa di Sumatra Selatan(Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi, 2019-11-11) Muhardiono, Iman; Balai Penelitian Agroklimat dan HidrologiSouth Sumatera has one the largest swamp land area for paddy cultivation where also become a national source priority of rice production.Since swamp land has potential problem risk of water issues where most of the land tends to be flat, agriculture which are developed must follow characteristic of weather anomaly nowadays In general, paddy cultivation in swamp land has a problem in water management where in rainy season, flood frequently cause disadvantage in paddy agriculture sector. Flood is one of condition which will bring a sensitive issue for rice production where swamp lands are controlled for Cropping Index (CI) 300. In this study flood analysis spatial are importantly needed as base planning for protecting and developing of agriculture areain order to help decision making in managing agriculture land. This study consists of 1) Probable rainfall analysis using Log Normal, Gumbel I, Gumbel II, and Log Pearson; 2) Probable flood discharge analysis using unit synthetic hydrographHSS ITB I, Nakayashu, and SCS-Synder; 3) Hydrodynamic modelling 2D HEC-RAS; 4) Spatial Analysis; 5) Recommendation. Simulation results spatial inundation map based on shows with flood discharge25years return period, about in paddy swamp land area. 22% of total area inundated >2 m, this describes which Muara Telang Sub-District has moderate vulnerability index from flood. Recommendation in some aspects are divided into structural and non-structural. iIn structural aspect including rehabilitation of embankment where non-structural aspect close to mitigation and hazard awareness.
- ItemKoreksi Bias Curah Hujan Global Precipitation Climatology Centre (GPCC), Studi Kasus: Jawa Barat(Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi, 2019-11-20) Misnawati; Balai Penelitian Agroklimat dan HidrologiPenggunaan data-data global curah hujan semakin meningkat karena minimnya ketersedian data observasi curah hujan, akan tetapi curah hujan global masih memiliki bias terhadap curah hujan observasi sehingga perlu dilakukan koreksi bias terhadap data-data global sebelum penggunaan lebih lanjut. Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan koreksi bias curah hujan Global Precipitation Climatology Centre (GPCC) bulanan untuk wilayah Jawa Barat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah curah hujan GPCC sebelum dikoreksi lebih tinggi dari curah hujan observasi (overestimate) dan setelah dilakukan koreksi bias, jumlah curah hujan GPCC mendekati curah hujan observasi. Nilai korelasi (r) antara curah hujan GPCC terkoreksi lebih tinggi dibandingkan dengan curah hujan GPCC yang belum dikoreksi yaitu 0.522 sebelum dikoreksi dan 0.947 setelah dikoreksi. Pola spasial curah hujan GPCC terkoreksi hampir sama dengan pola spasial curah hujan observasi dan nilai perbedaan (gap) curah hujan GPCC terkoreksi lebih kecil dibandingkan dengan GPCC yang belum terkoreksi.
- ItemEstimasi Tinggi Planetary Boundary Layer Dari Data Radiosonde Dengan Metode Gradien Di Indonesia(Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi, 2019-11-20) Hariyanti, Kharmila Sari; Balai Penelitian Agroklimat dan HidrologiPlanetary Boundary Layer (PBL) adalah lapisan terpenting dari troposfer yang memiliki pengaruh timbal balik langsung dengan permukaan bumi. Ketebalan PBL adalah parameter penting untuk memahami proses perubahan cuaca, iklim, dan kualitas udara namun informasi tinggi PBL secara spasial dan temporal di wilayah indonesia belum banyak. Makalah ini membahas estimasi tinggi PBL menggunakan metode gradien dari data observasi radiosonde untuk wilayah Indonesia. Pendekatan metode gradien berdasarkan parameter suhu udara (T), suhu potensial (θ), suhu potensial virtual (θv), kelembaban Relatif (RH) dan mixing ratio (r). Keragaman tinggi PBL akan dilihat secara temporal (harian dan bulanan) dan spasial. Analisis spasial berdasarkan posisi stasiun radiosonde yang dibagi menjadi tiga wilayah yaitu Bumi Belahan Utara Equator (BBU), Bumi Belahan Selatan Equator (BBS) dan Equator (EQU). Hasil estimasi tinggi PBL dengan metode gradien suhu potensial virtual memiliki nilai median tertinggi jika dibandingkan dengan empat metode lainnya. Pada siang hari estimasi tinggi PBL secara signifikan lebih tinggi dari malam hari di semua wilayah. Hasil uji t dan F menunjukkan bahwa metode gradien suhu aktual, suhu potensial, suhu potensial virtual dan kelembaban relatif tidak berbeda secara signifikan. Variasi median rata-rata bulanan tinggi PBL di wilayah BBS memiliki hubungan dengan pola hujan monsoonal, pada musim kemarau tinggi PBL lebih rendah dari musim hujan.
