Browsing by Author "Sutopo"
Now showing 1 - 13 of 13
Results Per Page
Sort Options
- ItemBudidaya Jeruk Nipis Citrus aurantifolia(Pertanian Press, 2023) Ernawati H.R.; Suharjon; Fika, Weni; Sutopo; Rahmaniar, Dessi; Husni, Indra; Yunimar; Direktorat Sayuran dan Tanaman ObatJeruk nipis (Citrus aurantifolia) memiliki daya adaptasi yang luas dan sudah dimanfaatkan oleh masyarakat untuk berbagai keperluan seperti obat keluarga, bumbu dapur, bahan pangan olahan dan kosmetika. Direktorat Jenderal Hortikultura melalui program pengembangan kawasan jeruk nipis telah membantu petani jeruk nipis dengan memfasilitasi sarana produksi sebagai strategi untuk memperluas pertanaman jeruk nipis di Indonesia. Sentra produksi utama jeruk nipis tersebar di 10 kabupaten dan 8 provinsi. Sampai saat ini, umumnya budidaya jeruk nipis masih dikembangkan dalam skala kecil dan terpencar-pencar, belum membentuk hamparan seperti di Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Dibandingkan dengan jenis jeruk siam, jeruk keprok, jeruk manis, dan jeruk pamelo, penerapan teknologi budidaya jeruk nipis masih ketinggalan. Rujukan teknologi budidaya jeruk nipis di Indonesia juga terbatas sekali sehingga teknologi yang diterapkan oleh petani sangat bervariasi. Akibatnya, produktivitas dan mutu buah yang dihasilkan bervariasi dan umumnya masih belum optimal. Berdasarkan hal tersebut, Direktorat Sayuran dan Tanaman Obat bersama dengan Pusat Standardisasi Instrumen Hortikultura, Dinas Pertanian Kabupaten Gresik dan petani unggulan telah menyusun sebuah pedoman budidaya jeruk nipis sebagai solusi untuk dapat meningkatkan produktivitas dan mutu buah dengan teknologi budidaya yang sesuai dengan Good Agricultural Practices (GAP).
- ItemBudidaya Jeruk Teknologi Bujangseta(Kementerian Pertanian, 2022) Nuraini, Farida; Rosita, Dina; Fajarsari, Intan M; Sutopo; Cahyani, Ermi Nur; Direktorat Buah dan FlorikulturaDi Indonesia, pola pembungaan tanaman jeruk secara alami sangat dipengaruhi oleh curah hujan (ketersediaan air). Karena itu, tempat tempat yang memiliki pola curah hujan yang sama/mirip mengalami musim panen bersamaan atau berdekatan. Selain bersamaan, panen raya jeruk di sebagian besar daerah sentra produksi terjadi dalam periode yang relatif singkat hanya sekitar 3 bulan (Juni-Agustus). Hal ini tentu saja tidak menguntungkan petani karena pada bulan bulan tersebut ketersediaan buah jeruk melimpah, sedangkan di bulan yang lain ketersediannya sangat terbatas. Limpahan buah jeruk saat panen raya belum termanfaatkan dengan baik karena sentra sentra produksi jeruk belum didukung oleh industri pengolahan buah yang memadai dan secara umum industri pengolahan buah di Indonesia belum maju. Akibatnya, petani sangat dirugikan karena harga buah pada musim panen raya merosot tajam. Sebaliknya di luar bulan Juni Agustus, harga buah jeruk melambung tinggi dan pasar jeruk dipenuhi oleh buah jeruk impor. Untuk mengalasi masalah kelangkaan buah jeruk lokal pada saat di luar musim panen raya dan meningkatkan daya saingnya dibutuhkan teknologi yang mampu menghasilkan panen beberapa kali setahun. Sistem Budi daya Buah Berjenjang Sepanjang Tahun atau disingkat BUJANGSETA adalah teknologi untuk menghasilkan pembungaan bertahap atau beberapa kali dalam satu tahun pada satu pohon sehingga bisa menghasilkan panen bertahap.
