Browsing by Author "Usman"
Now showing 1 - 15 of 15
Results Per Page
Sort Options
- Item10. Daya Hasil dan Adaptasi Galur-galur Harapan Padi Pada Beberapa Tipologi Lahan Pasang Surut(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2015-10) Sinaga, Parlin H.; Usman; Jahari, Marsid; Jamil, Ali; Balai Besar Penelitian Tanaman PadiAdopsi varietas unggul baru yang masih rendah di tingkat petani lahan pasang surut disebabkan VUB tidak sesuai dengan preferensi petani. Penelitian bertujuan untuk mengetahui daya hasil dan preferensi petani terhadap galur-galur hasil persilangan kultivar lokal. Penelitian dilaksanakan di enam lokasi pada bulan Januari – Desember 2011. Percobaan dirancang sesuai rancangan acak kelompok lengkap yang diulang tiga kali. Setiap unit percobaan berukuran 5 x 5 m. Bibit berumur 21 hari sejak semai (hss) ditanam 1 bibit per lubang tanam dengan jarak tanam 20 cm x 20 cm. Tanaman utama dipupuk dengan 400 kg ha-1 Ponska dan 100 kg ha-1 Urea. Data dianalisis varians gabungan dan diuji lanjut menggunakan Uji Tukey 0.05. Stabilitas hasil diuji menurut Finley dan Wilkinson (1963). Hasil penelitian menunjukkan bahwa persilangan kultivar lokal padi pasang surut Kabupaten Pelalawan (betina) dengan kultivar unggul Fatmawati (jantan) menghasilkan galur-galur harapan yang relatif mirip dengan kultivar lokal kecuali umur tanaman dan hasil panen. Telah diperoleh 5 galur berdaya hasil tinggi (sedikitnya 7 t ha1), yaitu: P4, P6, P8, P16, dan P17. Galur P6 dan P8 stabil, galur P4 beradaptasi pada lingkungan suboptimal, dan galur P16 dan P17 beradaptasi pada lingkungan optimal. Perakitan varietas berbasis kultivar lokal dengan mengubah karakter yang tidak diinginkan saja, membuat galur-galur yang dihasilkan mudah diterima petani.
- ItemAgribisnis Usaha Ternak Sapi Potong Melalui Program Pengembangan Usaha Agribisnis Pertanian (Puap) Di Kabupaten Jayapura, Papua(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2017) Tiroja, Siska; Tiro, Batseba M W; Usman; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuPerkembangan pembangunan di Propinsi Papua saat ini mulai membaik dibandingkan tahun-tahusebelumnya. Di era pemerintahan yang baru dengan semangat kerjanya yang tinggi menjadikan Papua cukumendapat perhatian. Sebagai salah satu Propinsi di Kawasan Timur Indonesia dan apabila dibandingkadengan Kawasan Barat Indonesia, dalam perkembangannya berbagai sektor pembangunan cukup lambanamun demikian apabila ditinjau berdasarkan potensi sumberdaya alam dan ketersediaan hijauan (padanpenggembalaan) sangat potensial bagi pengembangan ternak bila ditinjau dari potensi sumber daya alamnyaKebijakan dan program yang telah ditetapkan untuk mencapai sasaran pembangunan peternakan di Papusalah satunya yaitu melalui program PUAP (Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan) terutama ditinjau daagribisnis usaha ternak sapi potong yang merupakan komoditi unggulan di kabupaten Jayapura. Berbaga upaya terus dilakukan melalui pengembangan kawasan produksi peternakan, mengembangkan usahagribisnis berbasis komoditas melalui pengembangan agribisnis peternakan, dan menyediakan sarana dan prasarana pendukung sarana produksi. Oleh karena itu perlu diinformasikan potensi pet ernakan, ketersediaadan dukungan teknologi pakan sapi dalam mendukung teknologi usaha ternak sapi sehingga upaya untumengembangkan agribisnis usaha ternak sapi potong ditingkat peternak dapat tercapai.
