Browsing by Author "Sasmita, Priatna"
Now showing 1 - 15 of 15
Results Per Page
Sort Options
- Item23. Respon Pertumbuhan dan Hasil Vub Padi Inbrida dan Hibrida Terhadap Penerapan Standar Pengelolaan Tanaman Padi Secara Terpadu(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2015-10) Hasmi, Idrus; Sasmita, Priatna; Guswara, Agus; Balai Besar Penelitian Tanaman PadiPeningkatan produksi padi dapat dicapai dengan penggunaan Varietas Unggul Baru (VUB) padi hibrida dan inbrida berpotensi hasil tinggi. Satu hal yang menarik adalah sifat heterosis padi hibrida yang dapat memberikan hasil lebih tinggi dibanding inbrida. Idealnya Padi Hibrida dapat meningkatkan hasil sekitar 20% dibandingkan dengan padi Indrida. Fakta di lapangan ternyata tidak demikian, bahkan produksi VUB Inbrida sama atau lebih tinggi dari pada produksi Hibrida. Untuk itu diperlukan penelitian verifi kasi pertumbuhan dan hasil dari VUB Inbrida dan Hibrida. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Sukamandi pada Musim Tanam (MT) II 2014 dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) 3 ulangan. Perlakukan yang dicoba 9 VUB Padi yang terdiri dari 5 VUB Inbrida (INPARI 16, INPARI 25, INPARI 30, INPARI 31, INPARI 32), dan 4 VUB Hibrida (HIPA JATIM 2, HIPA 8, HIPA 18 dan HIPA 19). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan VUB berbeda nyata dalam hal tinggi tanaman, jumlah anakan maksimum dan nilai kehijauan daun. Tanaman tertinggi dicapai oleh VUB Hibrida (HIPA 8) berturut-turut pada umur 4 Minggu Setelah Tanam (MST), 6 MST, 8 MST dan 10 MST adalah 81,22 cm, 119,78 cm, 135,31 cm dan 143,06 cm. Pada Komponen pertumbuhan jumlah anakan maksimum terbesar dicapai oleh VUB Hibrida (HIPA 19), yaitu 21 anakan pada umur 6 MST. Nilai kehijauan daun yang diukur berdasarkan SPAD meter, diperoleh nilai terendah pada umur tanaman 4 MST, 6 MST, 8 MST dan 10 MST pada VUB Hibrida (HIPA 18) yaitu masingmasing mencapai 47,93, 42,97, 32,20 dan 37,20. Hasil penelitian menunjukkan pula bahwa komponen hasil jumlah gabah isi per malai berbeda nyata antar VUB. Jumlah gabah isi per malai tertinggi dicapai oleh HIPA 8 (263,04 gabah/malai). Berdasarkan penerapan standar pengelolaan tanaman padi secara terpadu VUB Hibrida menunjukkan hasil yang lebih tinggi dibanding dengan VUB Inbrida. Hasil rata-rata VUB Hibrida adalah 8,59 t/ha, sedangkan rata-rata hasil VUB Inbrida adalah 6,26 t/ha.
- Item24. Keragaan Produktivitas Varietas Unggul Baru Padi di Berbagai Daerah Target Pengembangan(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2015-10) Sasmita, Priatna; Guswara, Agus; Idrus, Hasmi; Balai Besar Penelitian Tanaman PadiPenggunaan Varietas Unggul Baru (VUB) Padi berpotensi hasil tinggi dan adaptif terhadap agroekosistem spesifi k lokasi merupakan salah satu komponen utama dalam penerapan Pengelolaan Tanaman Padi secara Terpadu (PTT). Lima tahun terakhir ini telah banyak VUB padi yang dilepas oleh Kementerian Pertanian, namun baru sebagian kecil saja yang digunakan oleh petani di berbagai provinsi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaan produktivitas VUB padi di berbagai daerah target pengembangan (provinsi) sebagai bahan rekomendasi penggunaan VUB. Percobaan lapang dilakukan pada Musim Tanam 2013 melalui kerjasama antara Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi) sebagai penyedia VUB dengan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP), sebagai pelaksana pengkajian atau uji adaptasi VUB spesifi k lokasi di masing-masing provinsi. Sebanyak 30 VUB Inbrida Padi Sawah Irigasi (Inpari), 6 VUB Inbrida Padi Gogo (Inpago), dan 6 VUB Inbrida Padi Rawa (Inpara) diuji produktivitasnya di beberapa provinsi oleh BPTP sesuai dengan target lokasi pengembangan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata produktivitas berbagai VUB Inpari di berbagai daerah target pengembangan mencapai 6,80 t/ha. Hasil tersebut lebih tinggi dari produktivitas VUB yang dilepas sebelumnya yaitu Ciherang (6,29 t/ ha) sebagai varietas pembanding. Hasil penelitian ini menunjukkan pula bahwa rata-rata produktivitas VUB Inpago mencapai 5,30 t/ha dan VUB Inpara mencapai 4,85 t/ha keduanya lebih tinggi dari rata-rata produktivitas padi gogo dan padi rawa nasional.
