Tanaman Pangan
Permanent URI for this community
Browse
Browsing Tanaman Pangan by Issue Date
Now showing 1 - 20 of 162
Results Per Page
Sort Options
- ItemBaku Operasional Pengendalian Hama Terpadu pada Pertanaman Padi Gogo di Antara Tanaman Perkebunan(Direktorat Jenderal Perkebunan, 1995) Direktorat Bina Perlindungan Tanaman Ditjen PerkebunanSejalan dengan upaya peningkatan pendapatan petani perkebunan, telah digerakkan penanaman padi gogo varietas unggul di antara tanaman perkebunan. Untuk menjamin keberhasilan gerakan ini, dibutuhkan dukungan perlindungan tanaman terhadap gangguan opt (organisma pengganggu tumbuhan). Memang perlindungan tanaman tidak akan menghilangkan semua gangguan, tetapi dapat memperkecil resiko kehilangan hasil. Pada kondisi lapang, perlindungan tanaman menghadapi berbagai situasi yang harus diperhitungkan demi keberhasilan pelaksanaannya. Untuk mengakomodasi semua kondisi tersebut, implementasi pengendalian hama terpadu (pht) merupakan pilihan terbaik.
- ItemBudidaya dan Manfaat Koro Benguk(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Ungaran, 1997) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Ungaran; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian UngaranKoro benguk (Mucuna prurirens) di lahan kering sudah dikenal dan ditanam sebagai tanaman pagar atau tanaman sela, untuk diambil bijinya sebagai bahan pangan. Namun demikian ternyata koro benguk juga merupakan bahan pakan alternatif karena mengandung gizi (protein) yang sangat tinggi serta bermanfaat sebagai tanaman penyubur dan penutup tanah.
- ItemBeberapa Hama Penyakit Tanaman Kedelai dan Jagung(BPTP Kalteng, 2000-02-13) Surnardi; Susilawati; Rukayah; BPTP KaltengSalah satu kendala didalam meningkatkan produksi kedele dan jagung adalah adanya gangguan hama dan penyakit yang dapat menimbulkan kerusakan tanaman, menurunkan hasil bahkan gagal panen apabila tidak ada tindakan pengendalian. Sehingga organisme pengganggu tanaman (OPT) atau yang dikenal dengan hama dan penyakit tidak boleh dianggap sepele.
- ItemPedoman Pemanfaatan Hasil Samping Ubi Kayu(Direktorat Jenderal Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2002) Direktorat Jenderal Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian; Direktorat Jenderal Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil PertanianPotensi hasil samping ubikayu di Indonesia cukup besar. Hasil samping ubi kayu ternyata dapat diolah menjadi berbagai produk yang menguntungkan bagi petani. Untuk memasyarakatkan pemanfaatan hasil samping ubi kayu telah disusun pedoman pemanfaatan hasil samping ubi kayu. Diharapkan buku pedoman ini dapat menjadi acuan dalam pemanfaatan hasil samping ubi kayu sehingga dapat memberikan nilai tambah yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan petani.
- ItemPerkembangan dan Deskripsi Varietas Unggul Kedelai 1918-2002(Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian, 2003) SuhartinaBuku ini membahas tentang perkembangan varietas unggul kedelai dan menghimpun deskripsi varietas unggul kedelai yang telah dilepas di Indonesia sejak tahun 1918 sampai 2002, yang sebagian besar dihasilkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Tanaman Pangan, termasuk lima varietas unggul baru yang dilepas Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian (Balitkabi) pada tahun 2001.
- ItemDeskripsi Varietas Unggul Padi dan Palawija 2002-2004(Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, 2004) Sunihardi; Hermanto; Sadikin, Dedik; Hikmat, Edi; Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman PanganPerbaikan dan perakitan varietas unggul baru merupakan salah satu upaya untuk mengantisipasi penurunan hasil atau kegagalan produksi yang disebabkan oleh kendala biotik dan abiotik. Wereng coklat, tungro, dan hama penyakit penting lainnya tidak jarang menimbulkan kerugian bagi petani karena serangannya dapat menurunkan produksi dan bahkan menggagalkan panen padi. Departemen Pertanian telah melepas sejumlah varietas unggul baru padi dan palawija yang sebagian besar dihasilkan oleh Balai Penelitian lingkup Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Varietas unggul ini diharapkan dapat segera meluas pengembangannya di kalangan pengguna teknologi hasil penelitian, termasuk pengusaha agribisnis, praktisi pertanian, dan petani guna mendukung upaya peningkatan produksi, ketahanan pangan, dan pengembangan agribisnis.
