Browsing by Author "Nugraha, Eli"
Now showing 1 - 15 of 15
Results Per Page
Sort Options
- ItemDeteksi Eschericia Coli Patogen dari Usap kloaka AYam Layer dari Tujuh Provinsi Indonesia Dengan Menggunakan Metode Congo Red(Balai Besar Pengujian Mutu dan Sertifikasi Obat Hewan, 2022-12) Ariyani, Novida; Palupi, Maria Fatima; Nurhidayah; Indriyana; Nugraha, Eli; Widyarimbi, Dyah; Balai Besar Pengujian Mutu dan Sertifikasi Obat Hewan (BBPMSOH)Artikel ini berisikan tentang deteksi Escherichia coli patogen dari 327 isolat E.coli hasil isolasi dari 109 pool usap kloaka dengan menggunakan metode congo red. Pengambilan sampel dilkukan diprovinsi Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Banten, Sumatera Barat, Sumatera Utara dan Sulawesi Selatan. Sebelumnya isolat tersebut telah diujii resistansi terhadap siproflokasin dan didapatkan 166 isolat resistan terhadap siprofloksasin (50,76%). Berdasarkan hasil pengujian menunjukkan bahwa 59 (18,04%) isolat adalah E.coli patogen dan 268 (81,96%) isolat adalah E.coli nonpatogen. E.coli patogen yang resisten terhadap siproflokasin yaitu 42,37% (25/59) . Dari hasil tersebut hal yang dapat direkomendasikan kepada peternak agar mencegaj penularan patogen E.coli adalah dengan menerapkan biosekuriti kadang ayam petelur. Penggunaan antibiotik dalam menangani infeksi bakteri juga harus digunakan secara bijak dibawah pengawasan dokter hewan.
- ItemDeteksi Gen Resistan Siprofloksasin qnrA, qnrB, dan qnrS pada Escherichia coli Multiresistan Kolistin dan Siprofloksasin(Direktorat Kesehatan Hewan, 2020) Palupi, Maria Fatima; Andesfha, Ernes; Hayati, Meutia; Kartini, Dina; Nugraha, Eli; Atikah, Neneng; Direktorat Kesehatan HewanResistansi terhadap siprofloksasin dan kolistin yang merupakan Highest Priority Critically Important Antimicrobials for Human Medicine merupakan ancaman yang serius bagi dunia kesehatan. Penyebaran gen resistan melalui plasmid meningkatkan risiko meluasnya resistansi suatu antimikroba. Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi gen resistansi siprofloksasin yang berada di plasmid yaitu qnrA, qnrB, dan qnrS pada 20 isolat Escherichia coli resistan kolistin-siprofloksasin. Kedua puluh isolat tersebut telah dideteksi ada tidaknya gen mcr-1 dan didapatkan 15 isolat memiliki gen mcr-1. Dua puluh arsip isolat E. coli resistan kolistin-siprofloksasin arsip Balai Besar Pengujian Mutu dan Sertifikasi Obat Hewan hasil isolasi tahun 2019 diuji deteksi gen qnrA, qnrB, dan qnrS dengan menggunakan polymerase chain reaction (PCR). Berdasarkan uji PCR terhadap 20 isolat tersebut didapatkan 7 isolat (35%) memiliki gen qnrA, 4 isolat (20%) memiliki gen qnrB, 3 isolat (15%) memiliki gen qnrS, 2 isolat (10%) memiliki gen qnrA serta qnrS, dan 4 isolat (20%) negatif terhadap ketiga gen tersebut. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya ancaman resistansi yang serius mengingat isolat yang digunakan resistan terhadap kolistin dan siprofloksasin serta gen yang ditemukan berada di plasmid sehingga dapat disebarkan melalui konjugasi bakteri.