- ItemAnalisis Kimia Tanah, Tanaman, Air, dan Pupuk(Kementerian Pertanian Republik Indonesia, 2023) Eviati; Sulaeman; Herawaty, Lenita; Anggria, Linca; Usman; Tantika, Hesti Eka; Prihatini, Rini; Wuningrum, Puji; Balai Pengujian Standar Instrumen Tanah dan PupukAnalisis tanah menghasilkan data pengukuran yang sangat bermanfaat bagi penelitian, perkembangan inovasi tingkat nasional, pengambil kebijakan dan layanan kepada stakeholder terkait lainnya melalui uji tanah. Uji tanah digunakan dalam penelitian kesuburan agar dapat memberikan rekomendasi pemupukan untuk perbaikan kesuburan tanah dan peningkatan hasil pertanian serta diperlukan untuk klasifikasi tanah dan evaluasi lahan. Analisis jaringan tanaman diperlukan untuk penelitian respon pemupukan, diagnosis penyakit yang disebabkan kekahatan atau keracunan unsur, dan rekomendasi pemupukan. Hasil analisis air dapat digunakan untuk penilaian kualitas air irigasi, tingkat erosi dan kuantitas pasokan atau intensitas pencucian hara dari suatu lahan. Analisis pupuk digunakan untuk uji mutu pupuk yang diperlukan dalam penelitian pertanian, pendaftaran ijin edar dan pengawalan mutu pupuk yang akan dan telah terdistribusi oleh industri pupuk dan pengawasan.
- ItemKajian Dinamika Bobot Badan Sapi Potong Pada Musim Kemarau di Kabupaten Merauke Provinsi Papua(BPTP Papua, 2015-01-01) Tiro, Batseba M.W; Nggobe, Muflin; Usman; Kementrian PertanianKabupaten Merauke merupakan salah satu sentra pengembangan ternak sapi potong di Papua dan memiliki perbedaan musim yangjelas dibandingkan daerah lainnya di Papua. Hal ini tentunya akan berpengaruh kepada produktivitas temak sapi potong. Pengkajian bertujuan untuk mengevaluasi dinamika bobot badan sapi potong se/ama musim kemarau di sentra pengembangan sapi di kabupaten Merauke. Pengkajian dilaksanakan di Kabupaten Merauke pada lokasi yang terptlin yang memitiki kepadatan temak yang tinggi, sedang dan rendah, yakni Distrik Merauke, Distrik Tanah Miring dan Distrik Kurik. Metoda yang dilakukan adalah metode survei melalui penimbangan ternak sapi yang dipelihara petanilpeternak dengan jumlah ternak 50-100 ekor yang terdiri jantan dewasa, induk, muda dan anak yang ditimbang setiap bu/an. Umur jantan di atas 3 tahun dikategorikan sebagai jantan dewasa, betina yang pernah melahirkan anak dikatagorikan sebagai induk, jantan dan betina yang berumur antara 6 bu/an sampai 3 tahun dikatagorikan sebagai muda dan anak dibawah umur 6 bu/an. Data yang dikumpulkan dianalisis dengan rata-rata dan persentase serta disajikan dalam bentuk Tabel atau Grajik. Hasil kajian menunjukkan bahwa pada musim kemarau ternak sapi mengalami penurunan bobot badan yang cukup drastis, terlihat dari rataan bobot badan ternak sapi di ketiga Distrik (Merauke, Kurik dan Tanah Miring), sangat rendah baik itu pedet < 0,3 kg/ekor, ternak muda maupun dewasa < 0,2 kg/ekor. Disimpulkan bahwa pada musim kemarau perlu adanya pemberian pakan tambahan bagi temak sapi yang digemba/akan agar dapat mengurangi kehilangan bobot badan