- ItemBudidaya padi varietas unggul baru dan varietas unggul tipe baru di Daerah Istimewa Yogyakarta(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta, 2004-09) Sukar; Mudjisihono, Rob
- ItemTeknologi pembuatan tepung dan olahan ubi jalar(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta, 2005-09) Murwati; F.Djaafar, Titiek; Rahayu, Siti
- ItemPola Tanam Berantai Lahan Sawah Irigasi Mendukung Prima Tani Sumatera Selatan(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Selatan, 2006) Subowo; Arief, Triyandar; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera SelatanPemanfaatan lahan untuk budidaya padi sawah merupakan salah satu teknologi usahatani yang efektif untuk dilakukan. Sumatera Selatan dengan curah hujan yang tinggi sepanjang tahun dan aliran sungai yang lambat dan tersebar merata merupakan wilayah potensial untuk pengembangan padi sawah. Dengan dukungan sarana irigasi, sistem produksi padi dapat diatur merata sepanjang waktu dengan pola pertanaman berantai. Pemborosan biaya produksi akibat pendekatan jual tunda, penggunaan alsintan yang idle, dan keterbartasan tenaga kerja dapat dihindari. Melalui pengelolaan pola tanam berantai ini, para petani akan saling berinteraksi dalam upaya mengefektifkan pemanfaatan sumberdaya yang ada dan memiliki peluang usaha sepanjang waktu di desa. Infrastruktur yang ada dapat dimanfaatkan secara efektif, karena intensitas pemanfaatannya lebih rendah dan merata sepanjang waktu tanpa adanya off season. Diharapkan panduan teknologi pola tanam berantai lahan sawah irigasi ini dapat memberikan nilai tambah dan peluang baru dalam melakukan usahatani di lahan sawah irigasi serta mampu meningkatkan kesejahteraan petani.
- ItemPengolahan Tanaman Terpadu PTT Padi di lahan lebak(BPTP KalSel, 2007) Noor, Aidi; BPTP KalSel
- ItemPengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah Irigasi(BPTP Sumatera Utara, 2007) BPTP Sumatera Utara; BPTP Sumatera UtaraPada dasarnya pengelolaan tanaman dan sumber daya terpadu (PTT) bukanlah suatu paket teknologi, akan tetapi lebih merupakan metodologi atau strategi, bahkan filosofi bagi peningkatan produksi melalui cara mengelola tanaman, tanah, air dan unsur hara serta organisme pengganggu tanaman secara holistik dan berkelanjutan. Pendekatan yang ditempuh dalam penerapan komponen PTT bersifat: (1) partisipatif, (2) dinamis, (3) spesifik lokasi, (4) keterpaduan, dan (5) sinergis antar komponen. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi) telah menginisiasi aplikasi PTT lahan sawah irigasi sejak 1999 di Sukamandi. Peningkatan hasil padi yang diperoleh dengan penerapan PTT berbeda menurut tingkat dan skala luasan usaha. Pada tingkat penelitian dan demontrasi dengan luasan terbatas (1-2,5 ha) melalui model PTT hasil padi dapat meningkat rata-rata 37%. Peningkatan tersebut kemudian berkurang menjadi sekitar 27% dan 16%, masing-masing di tingkat pengkajian dengan luasan sekitar 1-5 ha dan di tingkat implementasi dengan luasan 50-100 ha. Selain itu, dengan PTT hasil gabah dan kualitas beras juga meningkat; biaya usahatani padi berkurang, kesehatan dan kelestarian lingkungan terjaga.
