Prosiding Seminar Nasional Mewujudkan Kedaulatan Pangan pada Lahan Sub Optimal Melalui Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Prosiding Seminar Nasional Mewujudkan Kedaulatan Pangan pada Lahan Sub Optimal Melalui Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi by Issue Date
Now showing 1 - 20 of 135
Results Per Page
Sort Options
- ItemKajian Analisis Usahatani Jagung Di Tobadak Mamuju Tengah Provinsi Sulawesi Barat(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2017) Muhtar; Sirappa, Marthen P; ; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuKajian ini bertujuan untuk mengetahui berapa besar pendapatan serta kelayakan usahatani jagung di desa Tobadak, kecamatan Tobadak, kabupaten Mamuju Tengah. Data utama yang dijadikan sumber bahasan dalam kajian adalah data petani jagung yang ada di desa Tobadak Kecamatan Tobadak Kabupaten Mamuju Tengah berjumlah 30 orang yang terpilih sebagai responden dengan teknik wawancara menggunakan daftar pertanyaan atau kuisioner. Sedangkan data sekunder diperoleh dari kantor BPS Provinsi Sulawesi Barat serta instansi yang erat kaitannya dengan kajian ini. Data yang dikumpulkan dianalisis secara analisis pendapatan serta Return Cost Ratio. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa rata-rata produksi jagung di desa Tobadak, kecamatan Tobadak, kabupaten Mamuju Tengah sebesar 3.830 kg/ha biji kering, dengan harga Rp. 2.600/kg, penerimaan usahatani sebesar Rp. 9.958.000/ha, dengan rata-rata total biaya produksi Rp. 4.357.000/ha. Sehingga diperoleh rata-rata pendapatan usahatani jagung Rp. 5.601.000/ha. Dengan demikian usahatani jagung di desa Tobadak, kecamatan Tobadak, kabupaten Mamuju Tengah menguntungkan serta layak untuk diusahakan dengan R/C rasio sebesar 2,29.
- ItemPeranan Tanaman Gamal Sebagai Pakan Ternak Ruminansia Kecil(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2017) Nurfaizin; Matitaputty, Procula R; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuTernak ruminansia kecil memiliki keunggulan yaitu mudah dipelihara dengan memanfaatkan pakan hijauan.Ketersediaan hijauan pada saat musim kemarau dan kering terbatas, sehingga menjadi masalah umum dalam peternakan rakyat. Kebutuhan hijauan untuk pakan ternak terus meningkat seiring dengan peningkatan populasi ruminansia kecil karena usaha peternakan ruminansia kecil misalnya kambing dan domba memiliki peluang yang besar untuk dikembangkan.Solusi untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan menanam hijauan yang tahan terhadap segalacuaca dengan produktivitas tinggi, misalnya adalah tanaman gamal. Gamal merupakan tanaman berkayu yang mudah ditemui karena mudah tumbuh dan biasanya dimanfaatkan sebagai pagar hidup di lingkungan pedesaan. Daun gamal memiliki nutrisi yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan oleh ternak.
- ItemKesesuaian Lahan Untuk Tanaman Kakao Di Kabupaten Maluku Tengah Provinsi Maluku(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2017) Waas, Edwen Donal; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuPenelitian yang bertujuan untuk menentukan kelas kesesuaian lahan untuk pengembangan kakao di Kabupaten Maluku Tengah. Evaluasi kesesuaian lahan dilakukan secara kualitatif dengan mencocokkan kualitas lahan yang ditemukan berdasarkan metode survai dengan persyaratan tumbuh kakao. Hasil penilaian menunjukan bahwa dari total luas lahan Kabupaten Maluku Tengah sebesar 868.772 ha, terbagi ke dalam kelas sesuai (S1) seluas 61.107 ha (7.03%), cukup sesuai (S2) seluas 87,027 ha (10,02%), dan lahan sesuai marjinal (S3) seluas 276.403 ha (31,82%), dan tidak sesuai (N) seluas 444.236 ha (51,13%). Dengan Faktor pembatas untuk kelas (S2) berupa bahaya erosi (eh), bahaya banjir (fh), keter sediaan oksigen (oa), dan media perakaran (rc); dan faktor pembatas (S3) berupa bahaya erosi (eh), bahaya banjir (fh), ketersediaan oksigen (oa), retensi hara (nr), dan media perakaran (rc).