- ItemKajian Integrasi Tanaman Kedelai Dengan Ternak Sapi Potong Di lahan Kerinf Kabupaten Keerom, Papua(BPTP Papua, 2017-09-18) Tiro, Batseba M.W; Usman; Beding, Petrus A.; Kementrian PertanianSistem i ntegrasi tanaman kedelai dengan ternak sapi akan terjadi keterkaitan yang bersinergis dan saling menguntungkan. Ternak sapi dapat memanfaatkan limbah yang dihasilkan dari kacang kedelai berupa jerami kedelai sebagai pakan sapi, sedangkan tanaman kedelai dapat memanfaatkan kotoran yang dihasilkan ternak sapi sebagai pupuk organik yang nantinya diharapkan dapat meminimalkan biaya produksi untuk tanaman kedelai. Kajian bertujuan untuk untuk mendapatkan model sistem integrasi tanaman kedelai dengan sapi potong yang berbasis agribisnis. Dua pola yang dikaji yaitu pola integrasi dan non integrasi (pola petani). Parameter yang diamati mel iputi konsumsi pakan, perubahan bobot badan induk, kecepatan timbulnya estrus pasca beranak dan produksi kedelai. Hasil kajian menunjukkan produksi kedelai pada pola integrasi sebesar 2,32 t/ha dan noon integrasi 1,53 t/ha, dan produksi jerami kedelai pada pola integrasi 4,54 t/ha dan non integrasi 3,05 t/ha. Perubahan bobot badan induk sapi selama pengkajian ada pola integrasi 0,36 ± 0,27 kg/ekor/hari dan non integrasi 0,34 ± 0,06 kg/ekor/hari, konsumsi BK, PK dan TDN pada pola integrasi masing-masing 10,10 ± 1,54 kg/ekor/hari; PK 0,55 ± 0,08 kg/ekor/hari dan 4,75 ± 0,73 kg/ekor/hari. Sedangkan induk sapi pada pola integrasi lebih cepat menunjukkan gejala estrus (25,86 ± 10,40 hari) dibanding pada non integrasi 44,75 ± 18,84 hari yang diamati setelah dimulai pemberian jerami kedelai. Secara ekonomis, pemeliharaan ternak sapi pada pola integrasi lebih menguntungkan dibanding non integrasi. Dapat disimpulkan bahwa pemeliharaan induk sapi pada pola integrasi dapat memperbaiki produksi dan reproduksi induk sapi potong serta memberikan keuntungan yang lebih tinggi baik untuk ternak maupun kedelai. Kata kunci: Kajian, lntegrasi, kedelai, sapi potong, lahan kering
- ItemKeragaan Usaha Ternak Sapi Potong Pada Kelompok Tabni Sejahtera di Kabupaten Nabire, Papua(BPTP Papua, 2017-01-01) Usman; Tiro, Batseba M.W; Tirajoh, Siska; Bustami; Kementrian PertanianUsaha ternak sapi potong di Kabupaten Nabire umumnya dipelihara secara tradisional tanpa pemberian pakan tambahan. Kajian ini bertujuan untuk mengetahui keragaan produktivitas ternak sapi potong pada kelompok tani Sejahtera di kawasan ternak sapi potong Kabupaten Nabire. Metode pengambilan data dilakukan melalui metode survei dengan menggunakan kulsioner semi-struktur terhadap 20 orang responden peternak pada kelompok tani Sejahtera dan dipertajam dengan pendekatan Focus Group Discution (FGD). Data yang dikumpulkan adalah data sekunder dari BPS Kabupaten Nabire dan Provinsi Papua, sedangkan data primer adalah populasi sapi potong pada kelompok tani, interval kelahiran, bobot lahir, sistem perkawinan dan tingkat mortalitas. Hasil survei terhadap produktivitas sapi potong pada kelompok tani Sejahtera masih sangat rendah. Dari 7 5 ekor induk dan 2 ekor pejantan bantuan sapi potong sejak tahun 2010 dan 2011 sampai tahun 2015 hanya dapat menghasilkan sapi muda/dara sebanyak 46 ekor dan anak pra sapih sebanyak 28 ekor. Tingkat mortalitas tertinggi terjadi pada sapi muda/dara 43,2%. Hasil analisis usahatani diperoleh nilai RC ratio 1,0, yang berarti usaha ini hanya mampu mengembalikan biaya pokok produksi selama ± 4,5 tahun masa pemeliharaan.
