Browsing by Author "Wardana, I Putu"
Now showing 1 - 8 of 8
Results Per Page
Sort Options
- ItemDampak Penerapan Inovasi Teknologi Terhadap Hasil Dan Pendapatan Petani Dalam GP-PTT Pajale(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi), 2017) Priatmojo, Bhakti; Nugraha, Dedi; Wardana, I Putu; Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi)Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pertanian memiliki program untuk meningkatkan produksi agar tercapainya swasembada pangan, salah satunya yaitu program GP-PTT Padi, Jagung dan Kedelai. Program GP-PTT perlu diawasi, dikawal, diperbaiki dan dianalisis efektifitasnya baik dari dampaknya terhadap hasil produksi maupun terhadap kesejahteraan petani. Efektifitas program dapat dilihat melalui kelebihan dan kekurangannya dibandingkan sebelum adanya pelaksanaan program. Pelaksanaan GP-PTT jagung di Demak dari segi input produksi sesuai dengan pedoman umum, namun pelaksanaan PHT belum dipahami oleh seluruh petani. Produktivitas GP-PTT jagung di Demak (4.65 t/ha) menurun 17% dibandingkan musim yang sama pada tahun sebelumnya (5,62 t/ha), namun pendapatan petani dapat meningkat 80% Peningkatan pendapatan tersebut diperoleh dari efisiensi tenaga kerja (berkurang 20 HOK/ha) dan efisiensi dosis pupuk NPK yang diaplikasikan. Pelaksanaan GP-PTT kedelai di Sragen dari segi input produksi sebagian besar tidak melakukan olah tanah (TOT). Produktivitas GP-PTT kedelai di Sragen (1,38 t/ha) meningkat sedikit dari musim yang sama pada tahun sebelumnya (1,37 t/ha). Pelaksanaan GP-PTT padi di Klaten secara umum masih terjadi ketidaksesuaian dengan pedoman umum seperti tidak melakukan seleksi benih, jumlah bibit per rumpun berlebih dan penerapan legowo yang keliru. Dalam segi hasil, produktivitas GP-PTT padi di Klaten (5,1 t/ha) mengalami kenaikan sedikit dibandingkan musim yang sama tahun sebelumnya (5,06 t/ha).
- ItemDampak Penerapan Inovasi Teknologi Terhadap Hasil Dan Pendapatan Petani Dalam GP-PTT Pajale(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi), 2017) Priatmojo, Bhakti; Nugraha, Dedi; Wardana, I Putu; Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi)Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pertanian memiliki program untuk meningkatkan produksi agar tercapainya swasembada pangan, salah satunya yaitu program GP-PTT Padi, Jagung dan Kedelai. Program GP-PTT perlu diawasi, dikawal, diperbaiki dan dianalisis efektifitasnya baik dari dampaknya terhadap hasil produksi maupun terhadap kesejahteraan petani. Efektifitas program dapat dilihat melalui kelebihan dan kekurangannya dibandingkan sebelum adanya pelaksanaan program. Pelaksanaan GP-PTT jagung di Demak dari segi input produksi sesuai dengan pedoman umum, namun pelaksanaan PHT belum dipahami oleh seluruh petani. Produktivitas GP-PTT jagung di Demak (4.65 t/ha) menurun 17% dibandingkan musim yang sama pada tahun sebelumnya (5,62 t/ha), namun pendapatan petani dapat meningkat 80% Peningkatan pendapatan tersebut diperoleh dari efisiensi tenaga kerja (berkurang 20 HOK/ha) dan efisiensi dosis pupuk NPK yang diaplikasikan. Pelaksanaan GP-PTT kedelai di Sragen dari segi input produksi sebagian besar tidak melakukan olah tanah (TOT). Produktivitas GP-PTT kedelai di Sragen (1,38 t/ha) meningkat sedikit dari musim yang sama pada tahun sebelumnya (1,37 t/ha). Pelaksanaan GP-PTT padi di Klaten secara umum masih terjadi ketidaksesuaian dengan pedoman umum seperti tidak melakukan seleksi benih, jumlah bibit per rumpun berlebih dan penerapan legowo yang keliru. Dalam segi hasil, produktivitas GP-PTT padi di Klaten (5,1 t/ha) mengalami kenaikan sedikit dibandingkan musim yang sama tahun sebelumnya (5,06 t/ha).
