Perbenihan Tanaman Pangan
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Perbenihan Tanaman Pangan by Issue Date
Now showing 1 - 20 of 58
Results Per Page
Sort Options
- ItemDampak Sipramin Terhadap Mutu Hasil dan Kadar Hara Tanaman Pangan(BPTP Karangploso, 1999) PRIHARTINI, Tini
- ItemUJI MULTI LOKASI CALON VARIETAS UNGGUL KEDELAI ADAPTIF LINGKUNGAN SPESIFIK DI SENTRA PRODUKSI DI JAWA TIMUR(BPTP Karangploso, 1999) KUSTIONO, G.; E. Saptono; Handoko
- ItemUJI ADAPTASI GALUR HARAPAN PADI SAWAH BERUMUR GENJAH DAN BERUMUR SEDANG(BPTP Karangploso, 1999) ZAENAL ARIFIN; Suwono; S. Roesmarkam
- ItemUJI MULTI LOKASI CALON VARIETAS UNGGUL JAGUNG ADAPTIF LINGKUNGAN SPESIFIK DI SENTRA PRODUKSI JAWA TIMUR(BPTP Karangploso, 1999) ROESMARKAM, S; B. Pikukuh; F. Arifin
- ItemINTRODUKSI VARIETAS PADI CIRATA DALAM PLA TANAM LAHAN SAWA DI BALI(BPTP Karangploso, 1999) SUPRAPTO; Komand Dana Arsana
- ItemPENGKAJIAN TEKNIK PRODUKSI BENIH VARIETAS UNGGUL PADI(BPTP Karangploso, 1999) G. EFFENDY; Suwono; D. Rachmawati
- ItemPELAKSANAAN GEMA PALAGUNG 2001 DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN DI KABUPATEN BANYUWANGI(BPTP Karangploso, 2000) Diperta Dati II Banuwangi
- ItemPAKET TEKNOLOGI USAHATANI PADI SPESIFIK LOKASI DI JAWA TIMUR(BPTP Karangploso, 2000) SUWONO; Wigati, Istuti; H. Sembiring
- ItemPAKET TEKNOLOGI USAHATANI JAGUNG SPESIFIK LOKASI DI JAWA TIMUR(BPTP Karangploso, 2000) ROESMARKAM, S; F. KASIJADI; H. Sembiring
- ItemDUKUNGAN TERSEDIANYA BENIH BERSERTIFIKAT DARI VARIETAS UNGGUL DALAM PALAGUNG 2001 DI JAWA TIMUR(BPTP Karangploso, 2000) FIRMAN, Achmad
- ItemUPAYA PENINGKATAN PRODUKSI PALAGUNG DI JAWA TIMUR(BPTP Karangploso, 2000) Diperta Propinsi Jatim
- ItemDeskripsi Varietas Unggul Padi dan Palawija 2002-2004(Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, 2004) Sunihardi; Hermanto; Sadikin, Dedik; Hikmat, Edi; Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman PanganPerbaikan dan perakitan varietas unggul baru merupakan salah satu upaya untuk mengantisipasi penurunan hasil atau kegagalan produksi yang disebabkan oleh kendala biotik dan abiotik. Wereng coklat, tungro, dan hama penyakit penting lainnya tidak jarang menimbulkan kerugian bagi petani karena serangannya dapat menurunkan produksi dan bahkan menggagalkan panen padi. Departemen Pertanian telah melepas sejumlah varietas unggul baru padi dan palawija yang sebagian besar dihasilkan oleh Balai Penelitian lingkup Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Varietas unggul ini diharapkan dapat segera meluas pengembangannya di kalangan pengguna teknologi hasil penelitian, termasuk pengusaha agribisnis, praktisi pertanian, dan petani guna mendukung upaya peningkatan produksi, ketahanan pangan, dan pengembangan agribisnis.