- ItemKERAGAAN USAHA TERNAK SAPI POTONG PADA KELOMPOK TANI SEJAHTERA DI KABUPATEN NABIRE, PAPUA(BB Pengkajian Teknologi Pertanian, 2016-05-31) Usman; Trio, B M W; Tirajoh, Siska; Bustami; BPTP JambiUsaha ternak sapi potong di Kabupaten Nabire umumnya dipelihara secara tradisional tanpa pemberian pakan tambahan. Kajian ini bertujuan untuk mengetahui keragaan produktivitas ternak sapi potong pada kelompok tani Sejahtera di kawasan ternak sapi potong Kabupaten Nabire. Metode pengambilan data dilakukan melalui metode survei dengan menggunakan kuisioner semi-struktur terhadap 20 orang responden peternak pada kelompok tani Sejahtera dan dipertajam dengan pendekatan Focus Group Discution (FGD). Data yang dikumpulkan adalah data sekunder dari BPS Kabupaten Nabire dan Provinsi Papua, sedangkan data primer adalah populasi sapi potong pada kelompok tani, interval kelahiran, bobot lahir, sistem perkawinan dan tingkat mortalitas. Hasil survei terhadap produktivitas sapi potong pada kelompok tani Sejahtera masih sangat rendah. Dari 75 ekor induk dan 2 ekor pejantan bantuan sapi potong sejak tahun 2010 dan 2011 sampai tahun 2015 hanya dapat menghasilkan sapi muda/dara sebanyak 46 ekor dan anak pra sapih sebanyak 28 ekor. Tingkat mortalitas tertinggi terjadi pada sapi muda/dara 43,2%. Hasil analisis usahatani diperoleh nilai RC ratio 1,0, yang berarti usaha ini hanya mampu mengembalikan biaya pokok produksi selama ± 4,5 tahun masa pemeliharaan.
- ItemPemanfaatan Lahan Sub Optimal Dalam Usahatani Kedelai Dan Jagung Sebagai Sumber Pakan Ayam Lokal Mendukung Pengembangan Integrasi Tanaman-Ternak Di Provinsi Papua, Indonesia(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2017) Usman; Kasim, Arifuddin; Tiroja, Siska; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuPotensi luas lahan sub-optimal di Papua mencapai sekitar 17.689.174 Ha, dari luasan tersebut baru dapatdimanfaatkan secara optimal sekitar 15-20%. Pemanfaatan lahan kering dalam usahatani pertanian di Papuadidominasi oleh tanaman kacang-kacangan (kedelai, kacang tanah, kacang panjang), jagung, dan peternakan.Metode kegiatan dilaksanakan secara on farm research di lahan petani melalui pendekata partisipatif. Paket teknologi yang diterapkan terbagi dalam dua model teknologi yaitu teknologi introduksi dan teknologi exisiting.Hasil kajian menunjukkan bahwa produktivitas kedelai (1,10 t/ha)dan jagung (2,9 t/ha) pada teknologi introduksi lebih tinggi dibandingkan dengan produktivitas kedelai (0,80 t/ha)dan jagung (2,2 t/ha) padateknologi existing, dan memberikan hasil yang berbeda nyata (P<0,05). Demikian pula usahatani ayam lokaldiperoleh pertambahan berat badan harian (13,9 g/ekor), bobot akhir (1.490 g/ekor) dan mortalitas(6,7%)lebih tinggi dibandingkan dengan teknologi existing, dan memberikan hasil yang berbeda nyata(P<0,05). Analisis kelayakan usahatani teknologi introduksi diperoleh nilai RC 1,7 lebih tinggi dari teknologiexisting, dannilai MBCR 3,5. Dengan demikian pemanfaatan lahan sub-optimal untuk usahatani kedelai jagung sebagai sumber pakan ayam local sangat layak untuk dikembangkan.