- ItemBudidaya Jeruk Teknologi Sitara(Kementerian Pertanian, 2022) Nuraini, Farida; Rosita, Dina; Fajarsari, Intan M; Sutopo; Cahyani, Ermi Nur; Direktorat Buah dan FlorikulturaProduksi jeruk nasional harus ditingkatkan secara nyata dan berkelanjutan dengan mutu buah yang lebih baik, dalam memenuhi kebutuhan pasardomestic dan menangkap peluang ekspor. Salah satu permasalahan penting dalam pengembangan jeruk di Indonesia adalah keterbatasan lahan dan pemahaman aplikatif teknologi budidaya. Hal ini menyebabkan produktifitas dan kontinuitasnya kurang mampu bersaing dengan jeruk impor. Populasi normal tanaman jeruk yang diterapkan di Indonesia antara 400 - 500 pohon/ha. Dengan populasi tersebut hasil panen diperkirakan 20 - 40 ton/ha tergantung penerapan teknologi di kebun. Produktivitas ini masih kurang dibandingkan dengan hasil yang dicapai oleh negara-negara eksportir jeruk dunia dengan rata-rata 40 60 ton/ha. Salah satu upaya dalam menjawab permasalahan di atas, Balijestro telah mengembangkan budidaya jeruk dengan teknologi jarak tanam rapat atau Sistem Tanam Rapat yang disingkat dengan SITARA. Metode SITARA bertujuan untuk mengoptimalkan penggunaan lahan, dengan populasi lebih padat per satuan luas, sehingga akan mendapatkan produktivitas lebih tinggi dengan mutu buah yang baik.
- ItemBUJANGSETA Buah Jeruk Berjenjang Sepanjang Tahun(BSIP Kalimantan Barat, 2023) Subekti, Agus; Sutopo
- ItemCemaran Timbal pada Ternak di TPA Piyungan, Kabupaten Bantul, Yogyakarta(Direktorat Kesehatan Hewan, 2020) Susilaningrum, Siwi; Sutopo; Wibawa, Hendra; Arif, Didik; Poermadjaja, Bagoes; Direktorat Kesehatan HewanSesuai dengan Undang-Undang No.18/2008 tentang pengelolaan sampah yaitu sistem sanitary landfill yaitu perataan, pemadatan, dan penutupan lapisan sampah memerlukan kondisi yang kondusif yaitu salah satunya bebas dari gangguan ternak. Tempat Pembuangan Ahkir (TPA) sampah berisiko tinggi terhadap pencemaran berbagai polutan. Ternak yang digembalakan dan mengkonsumsi limbah atau sampah di TPA akan sangat berbahaya bila ternak tersebut kemudian dimanfaatkan sebagai sumber pangan manusia. Dilakukan Investigasi dengan tujuan mengetahui ada dan tidaknya logam berat Pb pada sapi yang dipelihara di area TPA Piyungan yang bersifat observasional dengan metode pengambilan sampel darah sapi secara acak, pengisian kuisener dan pengujian laboratorium dengan metode Atomic Absorption Spectrofotometric (AAS). Hasil pengujian 19 sampel darah sapi diperoleh hasil 6 sampel tidak terdeteksi Pb dan 13 sampel terdeteksi Pb (rata-rata 2,69 mg/kg). Selanjutnya dilakukan pemilahan ternak sapi jantan-betina, muda dewasa dan kebebasan dalam memilih pakan. Hasil pengujian kadar Pb dalam darah 14 betina rerata 1,14 mg/kg dan 5 jantan rerata 1,71 mg/kg. Sapi muda (2 bulan - < 2,5 tahun) 5 sampel rerata 2,97 mg/kg dan dewasa (2,5 tahun - 10 tahun) 10 sampel 0,686 mg/kg. Terakhir, 8 sampel dari kelompok sapi yang pakannya diambilkan dari TPA rerata 1,67 mg/kg dan 11 sampel dari kelompok sapi yang digembalakan di TPA rerata 1,013 mg/kg. Hasil investigasi menunjukkan bahwa sapi-sapi yang memakan sampah terdeteksi kandungan Pb melebihi standart Maksimum Residu Limit (MRL) WHO 0,10 mg/kg dan standart MRL Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) 1,0 mg/kg. Perlu penelitian lebih lanjut tentang distribusi logam berat Pb dalam berbagai jaringan tubuh ternak yang digembalakan di TPA dan dilakukan penyuluhan kepada warga yang bertempat tinggal di area TPA tentang bahaya logam berat bagi kesehatan dan perlu dilakukan bimbingan teknis pemeliharaan sapi yang lebih baik.