- ItemEstimasi Nilai Ketidakpastian Pengukuran pada Penentuan Potensi Oksitetrasiklin Sediaan Injeksi dengan Bioassay(Balai Besar Pengujian Mutu dan Sertifikasi Obat Hewan, 2016) Nurhidayah; Palupi, Maria Fatima; Ariany, Novida; Nugraha, EliUnit farmasetik dan premiks dari Balai besar Pengujian Mutu dan Sertifikasi Obat Hewan (BBPMSOH) melakukan estimasi ketidakpastian dari pengukuran potensi oksotetrasiklin pada obat hewan sediaan injeksi. Dengan menggunakan metode Bioassay dengan tujuan untuk mengetahui suatu rentang nilai pengukuran potensi oksitetrasiklin dimana antara rentang nilai tersebut terdapat nilai yang sebenarnya dari besaran yang diukur. Hasil pengujian menunjukan potensi oksitetrasiklin dalam sediaan obat hewan injeksi dengan metode Bioassay adalah 99.89%. Nilai ketidakpastian penentuan potensi oksitetrasiklin adalah ±0,24%.
- ItemEvaluasi Nilai Konsentrasi Hambat Minimum Siprofloksasin Terhadap Isolat Escherichia coli dari Usap Kloaka Broiler(Direktorat Kesehatan Hewan, 2020) Palupi, Maria Fatima; Nugraha, Eli; Hayati, Meutia; Atikah, Neneng; Direktorat Kesehatan HewanSiprofloksasin merupakan antimikroba golongan kuinolon yang masuk dalam Highest Priority Critically Important Antimicrobials for Human yang juga digunakan sebagai teraputik di hewan produksi di Indonesia. Salah satu parameter farmakologi yang penting bagi evaluasi antimikroba adalah nilai konsentrasi hambat minimum (KHM). Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui nilai KHM siprofloksasin terhadap Escherichia coli yang diisolasi dari usap kloaka broiler. Nilai KHM sangat berguna untuk mendapatkan praduga prevalensi resistansi siprofloksasin dan mendapatkan isolat kandidat E. coli yang digunakan untuk uji mutant prevention concentration (MPC) siprofloksasin terhadap E. coli. Sebanyak 159 isolat E. coli arsip Balai Besar Pengujian Mutu dan Sertifikasi Obat Hewan yang diisolasi dari usap kloaka broiler pada tahun 2019 diuji nilai KHM dan patogenesitasnya. Isolat berasal dari usap kloaka broiler yang daimbil dari 48 peternakan dari tujuh provinsi yaitu Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Sumatera Utara, Lampung, Sulawesi Selatan, dan Banten. Uji nilai KHM dilakukan dengan metode agar dilution dan uji patogenesitas dilakukan dengan menggunakan uji Congo Red. Isolat dinyatakan tidak peka atau resistan siprofloksasin apabila nilai KHMnya > 4 μg/mL. Adapun isolat E. coli dapat digunakan sebagai kandidat uji MPC jika nilai KHMnya < 4 μg/mL dan bersifat patogenik. Berdasarkan hasil uji didapatkan nilai KHM berkisar 0.25–32 μg/mL dengan 94 isolat E. coli (59.12%) resistan terhadap siprofloksasin dan 41 isolat resistan patogenik (25.79%). Hasil uji juga mendapatkan 24 isolat E. coli patogenik yang dapat digunakan sebagai kandidat uji MPC dengan nilai KHM berkisar 0.25-2 μg/mL. Data ini menunjukkan bahwa resistansi E. coli terhadap siprofloksasin adalah tinggi dan data KHM untuk menentukan kandidat isolat E. coli untuk uji MPC sangat penting.