- ItemPengaruh Suplementasi Hijauan Gamal dan Dedak Padi Terhadap Bobot Sapi Musim Kemarau(BPTP Papua, 2015-01-01) Tiro, Batseba M.W; Usman; Kementrian PertanianMerauke memiliki perbedaan musim sangat jelas dibanding daerah lain, di sini kemarau bisa terjadi lima hingga enam bulan. Musim kemarau xang panjang merupakan kendala petani dalam penyediaan pakan ternak sapi serta mengakibatkan penyusutan bobot cukup besar. Salah satu upaya mengatasi adalah dengan suplementasi pakan. Penelitian bertujuan memperbaiki bobot temak sapi Peranakan Ongole (PO) melalui pcmanfaatan pakan iokal. Menggunakan 12 ekor sapi PO umur pertumbuhan milik petemak. Pengkajian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) tiga perlakuan, masing-masing diulang empat kali. Perlakuannya adalah: Kelompok I: digembalakan siang hari (pola petani); Kelompok II: pola petani + dedak 1,5 persen BB + gamal dua persen BB; Kelompok III: pola petani + dedak dua persen BB + gamal dua persen BB. Data yang dikumpulkan antara lain konsumsi pakan, pertambahan bobot badan ternak dan konversi pakan, analisis usaha tani, dan persepsi petani terhadap tcknologi. Hasil: dengan adanya suplcmentasi daun gamal dan dedak pada tcrnak sapi yang digcmbalakan dapat meningkatkan bobot badan sapi dan konsumsi pakan serta menmgkatkan pendapatan petani berkisar 21 hingga 27 persen.
- ItemPercepatan Inovasi Teknologi Pemanfaatan Jerami Padi Fermentasi Sebagai Pakan Ternak Sapi Potong(BPTP Papua, 2017-01-01) Tiro, Batseba M.W; Usman; Malik, Afrizal; Kementrian PertanianBalai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Papua merupakan institusi yang mempunyai mandat menyediakan teknologi tepat guna. Kaitan dengan hal tersebut, salah satu komponen teknologi yang telah dihasilkan dalam sistem usahatani integrasi temak sapi-padi adalah pemanfaatan jerami padi fermentasi sebagai pakan sapi potong. Agar teknologi yang sudah dihasilkan dapat berdaya guna dan berhasil guna, maka teknologi tersebut perlu didesiminasikan kepada pengguna dengan menggunakan metode yang efektif. Salah satu metode diseminasi yang efektif adalah menggunakan teknik komunikasi langsung yaitu melalui gelar teknologi. Gelar teknologi pemanfaatan jerami padi fermentasi sebagai pakan sapi dilaksanakan di Koya Barat, Kota Jayapura. Kegiatan gelar teknologi ini bertujuan untuk mempercepat penyampaian teknologi fermentasi jerami padi dan pemanfaatannya sebagai pakan sapi potong. Berdasarkan kajian ini dapat disimpulkan : 1). Terjadi peningkatan nilai nutrisi jerami padi fermentadi dibandingkan tanpa fennentasi, 2). Respon PBBH temak sapi Bali yang mengkonsumsi jerami padi fermentasi cukup tinggi yaitu 0,34 kg/ekor/hari, 3). Teknologi yang dikaji dan digelar. secara teknis mudah diterapkan dan dikembangkan: secara sosial budaya dapat diterima dan diterapkan dan secara ekonomis menguntungkan dan layak untuk dikembangkan, 4). Didesiminasikannya informasi teknologi pembuatan jerami padi fermentasi kepada sekitar 150 stakeholder yang meliputi petani/petemak di sekitar lokasi gelar. yaitu dari Kelurahan Koya Barat, Koya Timur, Holtekamp, Skou Mabo, Skou Yambe. Pimpinan SKPD Kota Jayapura, Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Papua, SMK Pertanian, TRIPIKA Muara Tami dan Lembaga Petani, dan 5). Teknologi pembuatan jerami padi fermentasi menarik minat petani peserta gelar teknologi karena memberikan suatu alternatif penyediaan pakan bagi sapi potong.