- ItemFaktor Determinan Produksi Padi Hibrida di Indonesia(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2015-10) Wardana, I Putu; Ruskandar, Ade; Balai Besar Penelitian Tanaman PadiLuas tanam padi di Indonesia sekitar 13,2 juta hektar, hampir seluruhnya ditanami padi inbrida dengan produktivitas rata-rata 5,0 ton GKG/ha jauh lebih rendah dibandingkan dengan China yang mencapai 6,7 ton/ha. Sekitar 60% areal tanam padi di China didominasi oleh padi hibrida. Senjang hasil di tingkat petani antara padi inbrida dan hibrida di Indonesia mencapai 3-4 ton GKG/ha. Oleh karena itu Pemerintah membuat kebijakan pengembangan padi hibrida untuk mendongkrak produktivitas dalam rangka mencapai surplus produksi 10 juta ton beras pada 2014 guna memperkuat ketahanan pangan. Tujuan penelitian adalah menganalisis faktorfaktor yang mempengaruhi produksi dan usahatani padi hibrida di tingkat petani. Lokasi penelitian dipilih Kabupaten Blitar dan Malang yang termasuk wilayah terluas penanaman padi hibrida di Jawa Timur. Survai dilakukan dengan metoda “stratifi ed random sampling” dan data dianalisis dengan regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi produksi padi hibrida adalah luas lahan, benih, pupuk organik, pupuk urea, pestisida, dan tenaga kerja. Sedangkan faktor yang mempengaruhi usahatani padi hibrida adalah: 1) pengetahuan responden terhadap padi hibrida dalam negeri seperti Hipa Jatim 1, 2 dan 3, 2) preferensi konsumen terhadap padi hibrida Hipa Jatim 1, 2 dan 3 yang lebih baik, dan 3) peluang pasar yang cukup besar karena respon produsen dan konsumen yang positip dan produktivitas yang nyata lebih tinggi daripada padi inbrida dengan selisih hasil 1-2 ton GKP/ha.
- ItemKontribusi Usahatani Padi Hibrida Terhadap Pendapatan Petani Padi Skala Kecil(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi)/BBSIP Padi, 2015-08-06) Wardana, I Putu; Ruskandar, AdeBerbagai upaya inovasi dan teknologi dilakukan untuk meningkatkan hasil produksi tanaman padi. Salah satu upaya adalah dengan menggunakan benih varietas unggul padi hibrida. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis struktur biaya usahatani dan manfaat ekonomi padi hibrida dibandingkan dengan padi inbrida. Kabupaten Malang dipilih sebagai daerah penelitian karena merupakan daerah yang memiliki luas lahan usahatani padi hibrida terbesar di Jawa Timur. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa penerimaan, biaya, pendapatan, dan R/C rasio usahatani padi hibrida lebih besar dari usahatani padi inbrida. Produksi padi hibrida mencapai 8,9 ton/ha, lebih tinggi 2,9 ton jika dibandingkan padi inbrida. Pendapatan tunai dari usahatani padi hibrida mencapai Rp 23,8 juta sedangkan padi inbrida hanya Rp 14,1 juta, dengan B/C rasio masing-masing 2,09 dan 1,57. Kontribusi usahatani padi hibrida terhadap pendapatan petani mencapai 48% dari penerimaan rumah tangga. Oleh karena itu perbaikan strategi pengembangan padi hibrida mulai dari produksi benih dan pendistribusiannya perlu
- ItemPendapatan Usahatani Pangan Dalam Pola Tanam Setahun Dan Peluang Peningkatannya(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi), 2017) Wardana, I Putu; Priatmojo, Bhakti; Nugraha, Dedi; Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi)Kebutuhan padi, jagung dan kedelai sebagai bahan pangan dan pakan di Indonesiaterus meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk. Ketersediaan komoditas tersebut dalam jumlah yang cukup dan tingkat harga yang wajar diperlukan oleh konsumen maupun petani. Pendapatan usahatani padi, jagung dan kedelai biasanya dianalisis secara terpisah, sehingga hasil analisisnya sering bias atau cenderung “overestimate”.Oleh karena itu analisis usahatani padi, jagung dan kedelai perlu dilakukan dalam kesatuan pola tanam setahun. Penelitian dilakukan dengan metode survai di Kecamatan Toroh, Kabupaten Grobogan pada tahun 2014. Sebanyak 70 responden dipilih secara acak berstrata (stratified random sampling) untuk mewakili petani yang menerapkan pola tanam Padi-Padi-Jagung dan Padi-Padi-Kedelai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan dari usahatani dalam pola tanam setahun komoditas padi-padi-jagung dan padi-padi-kedelai tidak berbeda nyata. Pendapatan kedua pola tanam mencapai Rp 26,4 juta dan Rp 25,5 juta per ha dari total penerimaan kedua pola tanam yang masing-masing mencapai Rp 