- ItemInvestigasi Kasus dan Identifikasi Faktor Risiko Kematian Ternak di Kabupaten Lamongan, Provinsi Jawa Timur, Desember 2018-Januari 2019(Direktorat Kesehatan Hewan, 2019) Susilaningrum, Siwi; Mukhtar, Imam; Wibawa, Hendra; Prasetya, Rahendra; Sutopo; MaryonoInvestigasi kasus penyakit telah dilakukan oleh Balai Besar Veteriner Wates menindaklanjuti laporan kematian kematian ternak (sapi potong dan kambing) Desa Soko Kec. Tikung, Desa Katemas, Kec. Kembangbahu dan Desa Gedangan, Kec. Sukodadi, Kabupaten Lamongan. Tujuan investigasi adalah mengetahui penyebab kematian dengan mengumpulkan data dan informasi, melakukan pengambilan dan pengujian sampel, mengindentifi kasi kemungkinan faktor risiko. Sebagai unit epidemiologi adalah pemilik ternak sapi/kambing. Pendekatan sampling menggunakan studi kasus-kontrol, dimana diperoleh dari 11 peternakan kasus dan 15 peternakan kontrol. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan negatif anthraks, tetapi pada pengujian residu pestisida kualitatif ditemukan positif (organofosfat, organoklorin dan karbamat) pada sampel darah, isi rumen, dan tanah dari beberapa peternak yang mati ternaknya dengan tanda klinis di atas. Berdasarkan hasil penyidikan, kemungkinan sumber keracunan berasal dari pakan hijauan yang tercemar pestisida. Hasil analisa kuantitatif menunjukkan bahwa ternak yang diberi pakan hijauan segar dari sawah memiliki risiko keracunan pestisida 8.8x lebih tinggi (95% CI: 0.6-133.6) dibanding ternak yang tidak mengkomsumsi hijauan dari sawah. Sebagai tindak lanjut hasil investigasi perlu dilakukan sosialisasi, bimbingan dan pengawasan penggunaan pestisida yang tepat dan benar sesuai dosis aturan dan tidak berlebihan baik dalam jumlah/volume dan frekuensi penggunaan. Petani diminta untuk memberikan tanda pada sawah yang dimana pestisida digunakan dan peternak sebaiknya tidak mengambil hijauan dari sawah tersebut.
- ItemInvestigasi Outbreak Antraks di Desa Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo, Kabupaten Gunung Kidul, Mei Tahun 2019(Direktorat Kesehatan Hewan, 2020) Widyastuti, Laksmi; Farhani, Nur Rohmi; Handoko, Anton; Sutopo; Wibawa, Hendra; Widyastuti, Retno; Direktorat Kesehatan HewanTelah dilaporkan kasus kematian sapi di Dusun Grogol, Desa Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo, Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta pada tanggal 8 Mei 2019 dengan tanda klinis pembesaran organ limpa. Pada tanggal 09 Mei 2019, petugas Kesehatan Hewan Kabupaten Gunung Kidul melakukan investigasi dan pengambilan sampel darah yang bercampur tanah bekas penyembelihan paksa sapi. BBVet Wates menguji sampel dan hasilnya positif antraks. Kemudian terjadi kematian lagi pada tanggal 21 Mei 2019, menindaklanjuti laporan kematian ini BBVet Wates melakukan investigasi di lokasi kasus tersebut. Investigasi ini bertujuan untuk mengetahui penyebab, mengidentifikasi sumber penularan dan faktor risikonya sehingga dapat memitigasi kasus antraks. Hasil investigasi menunjukkan bahwa penyebab kematian ternak adalah B.anthracis, sumber penularan adalah kontak langsung dengan hewan penderita dan kontak tidak langsung dari tanah yang terkontaminasi bakteri anthrax dari penyembelihan sapi yang terinfeksi, dan faktor risiko adalah pemasukan ternak baru dari pasar hewan dan penyembelihan ternak terinfeksi. Untuk mencegah terjadinya kasus serupa sebaiknya dinas terkait memberikan edukasi kepada peternak dan pedagang untuk tidak membeli dan menyembelih ternak sakit serta melaporkan kasus yang dijumpai ke petugas kesehatan hewan terdekat.