- ItemDeskripsi Varietas Unggul Baru Padi(Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2019) Sasmita, Priatna; Satoto; Rahmini; Agustiani, Nurwulan; Handoko, Dody Dwi; Suprihanto; Guswara, Agus; SuharnaBuku ini menginformasikan karakteristik VUB padi secara rinci, antara lain potensi hasil, ketahanan terhadap cekaman biotik, dan toleran terhadap cekaman abiotik.
- ItemPanduan Teknologi Budidaya Padi Salibu(Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2015) Abdulrachman, Sarian; Suhartatik, Endang; Erdiman; Susilawati; Zaini, Zulkifli; Jamil, Ali; Mejaya, Made J.; Sasmita, Priatna; Abdullah, Buang; Suwarno; Baliadi, Yuliantoro; Dhalimi, Azmi; Sujinah; Suharna; Ningrum, Elis SeptiaKebutuhan beras akan tenjs meningkat seiring dengan laju pertumbuhan penduduk. Berdasarkan realisasi produksi padi dalam 5 tahun terakhir, terindikasi bahwa laju pertumbuhan produksi padi makin menurun dan biaya produksi per satuan kias lahan makin meningkat. Oleh karena itu pencapaian target produksi padi ke depan akan semakin sulit. Untuk mengatasi permasalahan ini Pemerintah mencanangkan peningkatan produksi padi nasional sebesar 1,5% per tahun. Dalam konteks ini diperlukan berbagai terobosan peningkatan produksi padi. Mengingat f니ngsi dan peran penting padi tersebut, Pemerintah berupaya untuk mewujudkan peningkatan produksi padi pada tahun 2015 melalui Gerakan Penerapan Pengelolaan Tanaman Terpadu (GP-PTT) dan Upaya Khusus (Upsus) lainnya. Sehubungan dengan hal tersebut, pelaksana program di lapangan memerlukan panduan untuk berbagai teknologi budidaya padi yang sudah dikembangkan di Indonesia.
- ItemPedoman Umum Peningkatan Produksi Padi Melalui Pelaksanaan IP Padi 400(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2009) Suyamto; Baehaki; Abdulrachman, Sarlan; Sembiring, Hasil; Hendarsih; Samaullah, Mohamad Yamin; Sasmita, Priatna; Balai Besar Penelitian Tanaman Padi
- ItemPengaruh Pupuk Hayati Dan Dosis Pupuk Npk Anorganik Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Padi Inpari 32(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi), 2017) Margaret, Swisci; Maolana Yusup, Asep; Sasmita, Priatna; Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi)Kerusakan kualitas dan kesehatan tanah karena penggunaan pupuk anorganik secara intensif menyebabkan peningkatan produktivitas padi berada pada titik jenuh. Upaya perbaikan kerusakan tanah dapat dilakukan dengan pemanfaatan pupuk hayati yang juga dapat meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk anorganik. Penelitian dilakukan untuk mendapatkan informasi pengaruh dari pemberian pupuk dan dosis pemupukan NPK anorganik terhadap pertumbuhan dan hasil padi varietas Inpari 32. Percobaan dilaksanakan pada Januari–April 2016 di Kebun Percobaan (KP) Sukamandi, Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi), menggunakan Rancangan Petak Terbagi (Split plot) dengan dua ulangan. Perlakuan petak utama adalah 7 jenis pupuk hayati dan kontrol (tanpa pupuk hayati), sedangkan perlakuan anak petak adalah 3 dosis pemupukan NPK yaitu 100% rekomendasi, 75% dari rekomendasi dan 50% dari rekomendasi. Rekomendasi pemupukan anorganik diperoleh dari perangkat lunak pengelolaan hara spesifik lokasi (PHSL). Pengamatan dilakukan terhadap peubah pertumbuhan tanaman, komponen hasil dan hasil gabah kering giling (GKG). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pupuk hayati dapat meningkatkan tinggi tanaman dan jumlah anakan per rumpun pada fase awal pertumbuhan serta dapat menurunkan persen gabah hampa. Hasil GKG dipengaruhi oleh perlakuan dosis pemupukan NPK, dimana terjadi penurunan hasil pada perlakuan pemupukan NPK setengah dosis rekomendasi. Penggunaan pupuk hayati dapat mengurangi 50% penggunaan pupuk anorganik untuk pertumbuhan yang optimal dan mengurangi 25% penggunaan pupuk anorganik untuk mendapatkan hasil GKG yang optimal.