49,5 juta dan Rp 47,9 juta. Penerimaan dari hasil padi pada MH dan MK masing-masing mencapai Rp 22,2 juta dan Rp 18,7 juta. Pendapatan dari usahatani padijauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan jagung dan kedelai.Pendapatan usahatani padi pada MH dan MK masing-masing Rp 14,1 juta dan Rp 10,3 juta per ha, sedangkan pendapatan usahatani jagung dan kedelai masing mencapai Rp 2,0 juta dan Rp 1,2 juta, yang diperoleh dari hasil produksi sebesar Rp 8,6 juta dan Rp 6,9 juta per ha. Usahatani padi dalam dua musim menyumbang sekitar 80% pendapatan usahatani dalam setahun.Faktor yang berpengaruh tingginya produksi padi pada MH adalah luas lahan, pupuk kimia dan tenaga kerja, sementara pada MK1 yang mempengaruhi adalah luas lahan dan tenaga kerja. Sedangkan faktor yang berpengaruh terhadap produksi jagung adalah benih dan yang berpengaruh terhadap produksi kedelai adalah benih dan pupuk organik. Peluang peningkatan produksi padi dapat dicapai dengan penerapan pemupukan hara spesifik lokasi (PHSL) dan pengaturan jarak tanam melalui teknik tanam legowo 4:1, dimana hasilnya mampu mencapai nilai Rp 23,6 juta dan pendapatan Rp 16 juta. Sedangkan peningkatan produksi jagung dilakukan dengan mengintroduksikan varietas jagung hibrida (Bima URI dan P-27) dan PHSL dengan hasil senilai Rp 18,8 juta dan pendapatan Rp 12,2 juta. Sementara itu peningkatan produksi kedelai dilakukan dengan perbaikan teknologi pemupukan dengan hasil senilai Rp 14,9 juta dan pendapatan Rp 6,8 juta.
- ItemPendapatan Usahatani Pangan Dalam Pola Tanam Setahun Dan Peluang Peningkatannya(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi), 2017) Wardana, I Putu; Priatmojo, Bhakti; Nugraha, Dedi; Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi)Kebutuhan padi, jagung dan kedelai sebagai bahan pangan dan pakan di Indonesia terus meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk. Ketersediaan komoditas tersebut dalam jumlah yang cukup dan tingkat harga yang wajar diperlukan oleh konsumen maupun petani. Pendapatan usahatani padi, jagung dan kedelai biasanya dianalisis secara terpisah, sehingga hasil analisisnya sering bias atau cenderung “overestimate”. Oleh karena itu analisis usahatani padi, jagung dan kedelai perlu dilakukan dalam kesatuan pola tanam setahun. Penelitian dilakukan dengan metode survai di Kecamatan Toroh, Kabupaten Grobogan pada tahun 2014. Sebanyak 70 responden dipilih secara acak berstrata (stratified random sampling) untuk mewakili petani yang menerapkan pola tanam padi–padi-jagung dan padi-padi-kedelai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan dari usahatani dalam pola tanam setahun komoditas padi-padi-jagung dan padi-padi-kedelai tidak berbeda nyata.Pendapatan kedua pola tanam mencapai Rp 26,4 juta dan Rp 25,5 juta per ha dari total penerimaan kedua pola tanam yang masing-masing mencapai Rp 49,5 juta dan Rp 47,9 juta. Penerimaan dari hasil padi pada MH dan MK masing-masing mencapai Rp 22,2 juta dan Rp 18,7 juta. Pendapatan dari usahatani padi jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan jagung dan kedelai. Pendapatan usahatani padi pada MH dan MK masing-masing Rp 14,1 juta dan Rp 10,3 juta per ha, sedangkan pendapatan usahatani jagung dan kedelai masing mencapai Rp 2,0 juta dan Rp 1,2 juta, yang diperoleh dari hasil produksi sebesar Rp 8,6 juta dan Rp 6,9 juta per ha. Usahatani padi dalam dua musim menyumbang sekitar 80% pendapatan usahatani dalam setahun. Faktor yang berpengaruh tingginya produksi padi pada MH adalah luas lahan, pupuk kimia dan tenaga kerja, sementara pada MK1 yang mempengaruhi adalah luas lahan dan tenaga kerja. Sedangkan faktor yang berpengaruh terhadap produksi jagung adalah benih dan yang berpengaruh terhadap produksi kedelai adalah benih dan pupuk organik. Peluang peningkatan produksi padi dapat dicapai dengan penerapan pemupukan hara spesifik lokasi (PHSL) dan pengaturan jarak tanam melalui teknik tanam legowo 4:1, dimana hasilnya mampu mencapai nilai Rp 23,6 juta dan pendapatan Rp 16 juta. Sedangkan peningkatan produksi jagung dilakukan dengan mengintroduksikan varietas jagung hibrida (Bima URI dan P-27) dan PHSL dengan hasil senilai Rp 18,8 juta dan pendapatan Rp 12,2 juta. Sementara itu peningkatan produksi kedelai dilakukan dengan perbaikan teknologi pemupukan dengan hasil senilai Rp 14,9 juta dan pendapatan Rp 6,8 juta.