- ItemKombinasi Abu Sabut Kelapa Dan Kotoran Sapi Sebagai Pupuk Utama Tanaman Brokoli (Brassica Oleracia, L.)(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2017) Lestari, Eko Binti; Budianto, E; Baliadi, Y; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuLimbah organik abu sabut kelapa (ASK) dengan kandungan K2O sebesar 25% berpotensi sebagai penambahunsur hara tanah bila dikombinasikan dengan pupuk kandang sapi. Kajian potensi pemanfaatan kombinasi ASKdan pukan sapi pada budidaya tanaman brokoli dilaksanakan di Dusun Selongisor, Desa Batur, KecamatanGetasan, Kabupaten Semarang bulan April sampai dengan Juni 2013 menggunakan rancangan acak kelompoklengkap, 9 perlakuan dan diulang 3 kali. Perlakuan yang diujikan adalah: PA1 = Pukan sapi 0,75 kg + ASK24,3 g/tanaman; PA2 = Pukan sapi 0,75 kg + ASK 12,15 g/tanaman; PA3 = Pukan sapi 0,75 kg + ASK 0,0g/tanaman; PA4 = Pupuk kandang sapi 1,0 kg + ASK 24,3 g/tanaman; PA5 = Pukan sapi 1 kg + ASK 12,15 g/tanaman; PA6 = Pukan sapi 1 kg + ASK 0,0 g/tanaman; PA7 = Pukan sapi 1,25 kg + ASK 24,3 g/tanaman;PA8 = Pukan sapi 1,25 kg + ASK 12,15 g/tanaman; PA9 = Pukan sapi 1,25 kg + ASK 0, 0 g/tanaman. Hasil kajian menunjukkan bahwa waktu pembungaan 80% tanaman brokoli berkisar 64-70 hst, dengan waktupembunggan 80% terpendek pada perlakuan PA1 dan terlama pada perlakuan PA2. Kisaran bobot brangkasansegar 0,73-0,84 kg/tanaman, tertinggi pada perlakuan PA7 dan PA9. Perlakuan PA7 memiliki diameter bungayang paling tinggi dibandingkan dengan perlakuan yang lain. Pada bobot bunga segar, PA7 dan PA9 memilikibobot bunga segar diatas 9,5 kg/ha. Kesimpulan kajian, penambahan ASK sebanyak 24,3 g/ha dengan pukansapi 1,25 kg/tanaman berpotensi meningkatkan hasil tanaman brokoli, yaitu diameter dan bobot segar bungadan mendukung budidaya tanaman brokoli organik.
- ItemPotensi Limbah Jagung Sebagai Sumber Pakan Ternak Sapi Di Nusa Tenggara Timur(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2017) Kario, Nelson Hasdy; Senewe, Rein Estefanus; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuJagung dan sapi dikenal sebagai komoditas yang sangat penting bagi perekonomian Provinsi Nusa Tenggara Timur. Oleh karena itu maka daerah ini telah menjadi mitra pprodusen ternak sapi bagi provinsi DKI Jakarta. Hal ini sebagai dampak dari semakin berkembangnya program Pemda yang dikenal dengan program ―tanam jagung panen sapi‖. Oleh sebab itu perlu diketahui sejauh mana daya dukung tanaman jagung terhadap kecukupan pakan ternak sapi. Penelitian yang bertujuan : a. Mengetahui potensi tanaman jagung yang dihasilkan dari usahatani jagung, b. Mengkaji daya dukung limbah jagung sebagai sumber pakan ternak terhadap populasi ternak sapi. Penelitian ini dilakukan selama 3 (dua) bulan yaitu Juni – Agustus 2015. Metode penelitian yang digunakan adalah Desk Study. Jenis daya yang dikumpulkan adalah data sekunder yang diperoleh melalui penelusuran/pengumpulan data pada beberapa institusi terkait seperti luas areal tanam dan panen, produksi, produktivitas, harga jual, dan lainnya yang bersumber dari beberapa institusi seperti Badan Ketahanan dan Penyuluhan Provinsi, Dinas Pertanian Provinsi, Biro Pusat Statistik (BPS) serta sumber informasi yang terkait/berkompeten. dan lain-lain. Analisis data dilakukan secara deskriptif menggunakan pendekatan ratio input-output. Hasil penelitian menunjukkan bahwa potensi tanaman jagung yang dihasilkan dari usahatani jagung mampu menghasilkan produksi jerami 1.712.592,86 ton (teknologi petani) dan 1.786.732,2 ton (Introduksi) dan Sebagai sumber pakan ternak sapi limbah dari hasil jagung mampu mendukung pengembangan ternak sapi sebanyak 176.920,75 UT (Teknologi petani) dan 223.341,5 UT.