- ItemKasus Kematian pada Kambing Senduro Akibat Goiter di Kabupaten Malang Jawa Timur(Direktorat Kesehatan Hewan, 2020) Pratamasari, Dewi; Kumorowati, Enggar; Wibawa, Hendra; Sutopo; Poermadjaja, Bagoes; Direktorat Kesehatan HewanPada bulan Juli tahun 2019, Balai Besar Veteriner Wates menerima rujukan sampel dari laboratorium Kesehatan Hewan Dinas Peternakan Malang berupa organ fetus anak kambing Senduro. Sejarah penyakit yang ditemukan antara lain abortus pada usia kebuntingan 2 - 3 bulan, kematian fetus dan anak kambing sampai 20 ekor selama kurun waktu kurang lebih 4 bulan dengan tanda klinis hipertrofi kelenjar tiroid. Populasi keseluruhan kambing yang dipelihara adalah 154 ekor. Kasus tersebut telah terjadi dalam dua periode waktu yaitu pada tahun 2014 dan tahun 2019. Komposisi pakan pada tahun 2014 adalah biji kangkung, bekatul, pollard, bungkil kelapa sawit, tepung ketela pohon, ampas kecap. Komposisi pakan pada tahun 2019 adalah pollard, bungkil kopra, bungkil kedelai, empok jagung, DDGS/Gluten, mineral. Tujuan dari kajian ini adalah untuk mengetahui diagnosa penyebab kematian pada anak kambing Senduro melalui pengujian histopatologi di Balai Besar Veteriner Wates. Hasil pemeriksaan histopatologi pada organ anak kambing betina menunjukkan deskuamasi sel epitel kelenjar tiroid. Pada organ anak kambing jantan menunjukkan hasil serupa yaitu deskuamasi sel epitel tiroid dan deplesi koloid folikel. Sedangkan pada organ lain yaitu esofagus, intestinum, trakhea, jantung, paru, ginjal dan hepar normal. Dari hasil pemeriksaan ini dapat didiagnosa bahwa telah terjadi Hyperplasia Thyroid atau sering disebut Goiter pada anak-anak kambing yang diperiksa. Jenis bahan pakan yang dapat menyebabkan terjadinya hiperplasia tiroid adalah pakan yang mengandung thiosianat, antara lain adalah kembang kol, biji rami, lobak, dan kangkung. Pemberian biji kangkung dalam komposisi konsentrat pakan kambing yang diperiksa dapat menjadi predisposisi terjadinya defisiensi yodium sehingga mengakibatkan hiperplasia tiroid pada anak kambing yang dilahirkan. Faktor faktor lain seperti stress pada kehamilan dan menyusui juga dapat menyebabkan hiperplasia tiroid. Sebagai pencegahannya bisa dilakukan dengan pemberian kalium iodida pada induk betina yang bunting dan perbaikan komposisi pakannya.
- ItemKeracunan Senyawa Protiophos dan Nemachur pada Entok di Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, Tahun 2018(Direktorat Kesehatan Hewan, 2020) Widyastuti, Laksmi; Sutopo; Zunarto, Sugeng; Wibawa, Hendra; Direktorat Kesehatan HewanTelah dilaporkan kasus kematian entok di Dusun Gading, Desa Gading, Kecamatan Tanon, Kabupaten Sragen, Propinsi Jawa Tengah oleh petugas Poskeswan Gading pada tanggal 22 Januari 2018. Menindaklanjuti laporan ini, investigasi dilakukan oleh Balai Besar Veteriner Wates pada Tanggal 22 Januari 2018. Tujuan investigasi adalah untuk mengetahui penyebab kematian entok di daerah tersebut. Diperoleh informasi bahwa sehari sebelum kematian, peternak memberikan entok dengan pakan bekatul, lompong, jagung dan sawi. Sebagian besar kematian terjadi pada entok muda umur 3-4 bulan dengan total kematian 32 ekor. Dalam investigasi kasus kematian entok ini, Tim BBVet Wates melakukan pengambilan sampel hewan, antara lain : karkas hewan mati, swab kloaka, swab trachea, isi tembolok, pakan basah, pakan dalam tembolok, pakan kering (bekatul dan jagung), pakan sawi, pakan lumbu, air minum, dan air PAM. Hasil pemeriksaan histopatologi menunjukkan paru paru entok mengalami pneumonia serta otak mengalami kongesti dan perivaskular cuffing. Hasil pemeriksaan laboratorium kesmavet dengan teknis Gas-Chromatography terdeteksi positif senyawa kimia pestisida jenis nemachur dan protiophos pada hati dan usus. Dari hasil laboratorium dan gejala klinis yang ditunjukkan penyebab utama kematian entok adalah keracunan pestida jenis nemachur dan protiophos yang berasal dari pakan dan air yang tercemar pestisida tersebut.