- ItemPetunjuk Teknis Budi Daya Porang : Teknologi Budi Daya, Produksi Benih, Perbanyakan Tanaman Secara Kultur Jaringan, dan Pascapanen(Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, 2021) Sasmita, Priatna; Mastur; Syamsuri, Prayudi; Sundari, Titik; Anggara, Agus Wahyana; Subekti, Nuning Argo; Wardana, I Putu; Patriyawaty, Nia Romania; Ramadhan, Rizky Prayogo; Radianto, Haryo; Herawaty, Heny; Tabunan, Ika Roostika; Nugrahaeni, Novita; Baliadi, Yuliantoro; Utomo, Joko Susilo; Indriani, Febria Cahya; Trustinah; Yusnawan, Eriyanto; Hapsari, Ratri Tri; Mutmaidah, Siti; Sutrisno; Sukmaja, Deden; Supriati, Yati; Purmaningsih, Ragapadmi; Kamsiati, Elmi; Widowati, Sri; Soemantri, Agus Supriatna; Usmiati, Sri; Haliza, Winda; Sunarmani; Suryana, Esty AsriyanaPorang (Amorphophallus muelleri Blume) merupakan komoditas pangan yang potensial dikembangkan di Indonesia karena nilai ekonomi yang dimiliki. Komoditas ini mengandung nutrisi yang bermanfaat bagi kesehatan sehingga prospektif dijadikan sebagai bahan baku industri pangan dan obat-obatan. Peluang ekspor dan pasar produk porang masih terbuka lebar dikaitkan dengan semakin meningkatnya kepedulian masyarakat terhadap kesehatan dan pangan fungsional. Permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan porang diantaranya belum tersedianya benih dalam jumlah memadai dan sebagian besar petani belum mengetahui manfaat dan teknologi budi daya dan pascapanen komoditas porang. Oleh karena itu perlu dukungan dari berbagai pihak, terutama pemerintah, untuk mengatasi permasalahan yang ada sekaligus sosialisasi pengembangan porang. Dari aspek teknis pengembangan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) telah menghasilkan teknologi produksi benih, budi daya, panen, dan pascapanen porang melalui berbagai penelitian.
- ItemPetunjuk Teknis Mina Padi(Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2015) Abdulrachman, Sarlan; Wardana, I Putu; Widyantoro; Ruskandar, Ade; Agustiani, Nurwulan; Margaret, Swisci; Septianingrum, Elis; Sasmita, Priatna; Jamil, AliPengembangan dan penerapan sistem usahatani minapadi bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan efisiensi usahatani pada lahan sawah irigasi guna meningkatkan pemanfaatan sumberdaya lahan dan air, pendapatan petani dan kesempatan kerja, serta menjaga keberlanjutan sistem produksi padi. Minapadi diharapkan dapat meningkatkan pendapatan usaha tani dari hasil ikan maupun padi dan peningkatan efisiensi serta keberlanjutan sistem budidaya melalui penggemburan tanah akibat aktifitas ikan. Petunjuk teknis ini disusun untuk memberikan penjelasan singkat mengenai minapadi, cara penerapannya di lapangan, keunggulan pemanfaatannya di lapangan, hingga analisa usahatani. Dengan semakin dikenalnya teknologi minapadi dan tata cara aplikasi yang benar, diharapkan mampu menekan resiko kegagalan di tingkat petani sekaligus meningkatkan pendapatan.