- ItemPengendalian Hama dan Penyakit Utama Tanaman Padi(Pertanian Press, 2024) Suprihanto; Sulaiman, Andi Amran; Djufry, Fadjry; Thamrin, Muhammad; Sasmita, Priatna; Usyati, N.; Dewi, Ratna Sari; Anggara, Agus Wahyana; Effendi, Baehaki Suherlan; Santoso; Kurniawati, Nia; Suhartini; Wening, Rina Hapsari; Hasmi, IndrusTanaman pangan merupakan sub sektor yang paling rentan di pengaruhi iklim. Adanya kenaikan suhu dan peningkatan curah hujan akan berpengaruh pada pola tanam sekaligus berpengaruh terhadap perilaku organisme pengganggu tanaman (OPT). Peningkatan serangan OPT akan menurunkan kuantitas dan kualitas hasil. Tanaman padi memiliki beragam potensi cekaman biotik berupa hama dan penyakit yang sangat mempengaruhi kehilangan hasil sehingga diperlukan pengendalian hama dan penyakit padi, diperlukan pemahaman yang baik tentang jenis dan karakteristik hama dan penyakit tersebut. Berdasarkan Permentan Nomor 13 Tahun 2023 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Lingkup Badan Standardisasi Instrumen Pertanian, Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi) berganti nama menjadi Balai Besar Pengujian Standar Instrumen Padi (BBPSI Padi). Sesuai dengan tugasnya, BBPSI Padi melaksanakan pengujian standar instrumen padi. Untuk mendukung hal tersebut, diperlukan upaya-upaya dalam membuat standar instrumen padi salah satunya adalah pengendalian hama dan penyakit tanaman padi yang dapat diimplementasikan di lapangan dan sesuai dengan peraturan dan kebutuhan pertanian modern. Buku Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Padi ini memberikan informasi dan tuntunan praktis yang sangat cukup mengenal jenis dan bioteknologi hama dan penyakit utama padi serta solusi pengendalian terbaik berdasarkan rekomendasi BBPSI Padi.
- ItemPetunjuk Teknis Budi Daya Porang : Teknologi Budi Daya, Produksi Benih, Perbanyakan Tanaman Secara Kultur Jaringan, dan Pascapanen(Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, 2021) Sasmita, Priatna; Mastur; Syamsuri, Prayudi; Sundari, Titik; Anggara, Agus Wahyana; Subekti, Nuning Argo; Wardana, I Putu; Patriyawaty, Nia Romania; Ramadhan, Rizky Prayogo; Radianto, Haryo; Herawaty, Heny; Tabunan, Ika Roostika; Nugrahaeni, Novita; Baliadi, Yuliantoro; Utomo, Joko Susilo; Indriani, Febria Cahya; Trustinah; Yusnawan, Eriyanto; Hapsari, Ratri Tri; Mutmaidah, Siti; Sutrisno; Sukmaja, Deden; Supriati, Yati; Purmaningsih, Ragapadmi; Kamsiati, Elmi; Widowati, Sri; Soemantri, Agus Supriatna; Usmiati, Sri; Haliza, Winda; Sunarmani; Suryana, Esty AsriyanaPorang (Amorphophallus muelleri Blume) merupakan komoditas pangan yang potensial dikembangkan di Indonesia karena nilai ekonomi yang dimiliki. Komoditas ini mengandung nutrisi yang bermanfaat bagi kesehatan sehingga prospektif dijadikan sebagai bahan baku industri pangan dan obat-obatan. Peluang ekspor dan pasar produk porang masih terbuka lebar dikaitkan dengan semakin meningkatnya kepedulian masyarakat terhadap kesehatan dan pangan fungsional. Permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan porang diantaranya belum tersedianya benih dalam jumlah memadai dan sebagian besar petani belum mengetahui manfaat dan teknologi budi daya dan pascapanen komoditas porang. Oleh karena itu perlu dukungan dari berbagai pihak, terutama pemerintah, untuk mengatasi permasalahan yang ada sekaligus sosialisasi pengembangan porang. Dari aspek teknis pengembangan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) telah menghasilkan teknologi produksi benih, budi daya, panen, dan pascapanen porang melalui berbagai penelitian.