- ItemHubungan Iod (Indian Ocean Dipole) Terhadap Anomali Curah Hujan di Pantai Utara Jawa (Studi Kasus: Kabupaten Karawang, Kabupaten Subang, dan Kabupaten Indramayu)(Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi, 2019-11-20) Firda, Dariin; Balai Penelitian Agroklimat dan HidrologiAnalisis hubungan antara indeks IOD (Indian Ocean Dipole) dengan anomali curah hujan bulanan dilakukan pada tiga Kabupaten di Pantai Utara Jawa dengan periode tiga bulanan, yaitu Desember-Januari-Februari (DJF), Maret-April-Mei (MAM), Juni-Juli-Agustus (JJA), dan September-Oktober-November (SON). Waktu jeda yang digunakan dalam analisis adalah lag 0 sampai lag 3 dengan analisis korelasi dan signifikansi dengan nilai p < 0,1. Data curah hujan bulananp ada 14 stasiun yang digunakan memiliki periode data >20 tahun dengan data kosong pada setiap stasiun <10%. Hasil analisis menunjukan bahwa IOD memiliki korelasi kuat dengan anomali curah hujan bulanan. Periode musim yang paling banyak memiliki korelasi dengan IOD positif adalah periode SON sebanyak 6 stasiun. Pada kondisi IOD negatif, periode MAM dan JJA merupakan periode dengan jumlah stasiun terbanyak yang berkorelasi nyata dengan IOD. Pada kondisi IOD positif, stasiun yang paling banyak berkorelasi nyata berada di wilayah Kabupaten Subang. Dalam kondisi IOD negatif, sebagian besar stasiun berkorelasi nyata di wilayah Kabupaten Indramayu. Pengaruh IOD baik positif maupun negatif, secara umum lebih kuat pada periode musim MAM sampai SON dan lebih rendah pada periode musim DJF.
- ItemIntroduction To Spatial And Tabular Data Analysis With R(Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi, 2019-11-20) Hari Adi, Setyono; Balai Penelitian Agroklimat dan HidrologiGeographic Information System (GIS) has been extensively utilized in water resources management because it features integrated tools to analyze spatial and tabular dataset. Proprietary software for GIS processing is available in the market, but the cost is expensive that only certain organizations are able to make such investment. This article covers technical introductory on data analysis and GIS processing using R Statistics. R is a free statistical software that also support software extensions (packages) for spatial and tabular data manipulation. These features enable R as an integrated tool for big data analysis in GIS to support water resources modeling.
- ItemIntegrating Spectroscopy in the Land Resources Monitoring to Support Agricultural Nutrient Management in Indonesia(Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi, 2019-11-20) Hari Adi, Setyono; Balai Penelitian Agroklimat dan HidrologiSpectroscopy studies material responses to the incident electromagnetic radiation. This method has been proven to be cost-effective for either soil or plant nutrient analysis. Furthermore, it offers rapid and high throughput quantitative data measurement with non-destructive, waste-free and minimal sample preparation processes. This article reviews potential use of spectroscopy technology in land resources monitoring as the cost-effective solution, particularly in the developing nations where natural resources monitoring might not be part of national development priority. The discussion is focused on the use of visual/near-infrared spectroscopy (VNIRS) for soil nutrients prediction, particularly to support cropland nutrient management of three main food crops in Indonesia, i.e. paddy, maize, and soybean.