- ItemFarmakokinetik Siprofloksasin Pada Ayam Layer(Balai Besar Pengujian Mutu dan Sertifikasi Obat Hewan, 2022-12) Palupi, Maria Fatima; Sari, Rosana Anita; Khomariyah, Siti; Ambarwati; Ariyani, Novida; Nurhidayah; Idrishanti, Nafisah; Carry, Luckyana; Indriyana; Nugraha, Eli; Widyarimbi, Dyah; Rusmiati, Emi; Balai Besar Pengujian Mutu dan Sertifikasi Obat Hewan (BBPMSOH)Penggunaan antibiotik pada hewan dan manusia jika tidak dikontrol sejak saat ini, maka berdasarkan kajian akan menimbulkan resistansi antimikroba. Adapun antibiotik yang dibahas dalam artikel ini adalah Siprofloksasin. Siprofloksasin adalah antibiotik golongan kuinolon-flurokuinolon yang banyak diregistrasikan sebagi salah satu obat hewan di Indonesia. Menurut Indeks Obat Hewan Indonesia edisi XII tahun 2019 terdapat 22 produk obat hewan siprofloksasin baik dalam bentuk tunggal ataupun kombinasi dengan antibiotik lain telah mendapat nomor resgistrasi untuk beredar di Indonesia. Farmakokinetik dan farmakodinamik adalah salah satu parameter yang sangat penting dalam melakukan penilaian risiko resistansi antimikroba. Dari data diperoleh hasil evaluasi AUC siproflokasin dengan dosis 40 mg/kg baik per oral ataupun intravena dan nilai konsentrasi hambat minimum (KHM) siprofloksasin terhadap kuman Escherichia coli didapatkan nilai AUC/KHM adalah kurang dari 125, sehingga pada dosis 40 mg/kg Berat Badan masih memungkinkan terjadinya resistansi single step mutant. Sehingga, disarankan agar siprofloksasin tidak sebagai pilihan pertama dalam mengobati infeksi bakteri pada ayam, karena memungkinkan terjadinya reistansi antibiotik.
- ItemKajian Residu Antibiotik Golongan Tetrasiklin dan Penisilin dalam Daging(Balai Besar Pengujian Mutu dan Sertifikasi Obat Hewan, 2016) Yulianti, Nina Tri; Ariyani, Novida; Nurhidayah; Nugraha, EliBalai Besar Pengujian Mutu dan Sertifikasi Obat Hewan (BBPMSOH) melakukan kajian tentang residu antibiotik golongan tetrasiklin dan penisilin pada daging, hati, usus, dan paru-paru ayam broiler dari 13 provinsi di indonesia. sampel dianalisi secara kualitatif melalui skrining residu antibiotika dengan menggunakan metode uji hayati terhadap golongan tetrasiklin dan penisilin. Hasil kajian menunjukan tidak adanya residu terhadap antibiotik golongan tetrasiklin dan penisilin yang berasal dari peternakan ayam di 13 provinsi tersebut.
- ItemKepekaan Isolat Escherichia Coli terhadap Siprofloksasin dari Usap Kloaka Ayam Layer(Balai Besar Pengujian Mutu dan Sertifikasi Obat Hewan, 2021) Nurhidayah; Palupi, Maria Fatima; Aryani, Novida; Indriyana; Nugraha, Eli; Widyarimbi, DyahResistensi antimikroba atau antimicrobial resistance (AMR) menjadi salah satu ancaman kesehatan masyarakat veteriner yang mendesak harus diwaspadai dan segera mendapatkan pencegahan. Pendekatan One Health yang berkelanjutan mencakup kesehatan manusia, hewan, tanaman dan lingkungan menjadi cara untuk mewaspadi infeksi resistansi antimikroba. Hewan dan lingkungan yang sehat diyakinin dapat menekan angka penularan resistansi antimikroba. Resistensi antimikroba atau antimicrobial resistance (AMR) adalah kondisi dimana bakteri, virus, jamur, dan parasit mengalami perubahan, sehingga kebal terhadap obat-obatan yang diberikan. Jika dibiarkan, risiko penularan penyakit dan angka kematian semakin tinggi. Artikel ini membahas kepekaan isolat Escherichia coli terhadap antibiotik siprofloksasin pada usap kloaka ayam layer. Siprofloksasin dipilih karena merupakan salah satu antibiotik dalam klasifikasi WHO (2019) yang masuk ke dalam kategori Higehst Priority Critically Important Antimicrobials for Human Medicine. Isolat yang diuji ada 327 isolat yang diisolasi dari pool usap kloaka yang berasal dari 109 flok ayam layer dari 6 provinsi di Indonesia ( Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan dan Sumatera Utara). Adapun uji kepekaan antibiotik dilakukan dengan menggunakan metode agar dilusi diperoleh nilai Konsentrasi hambat Minimum (KHM) dan interpretasinya mengacu pada Clinical and Laboratory Standar Institute (CLSI 2020). Mengingat siprofloksasin memiliki peran penting bagi pengobatan manusia dan hasil pengkajian dalam artikel ini memiliki prevalensi tinggi maka penggunaan siprofloksasin sebaikny pada hewan ternak hanya digunakan pada pilihan terakhir atau jika pada kasus tertentu yang memang hanya memerlukan siprofloksasin.