- ItemInovasi Spesifik Lokasi Dalam Pengembangan Lahan Pasir Pantai Sebagai Lahan Pertanian(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2017) Nugroho, Novendra Cahyo; Caturatmi, Asti; ; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuSembilan agenda prioritas dalam nawa cita memuat poin mewujudkan kedaulatan pangan. Kedaulatan pangan dapat dicapai dengan melakukan intensifikasi maupun ektensifikasi lahan yang didalamnya terdapat penggunaan teknologi maupun perluasan areal lahan.Ektensifikasi lahan dilakukan melalui cetak sawah serta pemanfaatan lahan sub optimal untuk kepentingan pertanian. Pada 2025 diperlukan 7,3 juta ha lahan baru untuk mendukung produksi padi, jagung, kedelai, tebu, dan hortikultura. Untuk memenuhi luasan tersebut dilakukan dengan pemanfaatan lahan sub optimal. Total potensi lahan sub optimal Indonesia adalah 33,4 juta ha yang terdiri dari lahan kering dan lahan rawa. Lahan pasir pantai merupakan lahan kering yang layak dikembangkan untuk mendukung ekstensifikasi pertanian. Dengan luasan garis pantai nomor tiga di dunia tentunya kontribusi lahan pasir untuk pertanian tidak boleh diremehkan. Lahan pasir pantai merupakan lahan sub optimal yang bersifat porus, memiliki karakteristik angin yang kencang, evapotranspirasi yang besar, serta miskin unsur hara. Dengan karakteristik spesifik demikian, tanpa adanya perlakuan khusus tidak mungkin lahan pasir pantai dijadikan sebagai lahan pertanian. Meski demikian, lahan pasir pantai memiliki beberapa kelebihan untuk dimanfaatkan sebagai lahan pertanian yaitu relatif datar, luas, jarang mengalami banjir, dan memiliki air tanah yang dangkal. Lahan pasir pantai yang marginal dapat dioptimalisasi menjadi lahan pertanian melalui pengolahan lahan yang tepat dengan mengintroduksi bahan pembenah tanah, melakukan penambahan bahan organik, pemanfaatan mulsa, dan pemanfaatan wind breaker. Sejalan dengan perkembangan waktu muncul berbagai invention inovasi spesfik lokasi dalam pengelolaan lahan pasir pantai . Inovasi tersebut adalah teknik penyiraman cimcim, teknik pemupukan ponjo, teknik bedengan, juga teknik variasi tanaman sisipan
- ItemKeanekaragaman, Pemanfaatan Dan Usahatani Jeruk Dataran Rendah Di Indonesia(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2017) Palupi, Norry Eka; Suneth, Risma Fira; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuTanaman jeruk merupakan komoditas hortikultura yang memiliki keanekaragaman sumberdaya genetik yang tersebar di seluruh Indonesia. Keberadaannya telah mengalami adaptasi pertumbuhan berdasarkan ketinggian tempat sesuai asalnya. Manfaat dan nutrisi buah jeruk telah dikenal masyarakat Indonesia, sehingga usaha pengelolaan jeruk berkaitan dengan sistem budidayanya telah dilakukan oleh petani dan stakeholder. Agribisnis jeruk juga menarik bagi petani pengusaha untuk terus dikembangkan, karena sesuai analisis usaha tani jeruk hasil yang diperoleh sangat menguntungkan baik bagi petani maupun pedagang. Budidaya tanaman jeruk secara umum adalah sama antara jenis jeruk dataran tinggi maupun dataran rendah, namun diperlukan rekomendasi khusus bagi permasalahan lahan spesifik lokasi agar hasil yang diperoleh lebih optimal dan memiliki daya saing. Rasa dan kenampakan warna yang matang fisiologis berbeda antara jenis jeruk dataran tinggi dan dataran rendah. Jeruk dataran tinggi umumnya lebih menarik dibandingkan jeruk dataran rendah, namun dalam hal rasa jeruk dataran rendah tidak kalah unggul dibandingkan dengan jeruk dataran tinggi. Beberapa jenis jeruk dataran rendah yang dikenal sesuai dokumen Balitbangtan Kementerian Pertanian adalah jeruk Borneo Prima, Keprok Siompu, Keprok Selayar, Keprok Tejakula, Keprok Terigas, Keprok Madura, Siam Banjar, Pamelo dan Siam Pontianak.
- ItemKajian Perbaikan Sistem Tanam Jagung Terhadap Produktivitas Jagung Pada Lahan Kering Di Sulawesi Barat(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2017) Sirappa, Marthen P; Andri, Kuntoro Boga; ; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuPengkajian dilaksanakan di lahan kering bukaan baru di desa Tobadak, kabupaten Mamuju Tengah pada bulan April sampai dengan Juli 2016. Tujuan kajian adalah mengetahui pengaruh sistem tanam jagung terhadap produktivitas jagung di lahan kering. Sistem tanam yang dikaji adalah T1: sistem tanam legowo 2:1 dengan jarak tanam (100 – 50) cm x 25 cm (1 tanaman/ rumpun), T2: sistem legowo 2:1 dengan jarak tanam (100 – 50) cm x 50 cm (2 tanaman/rumpun), T3: sistem tanam legowo 2:1 dengan jarak tanam (80 – 40) cm x 20 cm (1 tanaman/rumpun), T4: sistem legowo 2:1 dengan jarak tanam (80 – 40) cm x 40 cm (2 tanaman/rumpun), T5: sistem tanam biasa 75 cm x 20 cm (1 tanaman/rumpun), dan T6: sistem tanam biasa 75 cm x 40 cm (2 tanaman/ rumpun). Varietas yang ditanam adalah Bima 20 URI dan dosis pupuk 200 kg urea dan 300 kg NPK Phonska/ha. Teknologi budidaya lainnya berdasarkan PTT Jagung. Hasil kajian menunjukkan bahwa perbaikan sistem tanam jagung rata-rata memberikan hasil lebih tinggi (6,82 t/ha) dibandingkan dengan rata-rata hasil jagung Sulawesi Barat (4,86 t/ha) atau meningkat sekitar 1,96 t/ha. Sistem tanam jagung yang memberikan hasil tertinggi (7,96 t/ha) adalah sistem tanam legowo 2:1 dengan jarak tanam (80 – 40) cm x 40 cm (2 tanaman/rumpun), dan tidak berbeda nyata dengan sistem tanam legowo 2:1 dengan jarak tanam 80 cm – 40 cm x 20 cm (1 tanaman/ rumpun) sebesar 7,80 t/ha, namun berbeda nyata dengan sistem tanam lainnya.