- ItemBudidaya padi varietas unggul baru dan varietas unggul tipe baru di Daerah Istimewa Yogyakarta(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta, 2004-09) Sukar; Mudjisihono, Rob
- ItemPola Tanam Berantai Lahan Sawah Irigasi Mendukung Prima Tani Sumatera Selatan(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Selatan, 2006) Subowo; Arief, Triyandar; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera SelatanPemanfaatan lahan untuk budidaya padi sawah merupakan salah satu teknologi usahatani yang efektif untuk dilakukan. Sumatera Selatan dengan curah hujan yang tinggi sepanjang tahun dan aliran sungai yang lambat dan tersebar merata merupakan wilayah potensial untuk pengembangan padi sawah. Dengan dukungan sarana irigasi, sistem produksi padi dapat diatur merata sepanjang waktu dengan pola pertanaman berantai. Pemborosan biaya produksi akibat pendekatan jual tunda, penggunaan alsintan yang idle, dan keterbartasan tenaga kerja dapat dihindari. Melalui pengelolaan pola tanam berantai ini, para petani akan saling berinteraksi dalam upaya mengefektifkan pemanfaatan sumberdaya yang ada dan memiliki peluang usaha sepanjang waktu di desa. Infrastruktur yang ada dapat dimanfaatkan secara efektif, karena intensitas pemanfaatannya lebih rendah dan merata sepanjang waktu tanpa adanya off season. Diharapkan panduan teknologi pola tanam berantai lahan sawah irigasi ini dapat memberikan nilai tambah dan peluang baru dalam melakukan usahatani di lahan sawah irigasi serta mampu meningkatkan kesejahteraan petani.
- ItemPeningkatan Produktivitas Padi Lahan Sawah Tadah Hujan Melalui Teknik Tanam Gogorancah(BPTP Jatim, 2006) ARIFIN, Zaenal
- ItemStudi Potensi Pengembangan Dan Penumbuhan Usaha Pengolahan Jagung Dan Ubikayu Di Kabupaten Tuban(BPTP Jatim, 2006) HARDIANTO, Ruly; Suhardjo
- ItemPedoman Penangkar Benih Bina(BPTP Sumatera Utara, 2007) Nazir, Darmawati; BPTP Sumatera UtaraPeningkatan produksi padi ditentukan oleh berbagai faktor, salah satu faktor diantaranya adalah benih. Penggunaan benih varietas unggul akan berproduksi tinggi jika didukung oleh teknik budidaya yang baik. Varietas unggul baru diperoleh melalui pemuliaan tanaman yang dilakukan oleh lembaga penelitian pemerintah atau industri benih yang sudah mempunyai izin. Varietas unggul baru hasil pemuliaan mempunyai keunggulan yang harus dipertahankan genetik dan mutu benihnya pada generasi berikutnya melalui perbanyakan benih. Perbanyakan benih berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia No. 39/Permentan/OT.140/8/2006 dapat dilaksanakan oleh perorangan, badan hukum atau instansi pemerintah. Benih yang diproduksi atau diperbanyak oleh perorangan, badan hukum, atau instansi pemerintah yang mengikuti prosedur sesuai dengan Permentan No. 39/OT.140/8/2006 tersebut selanjutnya disebut benih bina. Untuk menjamin ketersediaan benih secara berkesinambungan, maka Menteri Pertanian RI mengeluarkan peraturan tentang "Produksi, Sertifikasi dan Peredaran Benih Bina" Nomor: 39/Permentan/OT.140/8/2006, tanggal 31 Agustus 2006. Tujuan peraturan ini dikeluarkan untuk menjamin; (a) ketersediaan benih bermutu secara berkesinambungan, (b) kebenaran jenis, varietas/klon/hibrida dan mutu benih yang beredar, (c) mempercepat sosialisasi dan alih teknologi varietas kepada pengguna.