- ItemPedoman Penangkar Benih Bina(BPTP Sumatera Utara, 2007) Nazir, Darmawati; BPTP Sumatera UtaraPeningkatan produksi padi ditentukan oleh berbagai faktor, salah satu faktor diantaranya adalah benih. Penggunaan benih varietas unggul akan berproduksi tinggi jika didukung oleh teknik budidaya yang baik. Varietas unggul baru diperoleh melalui pemuliaan tanaman yang dilakukan oleh lembaga penelitian pemerintah atau industri benih yang sudah mempunyai izin. Varietas unggul baru hasil pemuliaan mempunyai keunggulan yang harus dipertahankan genetik dan mutu benihnya pada generasi berikutnya melalui perbanyakan benih. Perbanyakan benih berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia No. 39/Permentan/OT.140/8/2006 dapat dilaksanakan oleh perorangan, badan hukum atau instansi pemerintah. Benih yang diproduksi atau diperbanyak oleh perorangan, badan hukum, atau instansi pemerintah yang mengikuti prosedur sesuai dengan Permentan No. 39/OT.140/8/2006 tersebut selanjutnya disebut benih bina. Untuk menjamin ketersediaan benih secara berkesinambungan, maka Menteri Pertanian RI mengeluarkan peraturan tentang "Produksi, Sertifikasi dan Peredaran Benih Bina" Nomor: 39/Permentan/OT.140/8/2006, tanggal 31 Agustus 2006. Tujuan peraturan ini dikeluarkan untuk menjamin; (a) ketersediaan benih bermutu secara berkesinambungan, (b) kebenaran jenis, varietas/klon/hibrida dan mutu benih yang beredar, (c) mempercepat sosialisasi dan alih teknologi varietas kepada pengguna.
- ItemBudidaya Jagung Dengan Konsep Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT)(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tengah, 2007) Bakhri, SyamsulJagung sampai saat ini masih merupakan komoditi strategis kedua setelah padi karena di beberapa daerah, jagung masih merupakan bahan makanan pokok kedua setelah beras. Jagung juga mempunyai arti penting dalam pengembangan industri di Indonesia karena merupakan bahan baku untuk industri pangan maupun industri pakan ternak khusus pakan ayam. Dengan semakin berkembangnya industri pengolahan pangan di Indonesia maka kebutuhan akan jagung akan semakin meningkat pula. Usaha peningkatan produksi jagung di Indonesia telah digalakan melalui dua program utama yakni: (1) Ekstensifikasi (perluasan areal) dan (2) intensifikasi (peningkatan produktivitas). Program peluasan areal tanaman jagung selain memanfaatkan lahan kering juga lahan sawah, baik sawah irigasi maupun lahan sawah tadah hujan melalui pengaturan pola tanam. Usaha peningkatan produksi jagung melalui program intensifikasi adalah dengan melakukan perbaikan teknologi dan manajemen pengelolaan. Usaha usaha tersebut nyata meningkatkan produktivitas jagung terutama dengan penerapan teknologi inovatif yang lebih berdaya saing (produktif, efisien dan berkualitas) telah dapat menghasilkan jagung sebesar 7 – 9 ton/ha seperti ditem ukannya varietas ungul baru dengan tingkat produktvitas tinggi dan metode manajemen pengelolaan tanaman dan sumberdaya secara terpadu.
- ItemKETERSEDIAAN TEKNOLOGI DAN POTENSI PENGEMBANGAN UBI JALAR (Ipomoea batatas L.) DI PAPUA(Badan Litbang Pertanian, 2007-04-24) Limbongan, Jermia; Soplanit, Alberth; Kementrian PertanianPengembangan ubi jalar (Ipomoea batatas L.) di Papua didukung oleh ketersediaan sumber daya alam, baik tanah maupun iklim, serta sumber daya manusia yang memadai. Selain sebagai makanan pokok masyarakat setempat, ubi jalar juga dimanfaatkan sebagai pakan babi serta sebagian diperjualbelikan. Produksi ubi jalar di Papua pada tahun 2000–2005 berfluktuasi dengan pertumbuhan 12,26%/tahun. Pertumbuhan tersebut sebagai akibat peningkatan luas panen dan produktivitas. Pengembangan ubi jalar ke depan perlu didukung oleh inovasi teknologi, antara lain varietas unggul, teknologi budi daya, pengendalian hama dan penyakit, panen dan pascapanen, serta sosial ekonomi dan pemasaran. Tersedianya teknologi usaha tani ubi jalar yang sesuai dengan karakteristik Papua, yang didukung oleh infrastruktur yang memadai, akan mempercepat upaya pengembangannya, baik melalui peningkatan areal tanam maupun produktivitas.