- ItemKolonisasi Dan Kepadatan Spora Fungi Mikoriza Arbuskula Pada Bibit Hotong(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2017) Karepesina, Sedek; Djumat, Juni La; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuTanaman hotong (Setaria italica) adalah tanaman serealia sejenis sorgum yang tumbuh subur di Pulau Buru dan telah dibudidayakan oleh masyarakat setempat sebagai salah satu bahan pangan. Fungi mikoriza arbuskula (FMA) adalah salah satu tipe fungi pembentuk mikoriza yang akhir -akhir ini cukup popular mendapat perhatian dari para ahli lingkungan dan biologis. Fungi ini diperkirakan dimasa mendatang dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif teknologi untuk membantu pertumbuhan, meningkatkan produktivitas, dan kualitas tanaman terutama yang ditanam pada lahan-lahan marginal yang kurang subur. Penelitian ini bertujuan mendapatkan media tumbuh dan sumber organik terbaik untuk pengembangan pupuk hayati FMA. Percobaan disusun dengan rancangan petak terpisah (split plot) yang disusun dengan rancangan dasar acak lengkap. Petak utama adalah media tumbuh (M1) = zoelit dan (M2) = pasir. Anak petak adalah sumber fosfor, yaitu (P1) = arang sekam sagu, (P2) = arang sekam padi sebanyak 20 gr/tanaman/pot. Masing-masing taraf perlakuan terdiri dari 5 ulangan, sehingga jumlah unit perlakuan sebanyak 2 x 2 x 5 = 20 satuan percobaan.Pengamatan terhadap kolonisasi FMA, jumlah spora dan bobot kering tanaman. Hasil penelitian menujukkan bahwa interaksi media tumbuh, sumber fosfor berpengaruh terhadap kolonisasi FMA (Glomus sp), jumlah spora dan bobot kering tanaman. Media zoelit, arang sekam sagu dapat meningkatkan kolonisasi FMA, jumlah spora dan bobot kering tanaman. Media zoelit, arang sekam sagu dan hotong merupakan paket yang sesuai untuk memproduksi spora FMA (Glomus sp spesifik Maluku).
- ItemKajian Model Integrasi Ternak Sapi Dan Kelapa Sawit Di Kabupaten Aceh Timur(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2017) Yunizar, Nani; Fenty, F; Ab, Basri; Azis, Abdul; Pesireron, Marietje; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuTujuan untuk mendapatkan model pengembangan SISKA di lahan perkebunan kelapa sawit yang sesuai dengan kondisi wilayah. Kajian dilaksanakan di Desa Alue Nyamuk Kecamatan Birem Bayeun Kabupaten Aceh Timur mulai Maret - November 2011. Pengkajian ini menggunakan 20 ekor sapi Bali jantan berumur 1,5 – 2 tahun, terdiri dari 10 ekor milik petani kooperator yang menerapkan model SISKA dan 10 ekor lagi milik petani non kooperator sebagai pembanding. Petani kooperator yang dipilih adalah petani yang memelihara sapi dikandangkan. Sedangkan pembanding diambil petani yang memelihara sapi dilepas di kebun sawit. Perlakuan yang diberikan pada ternak sapi petani kooperator yaitu pemberian pakan konsentrat yang berasal dari bungkil kelapa dan dedak dengan perbandingan 1: 2 atau 1 kg bungkil kelapa dikombinasikan dengan 2 kg dedak untuk per ekor per hari. Hijaun yang diberikan adalah pelepah sawit yang dikombinasikan dengan rumput alam sebanyak 10 % dari bobot badan. Feed suplement yang diberikan berupa mineral blok dan vitamin. Sebagai upaya pengendalian parasit internal dilakukan pemberian obat cacing. Pemeliharaan dilakukan selama 3 bulan. Data yang diamati yaitu 1) pertambahan bobot badan harian (PBBH) sapi yang dianalisis secara kuantitatif menggunakan uji t 2) tingkat pendapatan dan asset pemilikan petani sebelum kegiatan (data dianalisis secara deskriptif). Hasil pengamatan dari 10 ekor sapi milik petani kooperator yang menerapkan model SISKA selama 60 hari menunjukan rata-rata pertambahan bobot badan harian per ekor sebanyak 0,74 kg. Hal ini melebihi pertambahan bobot badan dari sapi milik non kooperator yang tidak menerapkan model SISKA yang hanya mencapai 0,3 kg per ekor per hari.