- ItemPertumbuhan Tanaman Lamtoro (Leucaena leucocephala cv. Tarramba) Mendukung Penyediaan Pangan di Kawasan Sapi Potong(BPTP Papua, 2021-01-01) Tiro, Batseba M.W; Tirajoh, Siska; Usman; Beding, Petrus A.; Palobo, Fransiskus; Kementrian PertanianIntroduksi teknologi budidaya hijauan pakan lamtoro sebagai upaya penyediaan hijauan pakan berkualitas dilakukan pada kebun Kelompok Tani Wiwa Papua Bangkit Mandiri yang merupakan salah satu lokasi pendampingan pengembangan kawasan sapi potong di Kabupaten Keerom. Introduksi tanaman L. leucochepala cv Tarramba dengan menggunakan anakan dalam polybag pada lahan seluas 100 x 70 m. Penanamannya dalam bentuk budidaya lorong dengan jarak tanam 1,5 m dalam baris dan 5 m antar baris. Pada lorong tanaman lamtoro ditanam tanaman sela yakni jagung dan kacang tanah. Penanaman jagung dan kacang tanah sebagai tanama sela diantara tanaman lamtoro dengan sistem tanam tanpa olah tanah (TOT) dengan jarak tanam 40 x 80 cm dan 20 x 40 cm. Parameter pertumbuhan tanaman L. leucochepala cv Tarramba adalah tinggi tanaman, diameter batang dan jumlah cabang. Data yang diperoleh ditabulasi dan dianalisis secara deskriptif. Diperoleh rata-rata tinggi tanaman dan diameter batang L. leucochepala cv Tarramba sampai 4 bulan tanaman di lapangan (186,4-265,4 cm dan 1,25-2,46 cm), sedangkan untuk jumlah cabang 3,10-16,5 cabang. Rataan produktivitas tanaman sela jagung dan kacang tanah mencapai 3,13 t/ha dan 1,05 t/ha.
- ItemProduction performance of KUB chicken with the inclusion of Lamtoro (Leucaena leucocephala) leaf flour in the feed(IOP Publishing, 2021-01-01) Tirajoh, Siska; Dominanto, Ghalih P.; Usman; Alberth, Alberth; Bakrie, B; IOPTo reduce the feed cost in raising chickens it is necessary to find alternative feed sources. The feed ingredients must have relatively low prices, do not compete with human needs, and have abundant availability on location. The purpose of this study was to determine the performance of KUB chicken production with feed containing Lamtoro (Leucaena leucocephala) leaf flour (LLF). The study was conducted using 300 chickens aged 4 weeks, unsexed, which were allotted to 4 treatments, each with 5 replicates and 15 birds per replicate in a Completely Randomized Design. The treatments were in the form of a) T0: 0% LLF; b) T1: 3% LLF; c) T2: 5% LLF and d) T3: 7% LLF. The LLF was mixed with a basal feed in a mixture of concentrate, corn and bran. The study lasted for 6 weeks, i.e. until the chicken was 10 weeks old, with observations including daily weight gain (DWG), feed consumption, feed conversion ratio (FCR), and income over feed cost (IOFC). The results showed that the best performance of KUB chicken production was by the addition of 5% LLF in the feed, as it could increase the DWG value, reduce the FCR value and increase the IOFC value.