- ItemPetunjuk Teknis Produksi Benih Sumber Jagung Komposit(Balai Penelitian Tanaman Serealia, 2007-08-12) Zubachtirodin, Syuryawati dan Rapar Constance; Yurliana
- ItemDeskripsi Varietas Unggul Padi(BPTP Kalimantan Selatan, 2007-12) Amali, Noor; Sumanto; Noor, Aidi; BPTP Kalimantan Selatan
- ItemTeknologi Budidaya Ubi Kayu(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2008) Asnawi, Robet; Arief, Ratna Wylis; Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi PertanianDi Indonesia, ubi kayu (Manihot esculenta) merupakan makanan pokok ke tiga setelah padi-padian dan jagung. Sedangkan untuk konsumsi penduduk dunia, khususnya penduduk negara-negara tropis, tiap tahun diproduksi sekitar 300 juta ton ubi kayu. Produksi ubikayu di Indonesia sebagian besar dihasilkan di Jawa (56,6%), Propinsi Lampung (20,5%) dan propinsi lain di Indonesia (22,9%). Permasalahan umum pada pertanaman ubikayu adalah produktivitas dan pendapatan yang rendah. Rendahnya produktivitas disebabkan oleh belum diterapkannya teknologi budidaya ubikayu dengan benar seperti belum dilakukan pemupukan baik pupuk an-organik maupun organik (pupuk kandang).
- ItemProspek dan Arah Pengembangan Agribisnis Gandum(Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, 2008) Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan; Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman PanganDalam upaya pengembangan gandum di Indonesia, Badan Litbang Pertanian mencoba menyusun roadmap (peta jalan) pengembangan gandum berdasarkan hasil pengkajian dan analisis dari berbagai aspek. Road map ini berisikan 1) potensi, kendala, dan peluang pengembangan gandum; 2) sasaran pengembangan untuk jangka menengah dan jangka panjang; 3) strategi, alternatif kebijakan, dan program pengembangan, dan 4) kelayakan finansial dan investasi pengembangan gandum di Indonesia.
- ItemSukun: Pangan Potensial Sumber Karbohidrat(Badan Ketahanan Pangan, 2008) Badan Ketahanan PanganSukun (Artocarpusartilis) termasuk kelas Dicotile doneaea, ordo Urticales, famili Moraceae, serta genus Artocarpus merupakan tanaman pekarangan yang sudah berabad-abad dikenal di Nusantara. Tanaman ini berasal dari New Guinea Pasifik dan berkembang sampai ke Indonesia. Sukun sebagai buah, dahulu sering dijadikan cadangan pangan sumber karbohidrat jika terjadi kemarau panjang atau bila terjadi penurunan produksi padi, jagung dan umbi-umbian.
- ItemTeknologi Budidaya Jagung(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2008) Murni, Andarias Makka; Arief, Ratna Wylis; Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi PertanianJagung selain untuk keperluan pangan, juga digunakan untuk bahan baku industri pakan ternak, maupun ekspor. Teknologi produksi jagung sudah banyak dihasilkan oleh lembaga penelitian dan pengkajian lingkup Badan Litbang Pertanian maupun Perguruan Tinggi, namun belum banyak diterapkan di lapangan. Penggunaan pupuk urea misalnya ada yang sampai 600 kg/ha jauh lebih tinggi dari kisaran yang seharusnya diberikan yaitu 350-400 kg/ha. Teknologi pasca panen yang masih sederhana mengakibatkan kualitas jagung di tingkat petani tergolong rendah sehingga harganya menjadi rendah, hal ini dikarenakan petani pada umumnya menjual jagungnya segera setelah panen. Cara pengeringan yang banyak dilakukan, yaitu pengeringan di pohon sampai kadar air 23-25% baru dipanen dan langsung dipipil yang selanjutnya dijual. Dalam upaya pengembangan jagung yang lebih kompetitif, diperlukan upaya efisiensi usahatani, baik ekonomi, mutu maupun produktivitas melalui penerapan teknologi mulai dari penentuan lokasi, penggunaan varietas, benih bermutu, penanaman, pemeliharaan, hingga penanganan panen dan pasca panen yang tepat.