- ItemPengkajian Pemanfaatan Bahan Pakan Lokal Terhadap Budidaya Sapi Bali Jantan Mendukung Bioindustri Pada Puncak Musim Kemarau(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2017) Marawali, Hendrik Hunga; Lidjang, Ignas Kalukur; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuSuatu pengkajian yang bertujuan untuk memperoleh rekomendasi pemanfaatan bahan pakan lokal darilimbah pertanian dan legum pohon (daun gamal) sebagai pakan konsentrat untuk ternak sapi Bali jantanmendukung program bioindustri telah dilakukan di kandang percobaan BPTP Naibonat dari tanggal 22September - 22 Deseber 2015. Perlakuan pakan adalah: A (jerami padi adlibitum + konsentrat (40% daungamal+ 33% tongkol jagung + 13 jerami kacang hijau + 7% jerami jagung + 7 % dedak halus), Pelakuan B (jerami padi adlibitum + konsentrat (40% daun gamal+ 33% tongkol jagung + 13 jerami kacang hi jau +7 %jerami jagung + 7 % jagung giling dan perlakuan C (jerami padi adlibitum + konsentrat (40% daun gamal+33% tongkol jagung + 13 jerami kacang hijau +7 % jerami jagung + 7 % tepung kayu) Hasil pengkajian menunjukkan bahwa rata- rata konsumsi pakan (jerami padi adlibitum dan konsentrat) pada masing – masing untuk perlakuan A sebesar 4,52 kg/ekor/ hari, perlakuan B, 4,57 kg/ekor/hari dan perlakuan C sebesar 4,66kg/ekor/hari. Ketiga perlakuan tidak berbeda nyata (P > 0,05) baik rata-rata konsumsi pakan maupun pertambahan bobot badan harian. Pertambahan bobot badan harian (PBBH) pada ternak yang mendapat perlakuan B ( jerami adlibitum + konsentrat + jagung giling) mempunyai kecepatan pertambahan bobotbadan lebih tinggi (0,32 kg/ekor/hari) dibandingkan dengan dua perlakukan lainnya yakni (perlakuan Asebesar 0,24 kg/ekor/hari dan perlakuan C sebesar 0,28 kg/ekor/hari). Ketiga perlakuan dalam pengkajian ini,baik konsumsi pakan dan pertambahan bobot badan harian tidak berbeda nyata serta member ikan responpositif antar perlakuan. Karena itu ketiga perlakuan dapat direkomendasikan kepada petani/peternak ataukelompok tani untuk memanfaatkan sumber daya bahan pakan lokal yang tersedia di petani sebagai pakanternak dalam mendukung kegiatan biondustri
- ItemAnalisis Keunggulan Usahatani Cabe Rawit Di Kabupaten Maros Provinsi Sulawesi Selatan(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2017) Yuniarsih, Eka Triana; Nurdin, Maryam; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuCabe rawit merupakan komoditas hortikultura yang sangat digemari oleh masyarakat, dan merupakan salah satu sektor yang diunggulkan di SulSel. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) keunggulan usahatani cabe rawit di Kab. Maros Sul awesi Selatan; (2) keuntungan usahatani cabe rawit di Kab. Maros Sulawesi Selatan; (3) kelayakan usahatani cabe rawit di Kab. Maros Sulawesi Selatan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari-Juni 2016. Populasi penelitian semua petani cabe rawit di Kab. Maros. Pengambilan petani sampel menggunakan metode purposive sampling. Pengumpulan data menggunakan data sekundern dan metode observasi, wawancara, dan pencatatan. Instrumen pengumpulan data menggunakan kuesioner. Hasil analisis keunggulan cabe rawit di Kab. Maros SulSel menggunakan analisis LQ dengan nilai 9,7 yang menggambarkan bahwa cabe rawit merupakan sektor basis yang memiliki keunggulan komparatif dikarenakan nilai LQ > 1. Hasil analisis usahatani cabe rawit menunjukkan rata-rata produksi 8,6 ton dengan pendapatan sebesar Rp 69.104.083, dan hasil analisis menunjukkan R/C rasio 3,02. Berdasarkan analisis deskriptif tersebut dapat disimpulkan bahwa usahatani cabe rawit layak diusahakan.