- ItemPetunjuk Teknis Identifikasi Beras Tidak Layak Konsumsi(Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2015) Hadoko, Dody D.; Jumali; Mardiah, Zahara; Suhartini; Septianingrum, Alis; Liyanan; WP, Deny Septian; Kusbiaibtoro, Bram; Sasmita, Priatna; Jamil, Ali“Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling utama dan pemenuhannya merupakan bagian hak asasi manusia yang dijamin di dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai komponen dasar untuk mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas”. Sistem pangan Indonesia, tidak hanya dituntut untuk memenuhi kebutuhan dari segi jumlah dan gizi, tetapi juga dari segi keamanannya. Isu mutu dan keamanan pangan didasarkan adanya kekhawatiran kurang amannya suatu produk makanan yang dapat mengakibatkan terjadinya gangguan kesehatan manusia. Berbagai isu dan kasus seperti dugaan beras plastik, beras berpemutih, beras berpewangi sintetik, beras Raskin atau beras tidak layak konsumsi secara umum menjadi isu yang cukup meresahkan dan telah berhasil menarik perhatian masyarakat luas mengingat beras adalah makanan pokok mayoritas penduduk Indonesia. Harga, mutu, ketersediaan dan keamanan pangan beras bisa menjadi isu strategis dan politis
- ItemPetunjuk Teknis Mina Padi(Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2015) Abdulrachman, Sarlan; Wardana, I Putu; Widyantoro; Ruskandar, Ade; Agustiani, Nurwulan; Margaret, Swisci; Septianingrum, Elis; Sasmita, Priatna; Jamil, AliPengembangan dan penerapan sistem usahatani minapadi bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan efisiensi usahatani pada lahan sawah irigasi guna meningkatkan pemanfaatan sumberdaya lahan dan air, pendapatan petani dan kesempatan kerja, serta menjaga keberlanjutan sistem produksi padi. Minapadi diharapkan dapat meningkatkan pendapatan usaha tani dari hasil ikan maupun padi dan peningkatan efisiensi serta keberlanjutan sistem budidaya melalui penggemburan tanah akibat aktifitas ikan. Petunjuk teknis ini disusun untuk memberikan penjelasan singkat mengenai minapadi, cara penerapannya di lapangan, keunggulan pemanfaatannya di lapangan, hingga analisa usahatani. Dengan semakin dikenalnya teknologi minapadi dan tata cara aplikasi yang benar, diharapkan mampu menekan resiko kegagalan di tingkat petani sekaligus meningkatkan pendapatan.