- ItemMencit sebagai Model Hewan Percobaan pada Uji Pirogen(Balai Besar Pengujian Mutu dan Sertifikasi Obat Hewan, 2013) Soedijar, Ida Lestari; Nugraha, Eli; Widyarimbi, Dyah; Werdiningsih, Sri; Rachman, BudiUji pirogen adalah salah satu jenis pengujian yang digunakan dalam pengujian obat hewan di BBPMSOH. Uji pirogen digunakan untuk sediaan injeksi obat hewan. Dalam uji pirogen, disyaratakan menggunakan kelinci sebagai hewan percobaan, alan tetapi ketersediaannya menjadi kendala dan juga diperlukan karantina paling sedikit 2 minggu sebelum pengujian untuk menjamin hewan ini bebas dari cacingan, diare, penyakit kulit dan layak digunakan. Karena sulitnya penggunaan kelinci sebagai hewan coba, mencit (mice) strain DDY (Deutschland, Denken and Yoken) merupakan strain mencit yang bisa mencit menjadi pengganti kelinci pada uji pirogen, dimana BBPMSOH memproduksinya dalam skala rutin dan jumlah banyak serta telah terbukti kemurnian dan kepekaannya untuk pengujian obat hewan. Uji pirgen ini merupakan metode modifikasi dari metode yang tercantum didalam FOHI, menggunakan mencit DDY sebanyak 5 ekor sebagai hewan percobaan dengan alat pengukur suhu berupa talking thermometer.
- ItemPengkajian Residu Beberapa Golongan Antibiotika pada Telur Ayam di Beberapa Provinsi di Indonesia(Balai Besar Pengujian Mutu dan Sertifikasi Obat Hewan, 2015) Nurhidayah; Yulianti, Nina Tri; Palupi, Maria Fatima; Ariyani, Novilda; Patriana, Unang; Werdiningsih, Sri; Nugraha, Eli; Sari, Rosana Anita; Ambarwati; Widyarimbi, Dyah; Rusmiati, Emi
- ItemPengkajian Residu Tetrasiklin dalam Organ dan Telur Ayam pada Beberapa Provinsi di Indonesia(Balai Besar Pengujian Mutu dan Sertifikasi Obat Hewan, 2013) Werdiningsih, Sri; Patriana, Unang; Ariyani, Novida; Ambarwati; Nugraha, Eli
- ItemPerbandingan Farmakokinetik Beberapa Sediaan Ampisilin Serbuk(Balai Besar Pengujian Mutu dan Sertifikasi Obat Hewan, 2013) Werdiningsih, Sri; Patriana, Unang; Isriyanthi, Ni Made Ria; Yulianti, Nina Tri; Nugraha, EliAmpisilin merupakan salah satu antibiotik yang cukup banyak diresitrasikan di Kementerian Pertanian, baik dalam bentuk tunggal maupun kombinasi. Tujuan artikel ini untuk mengetahui profil farmakokinetik dari ampisilin yang diberikan secara oral pada ayam broiler. Parameter farmakikinetik menunjukkan reaksi obat dalam tubuh. Sampel obat ampisilin yang diperoleh dari 15 provinsi berjumlah 121 sampel obat. Dari hasil uji seluruh sampel obat tersebut, 12 sampel obat tidak memenuhi persyaratan lulus uji potensi, sedangkan jumlah sampel yang lulus uji potensi sebesar 109 sampel. Dari jumlah tersebut 10 sampel obat hewan digunakan untuk pengujian farmakokinetik. Data dari artikel ini menunjukkan nilai farmakokinetik dengan hasil yang berbeda pada semua sampel ampisilin yang diuji.