- ItemAnalisis Prioritas Pengembangan Dan Identifikasi Kebutuhan Teknologi Spesifik Lokasi Komoditas Unggulan Subsektor Peternakan Di Provinsi Maluku(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2017) Hidayah, Ismatul; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuPengkajian Analisis Prioritas Pengembangan dan Identifikasi Kebutuhan Teknologi Spesifik Lokasi KomoditasUnggulan Peternakan di Provinsi Maluku telah dilakukan, kegiatan bertujuan menginventarisasi dan/atauidentifikasi komoditas unggulan daerah dan teknologi pertanian yang dibutuhkan pada subsector peternakandi provinsi Maluku. Pendekatan metode yang digunakan yaitu analisis LQ, analisis prioritas pengembangan danFocus Group Discustion (FGD). Hasil penelitian yaitu komoditas unggulan dan prioritas pengembangankomoditas ternak ruminansia di propinsi Maluku yaitu sapi, kambing, domba dan babi, sedangkan komoditas ternak unggas yaitu itik. Sentra pengembangan ternak sapi yaitu kabupaten Maluku Tengah, Buru, SBB danSBT. Sentra pengembangan ternak babi di Ambon, Maluku Tenggara, Maluku Tenggara Barat dan KepulauanAru. Sentra pengembangan ternak kambing di kabupaten Tual dan Buru Selatan, sedangkan sentrapengembangan domba di kabupaten Maluku Barat Daya. Komoditas unggulan ternak unggas yaitu itik dikabupaten Buru. Prioritas kebutuhan teknologi spesifik lokasi untuk pengembangan komoditas ternak yaituSapi (Teknologi pengolahan pakan dari jerami padi , Teknologi IB, Teknologi pengolahan pupuk organik padatdan cair), Kambing (teknologi penanganan penyakit kembung dan diare, teknologi pemeliharaan secaraintensif, teknologi pengolahan pakan ternak kambing), Babi (ketersediaan vaksin setiap saat, Teknologipemeliharaan secara intensif), Itik (Teknologi mesin tetas sederhana, teknologi pemanfaatan pakan dari limbah alami lokal, teknologi pemeliharaan intensif).
- ItemTeknologi Budidaya Jeruk Siam Pontianak Pada Lahan Suboptimal Di Sambas, Kalimantan Barat(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2017) Banaty, Oka Ardiana; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuBudidaya tanaman jeruk telah dikembangkan di seluruh Indonesia dengan berbagai karakteristik lahan yang berbeda-beda mulai dari lahan kering hingga lahan basah. Setiap daerah memerlukan teknologi budidaya tanaman jeruk yang berbeda disesuaikan dengan kondisi biofisik lahan yang ada. Usahatani jeruk Siam Pontianak di Kalimantan Barat mayoritas berada di Kabupaten Sambas dan dikembangkan di lahan suboptimal yaitu lahan pasang surut dengan tipe luapan C dan D. Permasalahan budidaya jeruk di lahan pasang surut pada umumnya adalah kemasaman tanah yang tinggi akibat adanya lapisan pirit pada kedalaman tanah yang relatif dangkal. Untuk mengatasi permasalahan tersebut dibutuhkan teknologi budidaya tanaman jeruk spesifik lokasi yang berbeda dengan budidaya tanaman jeruk di lahan kering. Dengan penerapan teknologi budidaya jeruk Siam Pontianak yang tepat diharapkan dapat mendukung pertumbuhan tanaman yang baik dan produksi yang optimal.
- ItemInovasi Teknologi Dan Respon Petani Dalam Pengembangan Bawang Merah Mendukung Kawasan Hortikultura Di Pulau Timor(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2017) Da Silva, Helena; Kote, Mode; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuKomoditas bawang merah telah ditetapkan sebagai komoditas pangan penting di Indonesia dewasa ini. Komoditas tersebut dapat berpengaruh terhadap tingkat inflasi dan perekonomian makro. Dalam tahun 2014, BPTP NTT telah melakukan pendampingan dalam rangka mendukung pengembangan kawasan komoditas tersebut. Kegiatan pendampingan tersebut bertujuan : (a) melaksanakan perbanyakan bawang merah melalui KBI di BPTP NTT, (b) mengintroduksikan varietas unggul bawang merah, dan (c) Mengetahui respon petani terhadap introduksi bawang merah. Hasil pendampingan yaitu sebagai berikut: (1) Kegiatan perbenihan bawang merah di KBI BPTP NTT dapat dilaksanakan dan menghasilkan benih bawang merah varietas Tadayung, Mentes, Bima, Sembrani dan Pikatan, (2) Dua varietas yang diintroduksi ke petani yaitu varietas Tadayung dan Bima, masing-masing dengan produktivitas sebesar 29 t/ha dan 17 t/ha, (3) Respon petani menunjukkan bahwa 31,43% petani lebih memilih bawang merah yang berumbi besar, sedangkan 20% petani memilih hasil produksi cukup tinggi, dan (4) Berdasarkan keseluruhan karakteristik bawang merah yang dinilai, yaitu umbi, warna umbi, bentuk umbi, dan daya hasil, diketahui bahwa varietas Tadayung lebih disukai oleh petani.