- ItemRekomendasi Budidaya Padi pada Berbagai Agroekosistem(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2020) Susanti, Zuziana; Rumanti, Indrastuti A; Rahmini; Sukarman; Mulyani, Anny; Setyorini, Diah; Syahbuddin, Haris; Sasmita, Priatna; Widowari, Ladiyani Retno; Anggara, Agus Wahyana; Wijanarko, Andy; Nugroho, Yudhistira; Suprihanto; Hasmi, Idrus; Rohaeni, Wage Ratna; Handoko, Dody Dwi; Susanto, Untung; Safitri, Heni; Hairmansis, Aris; Widyantoro; Kasno, A.; Jumali; Roza, Celvia; Norvyani, Mutya; Balai Besar Penelitian Tanaman Padi
- ItemRekomendasi Budidaya Padi untuk Berbagai Agroekosistem(Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, 2022) Sasmita, Priatna; Sastro, Yudi; Satoto; Nugraha, Yudhistira; A, Agus Wahyana; Hairmansis, Aris; Suprihanto; Hasmi, Idrus; Zusanti, Zuziana; Rumanti, Indrastuti Apri; Rahmini; Handoko, Dody Dwi; Agustini, NurwulanUpaya mewujudkan kedaulatan pangan merupakan komitmen pemerintah yang tiada henti dilakukan melalui peningkatan produksi padi. Strategi peningkatan produksi nasional saat ini dan kedepan ditem puh melalui peningkatan produktivitas (intensifikasi) dan perluasan areal tanam, baik melalui peningkatan Indek Pertanaman (IP) maupun perluasan lahan baku sawah. Upaya tersebut optimis dapat direalisasikan karena tersedianya berbagai inovasi dan teknologi hasil penelitian, terutama yang dihasilkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan), meskipun teknologi tersebut baru sebagian yang diterapkan oleh petani. Saat ini produksi padi nasional sudah mencapai angka 56,54 juta ton GKG. Kementerian Pertanian pada tahun 2020 mentargetkan peningkatan produksi padi nasional sebesar 7%. Aspek penting yang menjadi perhatian dalam peningkatan produksi padi tersebut antara lain adalah peningkatan efisiensi dan pelestarian lingkungan karena berkaitan dengan daya saing produksi berkelanjutan yang didasarkan pada agroekosistem padi.
- ItemRespon Padi Varietas Inpari 1 Terhadap Aplikasi Pupuk Organik Petronik Q.(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2012-06) Ernawanto, Dadang; Sasmita, Priatna; Balai Besar Penelitian Tanaman PadiPenelitian pengkajian respon padi varietas Inpari 1 terhadap aplikasi pupuk organik ‘Petronik’ dilakukan di sentra produksi padi yaitu di Desa Mayang, Kecamatan Mayang, Jember, pada bulan Mei–Oktober 2010. Percobaan menggunakan rancangan acak kelompok tiga ulangan dengan perlakuan kombinasi pemberian pupuk organik Petronik, pupuk kandang, dan pupuk anorganik. Percobaan dilakukan pada lahan sawah petani dengan luas sekitar 0,3 ha. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon varietas unggul baru (VUB) Inpari 1 terhadap aplikasi pupuk organik Petronik, dosis dan efi siensinya. Pengamatan dilakukan terhadap sampel tanah sebelum dan sesudah percobaan serta hasil dan komponen hasil varietas Inpari 1 yang digunakan. Untuk mengetahui respon varietas, dilakukan analisis varian terhadap peubah komponen hasil dan hasil dilanjutkan dengan uji DMRT 5%. Untuk mengetahui efi siensi penggunaan pupuk petronik terbaik dilakukan analisis ekonomi berdasarkan hasil penelitian ini. Hasil penelitian diperoleh dosis pupuk organik Petronik sebanyak 750 kg yang dikombinasikan dengan pupuk anorganik 200 kg urea dan 300 kg Phonska per ha meningkatkan jumlah gabah isi, bobot 1000 butir gabah isi dan hasil gabah kering panen padi varietas Inpari 1 pada tanah incepticol di Jember. Hasil gabah kering panen tertinggi varietas tersebut mencapai 8,45 t/ha dengan pendapatan bersih sebesar Rp.15.345.000 dan B/C ratio 1,53. Penggunaan pupuk organik petronik 750 kg/ha dapat mengantikan penggunaan pupuk kandang 2000 kg/ha pada usaha tani padi padi varietas Inpari 1. Penggunaan pupuk Petronik sebanyak 750 kg Petronik + 200 kg urea + 300 kg Phonska/ha disarankan pada lahan usaha tani padi berupa tanah Aluvial (Inceptisol) di Jember.