- ItemKERAGAAN LIMA VARIETAS JAGUNG KOMPOSIT DI DESA ASMOROBANGUN, KECAMATAN PUNCU KABUPATEN KEDIRI(BPTP Jatim, 2007) YUNIASTUTI, Sri; SuhardiSebagian besar masyarakat di lokasi Prima Tani Kab. Kediri telah membudidayakan jagung dengan menggunakan jenis unggul hibrida, meskipun tidak sedikit pula yang menggunakan benih turunan jenis hibrida dari tanaman yang telah ditanam sendiri, sehingga produktivitasnyapun rendah. Musim tanam pertama masyarakat tidak mengalami masalah air, sedangkan pada musim tanam kedua terdapat resiko kegagalan panen karena pasokan air hujan tidak mencukupi sampai tanaman berproduksi sehingga petani mengalami kerugian. Oleh karena itu diperlukan pengenalan varietas unggul baru jagung komposit yang adaptif sesuai dengan kondisi lingkungan di desa Asmorobangun, kec. Puncu, Kab. Kediri dengan harga benih yang relatif lebih murah, tidak memerlukan input tinggi dan lebih toleran terhadap kekurangan air. Benih jagung komposit yang digunakan untuk demoplot berasal dari Balitjas Maros dengan kelas FS, sebanyak 5 varietas yaitu varietas Bisma, Sukmaraga, Lamuru, Srikandi Kuning dan Srikandi Putih. Tanam dilakukan pada bulan April sampai Juli tahun 2007 yaitu musim tanam jagung kedua. Pupuk yang digunakan adalah pupuk kandang 2 t, Urea 300 kg, SP-36 50 kg dan KCl 50 kg per hektar. Hasil pertumbuhan kelima varietas unggul jagung komposit rata-rata mempunyai postur tanaman lebih tinggi (169,5 – 237,5 cm) dibanding jenis hibrida yang ditanam di lokasi yang sama, sehingga banyak yang mengalami rebah. Hasil panen pipil kering tertinggi pada varietas Bisma yaitu 52,41 ku/ha, kemudian diikuti oleh varietas Sukmaraga (41,10 ku/ha), Srikandi Kuning (36,19 t/ha), Srikandi Putih (23,79 ku/ha) dan terendah pada varietas Lamuru (9,10 t/ha). Dari hasil panen tersebut masyarakat tertarik pada varietas Bisma dan Sukmaraga karena hasilnya bisa bersaing dengan varietas hibrida yang biasa mereka tanam. Varietas Bisma, Sukmaraga dan Srikandi Kuning lebih disukai perajin untuk pengolahan tortilla karena warnanya lebih menarik.
- ItemANALISIS MODEL DALAM MENDUKUNG PROGRAM PENINGKATAN PRODUKSI PADI DI JAWA TIMUR TAHUN 2007(BPTP Jatim, 2007) SANTOSO, Pudji; Sudarmadi PurnamaProgram peningkatan produksi padi nasional tahun 2007, Jawa Timur mengambil kontribusi 1 juta ton beras atau setara 1,58 juta ton GKG. Strategi untuk mencapai 1 juta ton beras telah direncanakan oleh Pemerintah daerah Propinsi Jawa Timur antara lain dalam bentuk bantuan benih serta dukungan program aksi dari BPTP Jawa Timur. Tujuan analisis kebijakan mendukung program peningkatan produksi padi ini adalah (1) memperoleh informasi penerapan teknologi padi pada MK I tahun 2007, (2) memperkirakan tambahan produksi padi Jawa Timur tahun 2007 dan (3) memperoleh model peningkatan produktivitas padi guna perbaikan program. Pengkajian ini dilakukan di dua lokasi Prima Tani, yaitu Kabupaten Nganjuk dan Blitar pada bulan Juli dan Agustus 2007 dengan metode survei. Hasil analisis menunjukkan bahwa penerapan teknologi melalui pendekatan pengendalian tanaman terpadu (PTT) padi dengan kawalan teknologi di wilayah Prima Tani dapat meningkatkan produksi padi. Untuk padi hibrida pada MK I 2007 di wilayah Prima Tani Kabupaten Nganjuk dapat meningkatan produktivitas sekitar 29 % dan di Blitar sekitar 21 %. Sedangkan padi inhibrida di wilayah