- ItemUpaya Perbaikan Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian Dari Buah Jeruk(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2017) Santoso, Agung Budi; Muhammad, Abid; Muh, Afif Juradi; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuJeruk merupakan komoditi hortikultura yang pada umumnya memiliki sifat mudah rusak sehingga penanganan pascapanen buah jeruk yang tidak tepat dapat mengakibatkan penur unan mutu buah (penampakan, susut bobot dan penurunan nilai gizi) yang tinggi, olehnya itu diperlukan cara untuk menurunkan tingkat kerusakan jeruk dengan menggunakan aplikasi edible coating. Untuk mendapatkan kualitas yang baik pada jeruk, yang harus diperhatikan adalah pascapanen. Penanganan buah setelah dipanen meliputi pemilihan ( sorting), pemisahan berdasarkan umur (sizing), pemilihan berdasarkan mutu (grading), dan pengepakan (packing). Selain itu juga dilakukan tambahan penanganan buah seperti degreening, pencucian, penggunaan bahan kimia, pelapisan (coating), dan pendinginan awal (pre-cooling). Metode penyimpanan dingin, maka beberapa teknik penyimpanan dingin untuk buah yang dapat digunakan meliputi 1) pendinginan ruang ( cooling room), 2) pendinginan tekanan udara (forced-air cooling), 3) pendinginan menggunakan air (hydro cooling), 4) pendinginan vacuum (vacuum cooling), dan 5) pendinginan menggunakan es batu (package icing).
- ItemDampak Program Pendampingan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) Terhadap Perilaku Petani Untuk Mendukung Ketahanan Pangan Di Kabupaten Kolaka Sulawesi Tenggara(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2017) Zainuddin, Yuliani; Santoso, Agung Budi; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuPemanfaatan pekarangan dalam konsep model KRPL adalah pengembangan usaha diversifikasi pangan sebagai model diseminasi inovasi teknologi pertanian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Desember 2015, sebanyak 15 orang pada Kelompok Wanita Sekar Sari Kecamatan Baula, Kabupaten Kolaka. Pemilihan lokasi kegiatan dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa lokasi tersebut merupakan lokasi P2KP yang melaksanakan ―Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan Melalui Konsep Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL)‖ di Kabupaten Kolaka. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara survey pada 15 rumah tangga secara acak sederhana. Data diperoleh dengan cara wawancara dengan mengunakan kuisioner tentang pola konsumsi pangan, alokasi biaya untuk konsumsi pangan, dan luasan pekarangan dan pemanfaatannya. Selain itu dikumpulkan pula data primer dari instansi terkait. Data yang diperoleh kemudian ditabulasi dan diolah untuk mengukur PPH dan dianalisis secara deskriptif, serta penyusunan strategi pemanfaatan lahan pekarangan. Hasil kajian menunjukkan melalui kegiatan pendampingan KRPL mampu meningkatan pengetahuandan sikap petani kooperator terhadap introduksi teknologi dalam kegiatan pemanfaatan lahan pekarangan, yaitu 78,09% dan 73,33% (kategori tinggi) sedangkan keterampilan yaitu 40,00% (kategori sedang). Sedangkan untuk petani non kooperator Peningkatan pengetahuan dan sikap sekitar 80% dan 66,67% (kategori tinggi) sedangkan keterampilan sekitar 40% (kategori sedang). Bahwa perilaku petani responden terhadap introduksi teknologi pada kegiatan pendampingan KRPL termasuk kategori TTS (tinggi, tinggi sedang) sehingga pendekatan yang harus dilakukan adalah melakukan pelatihan-pelatihan baik melaui Demplot dan Demcar. Melalui kegiatan pendampingan KRPL mampu dilakukan penghematan belanja untuk konsumsi sebesar Rp 105.000,- dan mendorong peningkatan skor PPHsebesar 2,71 dari 87,91 menjadi 90,63 melalui peningkatan konsumsi pangan hewani serta sayur dan buah.