- ItemClimate Change and Agriculture sector in Indonesia: Impacts and adaptation options to 2100(Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi, 2020-11) Balai Penelitian Agroklimat dan HidrologiAgriculture is the sector affected by climate change. The impact of climate change on agriculture sector is multidimensional, ranging from resources, agricultural infrastructure, and systems agricultural production, to the aspects of food security and independence, as well as the welfare of farmers and the community at large. Common strategies and policies for countering climate change impacts to agriculture is an adaptation action program in the food crops and horticulture sectors as the main priority in order to increase production and maintain national food security. Adaptive activities in dealing with climate change synchronized with mitigation activities include application of rice varieties with high productivity, application of animal manure as an energy through the biogas installation and application of organic fertilizer as carbon sequestration. However, there was activities that can be synchronized between adaptation and mitigation action such as application of rice varieties with high productivity, application of animal manure as an energy through the biogas installation and application of organic fertilizer as carbon sequestration. Then, regarding on the emissions projection, the emissions status from agriculture sector will continue to increase following the increases of agriculture activity to fulfil the demand.
- ItemPotensi Tanam Padi pada Musim Kemarau 2020 di Provinsi Jawa Timur(Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi, 2020-11-11) Misnawati; Firda, Dariin; Rachmawati, Naadaa; Balai Penelitian Agroklimat dan HidrologiPadi merupakan makanan pokok untuk penduduk indonesia yang kebutuhannya selalu meningkat setiap tahunnya karena peningkatan populasi. Salah satu upaya peningkatan produksi padi adalah dengan memanfaatkan potensi tanam pada musim kemarau. Potensi tanam pada musim kemarau sangat ditentukan oleh faktor ketersediaan air untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan tanaman padi. Artikel ini merupakan sebuah review untuk mengetahui potensi tanam padi pada musim kemarau 2020 di Jawa Timur berdasarkan prediksi iklim dari SI Pertanian dan BMKG. Kondisi musim kemarau 2020 yang cenderung lebih basah dibandingkan rerata kimatologis 1981-2010, dapat dimanfaatkan untuk peningkatan produksi tanaman padi yang melalui peningkatan indeks penanaman mencapai IP 300. Berdasarkan SI KATAM TERPADU, potensi luas tanam padi pada musim kemarau 2020 meningkat 8% dibandingkan tahun sebelumnya. Meski demikian, kondisi prediksi curah hujan dalam SI Iklim Pertanian menunjukkan curah hujan tergolong rendah di seluruh wilayah Jawa Timur pada April-Agustus dengan curah hujan <50 mm per dasarian dan berpeluang tinggi untuk deret hari kering >10 hari berturut-turut. Melihat kondisi tersebut, selain curah hujan, penyediaan dan pemanfaatan infrastruktur air juga diperlukan agar dapat mendukung potensi penanaman padi pada musim kemarau 2020.
- ItemAnalisis Indeks Penggunaan Air Untuk Deteksi Kekritisan Air (Studi Kasus DAS Cicatih-Cimandiri, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat)(Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi, 2020-11-11) Rejekiningrum, Popi; Balai Penelitian Agroklimat dan HidrologiPemenuhan kebutuhan air di suatu wilayah ditentukan oleh ketersediaan air, kebutuhan air, kecukupan air, dan potensi sumber daya air di wilayah tersebut. Ketersediaan air ditentukan oleh kondisi neraca air yang direpresentasikan dalam komponen curah hujan, evapotranspirasi, aliran permukaan, perkolasi, dan simpanan air tanah. Sedangkan kebutuhan air ditentukan oleh kebutuhan air penduduk, kebutuhan air industri, dan kebutuhan air untuk pertanian. Untuk itu dilakukan penelitian yang bertujuan untuk: (1) Karakterisasi dan analisis kebutuhan air, (2) Karakterisasi dan analisis ketersediaan air, dan (3) Identifikasi indeks penggunaan air. Alokasi optimum untuk memenuhi kebutuhan air untuk penduduk/domestik, industri, dan pertanian diprediksi melalui pendekatan optimasi kebutuhan air dan ketersediaan air dengan model optimal water sharing. Adapun indikasi terjadinya kritis air diidentifikasi melalui indeks penggunaan air (IPA) yaitu rasio antara total kebutuhan dengan ketersediaan air. Nilai IPA antara 0 – 0,5 kondisi sumberdaya air tidak kritis, antara 0,6 – 0,9 kritis, dan jika lebih dari 1 sangat kritis. Hasil analisis menunjukkan bahwa telah terjadi indikasi kritis air dan sangat kritis pada aplikasi irigasi konvensional pada sekali tanam dengan IPA antara 0,75-0,76, 0,89-0,90 pada dua kali tanam, dan 1,09-1,11 pada tiga kali tanam. Sedangkan pada aplikasi irigasi intermittent tidak ditemukan indikasi kritis air (IPA antara 0,37-0,39 pada sekali tanam, 0,38-0,39 pada dua kali tanam, dan 0,40-0,41 pada tiga kali tanam).