- ItemPOTRET BERBAGAI PERMASALAHAN DALAM SISTEM DISTRIBUSI JERUK MATRA(Balai Pengujian Standar Instrumen Pertanian Lahan Rawa, 2007) Apri Laila Sayekti,; Agus Sugiyatno; Sutopo; Arry Supriyanto
- ItemTEKNIK PENGELOLAAN INDUK BATANG BAWAH APEL LIAR DAN KLON-KLON HARAPAN APEL(BPTP Karangploso, 1999) SOENARSO; Sutopo; Hardiyanto, A.
- ItemTemuan Penyakit Inclusion Body Hepatitis pada Sampel Surveilans Pasif Kasus Kematian Tinggi Unggas Broiler di Wilayah Kerja Balai Besar Veteriner Wates Yogyakarta(Direktorat Kesehatan Hewan, 2018) Pratamasari, Dewi; Kumorowati, Enggar; Nurani, Suci; SutopoSekitar satu tahun belakangan ini dilaporkan adanya kasus kematian tinggi pada peternakan unggas komersial khususnya ayam broiler, namun dari hasil diagnosa belum diketahui penyebabnya. Dimulai pada akhir Desember 2017 BBVet Wates menerima sampel organ dari Technical service perusahaan di wilayah kabupaten Demak. Populasi ayam pada farm terserang sebanyak 23.000 ekor berumur 23 hari dengan total kematian 6000 ekor. Gejala klinis yang nampak mirip penyakit Infectious Bursal Disease (Gumboro disease) yaitu ayam mengalami kelesuan, depresi, gemetar, bulu kusam berdiri, anoreksia. Tujuan dari penyidikan ini adalah untuk mengetahui penyebab kasus kematian unggas Broiler melalui pendekatan pengamatan dan analisa patologi anatomi dan histopatologi dari sampel-sampel kasus yang diterima BBVet Wates dalam bentuk organ hati dalam formalin. Hasil pengujian menunjukkan bahwa terjadi perubahan patologi anatomi hati pucat, rapuh dan membesar. Pengujian sampel hati dilakukan dengan pemeriksaan histopatologi menggunakan pewarnaan Hematoksilin dan Eosin. Hasil pengujian menunjukkan adanya benda inklusi intranuklear pada sel hepatosit, multifokal nekrotik hepatitis, dan infiltrasi sel – sel limfoid disekitar pembuluh darah (perivaskuler kaffing). Dari pengujian patologi anatomi di lapangan dan pengujian histopatologi di laboratorium menunjukkan perubahan yang khas yaitu adanya inclusion body hepatitis dan infiltrasi sel sel radang pada pembuluh darah yang kemungkinan disebabkan oleh infeksi virus. Jika temuan patologi dan histopatologi ini dikaitkan dengan data keparahan penyakit di lapangan dan studi literatur ada kemungkinan jika kematian unggas Broiler bisa disebabkan oleh infeksi virus Adenovirus Group 1 yang menyebabkan terjadinya inclusion body hepatitis pada unggas broiler. Penelitian lebih lanjut diperlukan seperti isolasi virus dan PCR/Sequencing untuk peneguhan diagnosa temuan ini.
- ItemUJI MULTI LOKASI VARIETAS UNGGUL TOMAT ADAPTIF LINGKUNGAN SPESIFIK DI SENTRA PRODUKSI JAWA TIMUR(BPTP Karangploso, 1999) SUHARDI; Hardianto; Sutopo