- ItemPertumbuhan Dan Hasil Beberapa Varietas Unggul Baru Padi Sawah Lingsar Kabupaten Lombok Barat(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2017) Triguna, Yanti; Yarwati, Yuli; Ayal, Yacob; ; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuSalah satu strategi yang diterapkan dalam upaya mendukung peningkatan produksi padi melalui penerapan inovasi teknologi. Penggunaan varietas unggul baru padi merupakan salah satu komponen utama teknologi yang berperan sangat dominan dalam menentukan pertumbuhan dan produktivitas padi. Kajian dilakukan pada lahan sawah di Desa Batu Kumbung Kecamatan Lingsar Kabupaten Lombok Barat mulai bulan April sampai Agustus 2015 yaitu musim tanam MK 1 2015. Pola Tanam lokasi kajian di dominasi : Padi – Padi – Padi. Percobaan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 4 varietas unggul padi sawah yang diujikan yaitu inpari 16, inpari 19, inpari 22 dan inpari 30. Hasil kajian menunjukkan bahwa varietas unggul baru padi inpari 16 memberikan hasil yang lebih tinggi yaitu 9,4 ton/Ha GKP, diikuti oleh varietas inpari 22 (8,2 ton/Ha ), Inpari 30 (8,07 ton/Ha) dan terendah terdapat pada varietas inpari 19 yaitu 7,10 ton/Ha. Ini menunjukkan bahwa varietas inpari 16 dapat beradaptasi dengan baik di Kecamatan Lingsar sebagai wilayah sentra produksi padi di Kabupaten Lombok Barat.
- ItemPotensi Pengembangan Jeruk Keprok Siompu Di Lahan Sub Optimal Buton(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2017) Budiyati, Emi; Sugiyono; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuKondisi umum Kabupaten Buton mempunyai struktur tanah yang kering dan berbatu serta berbukit -bukit. Sarana dan prasaran transportasi jalan yang sulit dan relatif cukup jauh dari kota Bau-Bau menjadikan daerah produsen jeruk keprok Siompu terisolir dari pembangunan. Jeruk Siompu memiliki r asa yang lebih manis dan cocok sebagai buah segar dan pencuci mulut setelah makan, karena karakter jeruk Siompu yang kurang berair, aroma buahnya menarik selera orang untuk menikmatinya. Karenanya tamanan jeruk Siompu meenjadi tanaman budi daya unggulan di Buton Selatan. Metodologi dilakukan observasi dengan mengamati morfologi, kualiatas hasil, produksi buah dan dokumentasi, serta studi pustaka. Hasil kajian ini menunjukkan bahwa jeruk keprok Siompu yang dibudidayakan di Buton Selatan mempunyai warna yang menarik kuning emas pada umur satu minggu setelah petik masak fisiologis, bobot perbuah 135- 200 gram, rasa manis segar produksi per pohon 100-135 kg pada umur 6-7 tahun dan tanamannya tumbuh baik pada ketinggian 0-500 m dpl.
- ItemBiologi, Laju Konsumsi Dan Pengendalian Hama Brontispa Longissima Gestro (Coleoptera : Chrysomelidae) Pada Beberapa Kultivar Tanaman Kelapa (Cocos Nucifera L.)(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2017) Salim; Suneth, Risma Fira; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuKumbang Brontispa longissima Gestro merupakan hama penting pada tanaman kelapa di Indonesia. Hama B. longissima menyerang semua fase tanaman kelapa baik tanaman muda maupun tanaman tua yang produktif, akibat serangannya daun kelapa tampak seperti terbakar bahkan pada serangan berat akan menyebabkan tanaman kelapa mengalami kematian. Dari karakteristik biologi dapat diprediksi jumlah populasi dan laju konsumsi hama B. longissima yang menyerang tanaman kelapa di lapangan. Siklus hidup hama B. longissima dimulai dari telur sampai imago meletakkan telur pertama kali sekitar 74,32 hari, diprediksi hama i ni memiliki empat generasi per tahun di lapangan dalam kondisi lingkungan yang optimal. Lama hidup larva dan imago yang aktif merusak tanaman kelapa sekitar 231 hari, laju reproduksi bersih (Ro) berkisar 75,16, Rata-rata masa generasi (T) berkisar 91,62 hari dan laju pertambahan intrinsik (r) sekitar 0,05. Laju konsumsi hama B. longissima bervariasi pada beberapa kultivar tanaman kelapa, baik itu kelapa Dalam maupun kelapa Genjah. Laju konsumsi hama B. longissima pada kultivar kelapa Genjah lebih tinggi daripada kultivar kelapa Dalam. Laju konsumsi larva instar 2-4 pada kelapa Dalam bervariasi sekitar 0,0001 – 0,0113 mg konsumsi/hari dan kelapa Genjah sekitar 0,0113-0,0226 mg konsumsi/hari. Laju konsumsi relatif larva instar 2-4 pada kelapa Genjah sekitar 0,1044-0,51337 mg konsumsi/mg berat larva/hari sedangkan kelapa Dalam sekitar 0,00090,3836 mg konsumsi/mg berat larva/hari. Pengendalian B. longissima dapat dilakukan dengan menggunakan Agens hayati seperti Tetrastichus brontispa, Celisoches morio, Metarhi zium anisopliae, Serratia spp., Beauveria bassiana dan penggunaan insektisida sesuai anjuran sebagai alternatif terakhir.