- ItemStudi Dampak Pemompaan Air Tanah Terhadap Debit Recharge(Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi, 2020-11-11) Trinugroho, Muchamad Wahyu; Balai Penelitian Agroklimat dan HidrologiUpaya dalam Ekplorasi air tanah merupakan usaha yang tidak dapat dihindari dalam pemenuhan air baku untuk keperluan domestik. Studi ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh pemompaan air tanah terhadap debit recharge pada suatu ekosistem rawa dengan melakukan simulasi air tanah menggunakan MODFLOW. Simulasi dengan 6 kondisi, yaitu 3 skenario sebelum pemompaan dan 3 skenario sesudah pemompaan, selain itu juga dilakukan kajian pengaruh volume debit pemompaan dan perubahan lokasi sumur terhadap debit recharge. Hasil simulasi menunjukkan dari 6 kondisi dihasilkan perbedaan debit recharge antar scenario yang relative kecil, sedang pengaruh volume debit pemompaan sumur terhadap penurunan debit recharge sebesar 0.53 %. Sedangakan hasil yang lain lokasi sumur pemompaan menunjukkan semakin jauh dari sungai maka terjadi penurunan debit recharge dengan rata-rata penurunan 0.11 %. Pada kajian ini pemodelan air tanah berhasil dilakukan sebagai alat bantu untuk mempelajari karakteristik air tanah dalam rangka ekploitasi air tanah.
- ItemModel Spasial Kadar Air Tanah di Kabupaten Indramayu Mendukung Era Revolusi Industri 4.0(Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi, 2020-11-11) Balai Penelitian Agroklimat dan HidrologiInformasi nilai kadar air tanah pada kondisi kapasitas lapang (KL), titik layu permanen (TLP), dan air tersedia (AT) diperlukan untuk memenuhi kebutuhan air tanaman agar tumbuh optimal. Informasi kadar air tanah umumnya didapatkan melalui uji laboratorium dengan beberapa sampel tanah, namun dengan memanfaatkan teknologi saat ini informasi kadar air tanah mampu didapatkan tanpa melalui uji laboratorium. Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi nilai KL, TLP, dan AT di Desa Benda dan di Desa Santing di Kabupaten Indramayu menggunakan data satelit dan diolah dengan persamaan Rawl dan Saxton, serta disajikan dalam bentuk spasial. Hasil tersebut kemudian dibandingkan dengan nilai KL, TLP, dan AT hasil uji laboratorium. Hasil yang diperoleh menunjukkan nilai KL, TLP, dan AT di Kabupaten Indramayu mampu diestimasi menggunakan hasil model dengan nilai yang tidak jauh berbeda dengan hasil uji laboratorium. Di Desa Benda, nilai KL dan TLP hasil uji laboratorium lebih tinggi dari hasil model dengan selisih berturut- turut 34 mm dan 36 mm, sedangkan AT lebih rendah dengan selisih 2 mm. Di Desa Santing, nilai KL dan AT hasil uji laboratorium lebih rendah dari hasil model dengan selisih berturut- turut 2 mm dan 14 mm, sedangkan TLP menunjukkan hasil yang lebih tinggi dengan selisih 12 mm.