- ItemProfil Distribusi Beberapa Sediaan Doksisiklin pada Organ/Jaringan Ayam Broiler(Balai Besar Pengujian Mutu dan Sertifikasi Obat Hewan, 2014) Werdiningsih, Sri; Yulianti, Nina Tri; Nurhidayah; Nugraha, Eli; Patriana, Unang; Sari, Rosana Anita; Widyarimbi, Dyah; Rusmiati, Emi; Isriyanthi, Ni Made Ria
- ItemProfil Farmakokinetik Beberapa Sediaan Antibiotik Doksisiklin pada Ayam Broiler(Balai Besar Pengujian Mutu dan Sertifikasi Obat Hewan, 2014) Yulianti, Nina Tri; Werdiningsih, Sri; Isriyanthi, Ni Made Ria; Patriana, Unang; Nurhidayah; Nugraha, Eli; Sari, Rosana Anita; Rusmiati, Emi; Widiarimbi, Dyah; Palupi, Maria Fatima
- ItemProfil Farmakokinetik Beberapa Sediaan Tilosin pada Ayam Broiler(Balai Besar Pengujian Mutu dan Sertifikasi Obat Hewan, 2013) Werdiningsih, Sri; Patriana, Unang; Ariyani, Novida; Ambarwati; Nugraha, Eli
- ItemValidasi Metode Uji Kadar Sediaan Diklazuril Serbuk Tunggal dengan Pelarut Sodium Asetat Trihidrat dalam Metanol menggunakan Spektrofotometer UV-Vis(Balai Besar Pengujian Mutu dan Sertifikasi Obat Hewan, 2020) Palupi, Maria Fatima; Khomariyah, Siti; Nugraha, Eli; Rusmiati, Emi; Idrishanty, NafisahVBalai Besar Pengujian Mutu dan Sertifikasi Obat Hewan (BBPMSOH) mempunyai tugas antara lain melakukan pengujian mutu obat hewan dan pengembangan metode. Dua tugas ini saling berhubungan satu dengan lainnya. Sebagai laboratorium uji yang mengacu pada ISO 17025:2017 maka metode yang dikembangkan di BBPMSOH harus divalidasi terlebih dahulu seblum digunakan sebagai uji rutin di laboratorium. Salah satu obat hewan yang diuji di Unit Uji farmasetik dan Premiks adalah diklazuril. Diklazulir merupakan antitoksida derivatif benzeneacetonotrile. Diklazuril adalah antioksida yang banyak digunakan pada unggas seperti broiler, aklkun selain itu juga bisa digunakan dalam domba. Menurut Indeks Obat Hewan Indonesia Edisi X tahun 2016 terdaat sepuluh produk obat hewan yang mengandung diklazuril. Tujuan pengkajian ini adalah untuk melakukan validasi metode uji kadar sediaan diklazulir serbuk tunggal dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis dengan pelarut sodium asetat trihidrat dalam metanol. Parameter validasi yang di ujikan adalah presisi, akurasi, linearitas, spesifisitas. Dari hasil pengujian diperoleh metode uji kadar diklazuril dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis dengan pelarut sodium asetat trihidrat dalam metanol memiliki presisi, akurasi, liniearitas dan spesifisitas yang baik. Selain itu metode ini memiliki batas deteksi 0,480 ppm dan batas kuantitasi 1,610 ppm. Metode ini telah divalidasi dan dapat memberikan hasil yang valid untuk uji kadar diklazuril serbuk tunggal dalam kegiatn rutin pengujian obat hewan.