Prima Tani Blitar dapat meningkatkan produktivitas sekitara 12 %. Diseminasi PTT padi dengan kawalan teknologi di wilayah Prima Tani Kabupaten Nganjuk dan Blitar antara lain bertujuan untuk mendukung program peningkatan produksi padi di Jawa Timur. Program bantuan benih di Jawa Timur yang direncanakan untuk MK I dan MK II tahun 2007, ternyata realisasinya hanya untuk MK II 2007, yaitu seluas 182.352 ha terdiri 100.251 ha padi hibrida dan 82.101 ha padi inhibrida. Program bantuan benih seluas ini, jika penerapan teknologi seperti model Prima Tani (Model 1) diperkirakan ada tambahan produksi padi Jawa Timur dalam tahun 2007 sebesar 386.788 ton GKG atau setara 240.817 ton beras atau 24 % dari target 1 juta ton beras. Sedangkan tambahan produksi padi Jawa Timur untuk model di luar non Prima Tani (Model 2) adalah sebesar 158.382 ton GKG atau setara 98.672 ton beras yang berarti 9,9 % dari target 1 juta ton beras. Pendekatan PTT padi di wilayah Prima Tani di dua Kabupaten tersebut dapat digunakan sebagai model dalam mendukung program peningkatan produksi padi di Jawa Timur. Beberapa saran sebagai bahan kebijakan adalah (1) sebelum pelaksanaan kegiatan PTT padi perlu diadakan sosialisasi dan pelatihan bagi kelompok tani dan petugas lapang, (2) untuk padi hibrida dipilih lahan hamparan dengan jaringan irigasi terjamin, bukan daerah endemi hama penyakit utama (wereng coklat, hawar daun bakteri dan tungro) serta petani respon terhadap inovasi teknologi dan (3) tersedianya sarana produksi tepat waktu, tepata mutu, tepat jenis dan tepat harga.
- ItemPENGARUH PUPUK “NUTRISI SAPUTRA” TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL PADI SAWAH(BPTP Jatim, 2007) SUWONO; Ono SutrisnoUntuk mengetahui pengaruh pupuk “Nutrisi Saputra” terhadap pertumbuhan dan peningkatan hasil padi sawah, telah dilaksanakan percobaan pemupukan “Nutrisi Saputra” di Lowokwaru Kota Malang (Inceptisol) pada MK 2006. Percobaan dirancang menggunakan rancangan acak kelompok 5 ulangan. Perlakuan yang dicoba adalah dosis pemupukan anorganik terdiri atas 4 tingkat, (1) Tanpa pupuk anorganik (0%); (2) 120 kg urea + 40 kg ZA + 30 kg SP36 + 30 kg KCl/ha (33,3%); (3) 240 kg urea + 80 kg ZA + 60 kg SP36 + 60 kg KCl/ha (66,6%); dan (4) 360 kg urea + 120 kg ZA + 90 kg SP36 + 90 kg KCl/ha (100,0%) dikombinasikan dengan pemberian ”Nutrisi Saputra”. Sebagai pembanding adalah tanpa pupuk (kontrol) dan pemupukan 360 kg urea + 120 kg ZA + 90 kg SP36 + 90 kg KCl/ha (100,0%) tanpa diberi ”Nutrisi Saputra”. Pemberian pupuk “Nutrisi Saputra” yang dibarengi dengan pemupukan N, P, K maupun tanpa pupuk N, P, K tidak berpengaruh terhadap peningkatan pertumbuhan maupun hasil tanaman padi sawah di Malang. Tanpa pupuk (kontrol) menghasilkan gabah 5,98 t/ha, selanjutnya bila dipupuk “Nutrisi Saputra” tanpa pupuk N, P, K menghasilkan gabah 6,14 t/ha. Pemupukan 120 kg ZA + 360 kg urea + 90 kg SP36 + 90 kg KCl/ha baik yang diberi maupun tanpa aplikasi “Nutrisi Saputra” menghasilkan gabah yang setara dan tidak berbeda, yakni rata-rata 8,29 t/ha. Pemberian “Nutrisi Saputra” menambah biaya pupuk dan aplikasinya sebesar Rp 910 000/ha, tetapi tingkat hasil yang dicapai adalah sama. Pemupukan 120 kg ZA + 360 kg urea + 90 kg SP36 + 90 kg KCl/ha mampu meningkatkan hasil sebesar 30,0% dibandingkan dengan hasil tanpa pupuk.
- «
- 1 (current)
- 2
- 3
- »