- ItemPROFIL KELOMPOK DAN KINERJA REPRODUKSI TERNAK BABI LOKAL PADA KELOMPOK TANI DOLIGAME DISTRIK TIOM, KABUPATEN LANNY JAYA, PAPUA(BB Pengkajian Teknologi Pertanian, 2016-05-31) Usman; Batseba M W, Tiro; Tirajoh, Siska; Bustami; BPTP JambiUsaha ternak babi lokal di Kabupaten Lanny Jaya pada umumnya dipelihara secara tradisional, dan sebagian kecilnya dipelihara semi intensif. Bagi masyarakat lokal pegunungan tengah memelihara ternak babi adalah suatu keharusan dan erat kaitannya dengan sosial budaya setempat yang sudah turun temurun. Kajian ini bertujuan menyajikan data dan informasi terhadap profil kelompok dan kinerja reproduksi babi lokal pada kelompok tani Doligame. Data sekunder yang dikumpulkan meliputi populasi, sedangkan data primer meliputi profil kelompok tani, karakteristik petani, kepemilikan ternak, jenis ternak, kelahiran, bobot lahir, pakan dan mortalitas. Data dikumpulkan melalui metode FGD dan wawancara responden menggunakan koesioner semi-struktur. Hasil kajian menunjukkan bahwa kelompok tani Doligame memiliki jumlah ternak babi lokal 134 ekor. Ternak babi dewasa induk 22 ekor, dewasa jantan 5 ekor, muda/dara 24 ekor dan anak pra sapih 83 ekor. Karakteristik petani berupa umur 25-45 tahun (50,0%), pendidikan <6 tahun (53,57%), pengalaman beternak 5-10 tahun (39,29%), dan kepemilikan ternak 1-3 ekor (60,71%). Kinerja reproduksi ternak babi terhadap jumlah anak sekelahiran (Litter size) adalah 5-10 ekor, bobot lahir 0,5-0,8 kg/ekor, jarak kelahiran dengan bunting kembali (Days open) 60-120 hari dan jarak antara kelahiran pertama dengan kelahiran berikutnya (calving interval) 5-7 bulan serta tingkat mortalitas 50 – 70%.
- ItemSystem Integration of Paddy-Cattle in Wetland Areas of Merauke Regency Papua(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua, 2018-06-23) Tiro, Batseba M.W; Usman; Beding, Petrus A.; Kementerian PertanianAside from being a rice development area, Merauke Regency is also a center for beef cattle development. The more intensive the use of land for agriculture, the dependence of livestock feed supply from agricultural byproducts/waste will be greater Commodity of rice and beef cattle is very potential to be developed in Merauke Regency, because in addition to producing main products (rice and meat) also produce side products (straw, bran, manure). The cattle system integration system of paddy-cattle is one of the alternatives in increasing the production of rice, meat, milk, and increasing farmers' income. This study aims to evaluate the utilization of fermented straw fodder for beef cattle and the utilization of compost from livestock for the growth of rice crops. The results of the study indicate that paddy-cattle integration can increase farmer income by 68.42% with 1 ha and 11 cattle planting area. The integration of livestock system of paddy- cattle gives benefits to farmers, because : 1). Agricultural waste (rice straw and rice bran) is available and can be utilized as a source of quality feed through the fermentation process to reduce feed costs, and 2). Waste of livestock that has not been utilized optimally can be utilized as organic fertilizer to improve soil fertility and also as a source of income.
- ItemSystem Integration of Paddy-Cattle in Wetland Areas of Merauke Regency Papua(International journal of Agriculture Innovation and Research, 2018-06-23) Tiro, Batseba MW; Usman; Beding, Petrus; Kementrian PertanianAbstract – Aside from being a rice development area, Merauke Regency is also a center for beef cattle development. The more intensive the use of land for agriculture, the dependence of livestock feed supply from agricultural byproducts/waste will be greater Commodity of rice and beef cattle is very potential to be developed in Merauke Regency, because in addition to producing main products (rice and meat) also produce side products (straw, bran, manure). The cattle system integration system of paddy-cattle is one of the alternatives in increasing the production of rice, meat, milk, and increasing farmers' income. This study aims to evaluate the utilization of fermented straw fodder for beef cattle and the utilization of compost from livestock for the growth of rice crops. The results of the study indicate that paddy-cattle integration can increase farmer income by 68.42% with 1 ha and 11 cattle planting area. The integration of livestock system of paddycattle gives benefits to farmers, because : 1). Agricultural waste (rice straw and rice bran) is available and can be utilized as a source of quality feed through the fermentation process to reduce feed costs, and 2). Waste of livestock that has not been utilized optimally can be utilized as organic fertilizer to improve soil fertility and also as a source of income.