- ItemPotensi Produksi Dan Analisis Ekonomi Tanaman Sayuran Hidroponik NFT Melalui Pengembangan Berbasis Panel Surya(Balitklimat, 2022-02-14) Fajr, Muhammad Yusuf; Pujilestari, Nurwindah; Hervani, Anggri; Institut Pertanian BogorHidroponik merupakan suatu sistem budidaya tanaman tanpa menggunakan tanah. Air merupakan media tanam yang umum digunakan dalam budidaya sayuran hidroponik. Hidroponik dapat mengatasi keterbatasan lahan untuk bercocok tanam, unsur hara dari pupuk juga akan lebih efektif terserap tanaman serta meningkatkan produksi dan kualitas hasil panen karena lingkungannya yang lebih terjaga. Salah satu sistem hidroponik yaitu Nutrient Film Technique membutuhkan suplai listrik terus menerus sebagai daya pompa sirkulasi. Panel surya sebagai pengubah energi cahaya matahari menjadi listrik dapat dijadikan solusi sumber listrik dari hidroponik sistem NFT. Listrik yang dihasilkan dari panel surya akan melewati solar charge controller sebagai alat untuk mengatur tegangan agar tidak overcharge. Tegangan yang sudah stabil akan masuk untuk mengisi daya baterai atau aki yang selanjutnya digunakan untuk menghidupkan pompa sirkulasi air dan nutrisi agar dapat tersebar ke seluruh tanaman di kit hidroponik. Penghematan biaya operasional dan biaya investasi di awal harus dihitung dengan analisis usahatani untuk memastikan bahwa usaha budidaya hidroponik tanaman sayuran memenuhi kelayakan usahatani. Untuk itu dilakukan penelitian yang bertujuan untuk analisis potensi produksi tanaman sayuran hidroponik berbasis panel surya dan analisis ekonomi usahatani. Perhitungan R/C ratio yang dilakukan mendapatkan nilai >1 yaitu sebesar 1,77 yang menandakan bahwa usaha yang dijalankan sudah memenuhi kriteria kelayakan usaha. Perhitungan B/C ratio yang dilakukan mendapatkan nilai positif sebesar 0,77 yang menandakan bahwa usaha yang dijalankan mendapat keuntungan sebesar 77%. Perhitungan BEP menunjukkan bahwa untuk mencapai titik impas usaha tani tanaman sayuran hidroponik seharusnya harga yang diberikan pada produk sebesar Rp. 2.824 atau unit yang diproduksi dalam satu tahun sebanyak 1.440 pack. Kata kunci: Budidaya, hidroponik, panel surya, usaha tani
- ItemPEMODELAN LIMPASAN AIR HUJAN MENGGUNAKAN GR2M BERBASIS R DI HILIR DAERAH ALIRAN SUNGAI CIMANUK(Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi, 2022-02-14) Trinugroho, M. Wahyu; Prima Nugroho, AndiCurah hujan salah satu faktor kunci dalam studi karakteristik hidrologis dalam suatu Daerah Aliran Sungai. Proses transformasi hujan menjadi suatu aliran limpasan dapat dilakukan melalui pemodelan. Tujuan Penelitian ini adalah mengestimasi limpasan curah hujan menggunakan GR2M di wilayah sungai Cimanuk hilir. Dalam studi ini, data input curah hujan dan evapotranspirasi potensial bulanan digunakan dalam kalibrasi disandingkan dengan data observasi debit bulanan. Dua tahapan yang dilakukan dalam pemodelan ini, pertama adalah kalibrasi model dan kedua adalah validasi model. Model kalibrasi dan validasi menggunakan input data 4 tahun. Kualitas model ditentukan dengan Nash-Sutcliffe koefisien (NS) dan the Kling–Gupta efficiency (KGE). Nilai optimal 2 parameter bebas, kapasitas maksimum penyimpanan kelembaban tanah dan volume pertukaran air dengan daerah tangkapan air sebelahnya dihitung secara iterasi Kalibrasi menggunakan data debit yang diamati dari stasiun Kertasemaya dan data observasi beberapa stasiun curah hujan di stasiun Kertasemaya dan Jatibarang daerah aliran sungai Cimanuk. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja model GR2M layak dalam merepresentasikan fenomena hidrologi, parameter yang dihasilkan menunjukkan pola curah hujan dan debit yang tidak berubah secara signifikan. Berdasarkan hasil studi, penggunaan R program mempunyai sisi kemudahan dalam menyelesaikan model matematis hidrologis yang dapat diaplikasikan pada suatu das dengan keterbatasan data aliran limpasan.