- ItemSerangan Hama Dan Penyakit Padi Pada Varietas Unggul Baru Potensi Hasil Tinggi Di Lahan Irigasi Dataran Rendah(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB PADI), 2017) Hari Iswanto, Eko; Rahmini; Hasmi, Idrus; MaolanaYusup, Asep; Sasmita, Priatna; Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB PADI)Varietas unggul baru merupakan komponen teknologi utama dalam peningkatan produktivitas padi. Program perakitan varietas unggul baru selain produktivitas tinggi juga diharapkan toleran terhadap perubahan lingkungan, baik factor biotic maupun abiotik. Beberapa varietas unggul seperti Inpari30, Inpari 32,Inpari 33 dan Inpari 43 telah dilepas untuk menghadapi kendala tersebut dilapangan.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui serangan hama dan penyakit pada beberapa varietas unggul baru di pertanaman dengan sistem budidaya pengelolaan tanaman terpadu (PTT). Percobaan dilaksanakan di lahan irigasi. Kabupaten Indramayu pada MT 2015/2016 menggunakan rancangan acak kelompok 5 perlakuan dan 4 ulangan. Varietas unggul yang diuji adalah varietas Inpari 43, Inpari 30, Inpari 32, HipaJatim 2 dan Inpari 33. Hasil penelitian diketahui bahwa Inpari 33 sangat baik dalam menekan perkembangan wereng coklat, jumlah populasi wereng coklat relatif lebih rendah dibanding varietas lainnya pada semua stadia. Namun, varietas ini rentan terserang hawar daun bakteri (HDB). Varietas Inpari 32 dan Inpari 43 tahan terhadap serangan penyakit hawar daun bakteri, sampai stadia pengisian pun kedua varietas tersebut tidak menunjukkan adanya gejala penyakit HDB. Hipa Jatim 2 rentan terhadap wereng coklat dan wereng punggung putih serta terhadap penyakit HDB dan Bakteri daun bergaris (BLS). Varietas Inpari 33 dianjurkan ditanam di daerah endemis wereng coklat sedangkan Inpari 32 dan Inpari 43 untuk daerah endemis penyakit hawar daun bakteri. Hipa Jatim 2 hanya dianjurkan ditanam di daerah yang relative aman dari serangan hama penyakit dan perlu monitoring lebih ketat.
- ItemStudi Morfologis dan Fisiologis Galur-galur Padi Gogo dan Varietas Lokal Pada Kondisi Intensitas Cahaya Rendah di Bawah Naungan Buatan (Paranet)(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2015-08-06) Zarwazi, Lalu M.; Gunarsih, Cucu; Sasmita, Priatna; Balai Besar Penelitian Tanaman PadiPenelitian keragaan morfologis dan fisiologis galur-galur padi gogo dan varietas lokal pada kondisi intensitas cahaya rendah dengan metode naungan buatan (paranet) 25-50% telah dilaksanakan di KP. Kuningan pada musim tanam 2011. Penelitian bertujuan untuk mengamati dan mempelajari keragaan morfologis dan fisiologis galur dan atau varietas lokal padi gogo yang memiliki toleransi terhadap naungan dan memiliki produksi tinggi. Penelitian menggunakan rancangan acak petak terpisah dengan 3 ulangan. Perlakuan yang digunakan adalah tanpa naungan, naungan dengan paranet intensitas cahaya 25% dan paranet intensitas cahaya 50%. Bahan tanaman yang digunakan adalah 20 genotipe padi gogo toleran naungan hasil uji gelap fase bibit ditambah 2 genotipe kontrol (Jatiluhur untuk kontrol toleran, dan Kalimutu untuk kontrol peka). Hasil Penelitian dengan menggunakan metode naungan buatan (paranet) 25-50%, diperoleh sebanyak 14 dari 20 genotipe yang diuji menunjukkan konsisten memiliki morfologi tanaman padi gogo yang toleran pada naungan 25% dan 50%. Genotipe tersebut adalah; BL, BP 3416- 3E-Kn-25-2-3, IR6510-24-3-63-2-3-1, S4616-PN-7-3, B11577E-MR-12-1-1, B11338BF-TB-26, B10-111-BC-Pr-7, BP606E-18-9-5, BP751F-4-12-PK-2-3, Laka Tesan A, OM1490, OM4495, OM2514, dan BIO114. Berdasarkan hasil pengukuran Intensitas cahaya dibawah naungan 25 % dan 50%, disampaikan bahwa secara umum galur padi gogo yang toleran memiliki karakter tinggi, berbatang keras dan berklorofil daun yang lebih tinggi dari yang rentan.