- ItemPenentuan Waktu Tanam Padi Wilayah Jawa Tengah Berdasarkan Analisis Neraca Air Tanaman(Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi, 2022-02-14) Santosa, Irwan; Misnawati; Balitklimat / BBSDLP / Balitbangtan / Kementerian PertanianSebagai negara agraris, sebagian besar penduduk Indonesia memiliki mata pencaharian sebagai petani dan padi merupakan tanaman pokok bagi penduduk Indonesia. Dalam dunia pertanian , tentunya permasalahan yang sangat umum terjadi khususnya pada tanaman padi adalah gagal panen yang dimana dapat diakibatkan oleh beberapa faktor baik itu terserang hama dan penyakit , kekeringan , bencana alam , cuaca ekstrem dan lainnya. Jawa Tengah sebagai salah satu wilayah dengan hasil produksi padi terbesar di Indonesia memiliki potensi untuk memenuhi kebutuhan pangan padi bagi penduduk Indonesia apabila dilakukan penanaman padi secara baik dan tepat. Penentuan waktu tanam sangat penting dilakukan mengingat kini sering terjadinya kondisi cuaca yang tak menentu sehingga berpotensi menigkatkan faktor – faktor yang dapat menyebabkan gagal panen. Tujuan Penelitian ini adalah untuk Menentukan waktu tanam padi wilayah Jawa Tengah dengan menggunakan metoda Neraca Air beserta komponen-komponen yang diperlukan. Perhitungan neraca air dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa komponen yang terkait antara lain data curah hujan (CH) , kapasitas lapang (KL) , ketersediaan air tanah (KAT) , kandungan air pada titik layu permanen (TLP) dan evapotranspirasi aktual (ETA). Penelitian dilakukan pada 2 wilayah di Jawa Tengah dalam rentang waktu 10 tahun yakni tahun 2002-2011 dan 2 wilayah yang dikaji adalah kabupaten Tegal dan kabupaten Cilacap.
- ItemANALISIS VARIABILITAS IKLIM TERHADAP PRODUKTIVITAS MELATI DI TIGA KABUPATEN SENTRA MELATI DI JAWA TENGAH(Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi, 2022-02-14) Pradana, Rohman; Widjajanto, DidikMelati merupakan salah satu tanaman yang telah dikenal luas oleh masyarakat Indonesia yang biasa dijadikan sebagai tanaman hias dan bunga tabur serta biasa digunakan dalam berbagai upacara adat. Dalam lanscape pertamanan, melati merupakan salah satu tanaman yang digunakan. Bunga melati merupakan komoditas internasional yang dapat dijadikan sebagai bahan baku dalam industri parfum, kosmetik, pengharum teh, dan obat tradisional. Iklim dan perubahannya dari tahun ke tahun memiliki dampak terhadap sektor pertanian, sehingga perlu dilakukan kajian pada berbagai komoditas termasuk melati. Artikel ini merupakan hasil analisis untuk mengetahui produktivitas melati terhadap variabilitas iklim di Jawa Tengah dengan mengambil sampel data tiga wilayah sentra produksi bunga melati yaitu Kabupaten Tegal, Pekalongan, dan Purbalingga. Berdasarkan uji korelasi dan regresi diketahui bahwa secara umum tidak terdapat korelasi signifikan antara unsur-unsur iklim terhadap produktivitas melati. Nilai produktivitas melati diperkirakan lebih dipengaruhi oleh teknik budidaya yang digunakan petani. Kata kunci: melati, iklim, produktivitas