Browsing by Author "Mukhlis"
Now showing 1 - 11 of 11
Results Per Page
Sort Options
- ItemAnalisis Dampak Kredit Usaha Penguatan Ekonomi Masyarakat (KUPEM) Dalam Peningkatan Pendapatan Petani Di Provinsi Jambi(BPTP Jambi, 2003) Mukhlis; Solahuddin, Amar; BPTP JambiPenelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang kelayakan usaha dan dampak Kredit Usaha Penguatan Ekonomi Masyarakat (KUPEM) pada sektor pertanian meliputi usahatani tanaman pangan, peternakan dan perikanan. Penelitian dilaksanakan pada Tahun 2002 dengan mengambil lokasi di semua kabupaten/kota dalam Provinsi Jambi yang mendapatkan alokasi dana KUPEM yang telah dimulai pada Tahun 2000.
- ItemCara Penyiapan Lahan dan Mikroba Tanah dalam Budidaya Pertanian(BPTP Jambi, 2008) Mukhlis; BPTP JambiPenyiapan lahan dengan sistem olah tanah konservasi baik berupa tanpa olah tanah (TOT) maupun olah tanah minimum (OTM) dengan menggunakan herbisida terbukti mampu mengurangi secara nyata hilangnya top soil sekaligus menciptakan iklim mikro yang kondusif bagi pertumbuhan tanaman dan meningkatkan kesuburan tanah serta menghemat tenaga kerja.
- ItemFrom Zero To Hero : Merajut Sinergi Terapkan Inovasi Pertanian dari Aceh hingga Papua(BBP2TP, 2021-01-01) Lesmana, Setia; Mukhlis; Soim, Ahmad; Natastya, Gesha Yuliani; Kementrian PertanianBuku ini menggambarkan hubungan yang harmonis dan sinergis dalam menciptakan pertanian inklusif melalui inovasi teknologi. Pejuang teknologi BPTP bersama pihak-pihak terkait telah berhasil merubah kebisaan usahatani padi dan tanaman pangan lain, petani buah dan sayuran, petani peternak. BPTP sejak awal berdiri hingga hari ini, digambarkan sebagai jembatan, ‘perajut sinergi dalam memajukan petani’ dengan pihak-pihak yang terlibat baik pusat, daerah, swasta hingga kelompok tani. Potret jatuh bangunnya pendampingan teknologi spesiik lokasi tersurat di buku ini. Kreativitas, inovatif, dan kolaboratif, serta kerja ikhlas untuk kemajuan petani menjadi penyemangat dan buah manis para pejuang teknologi di BPTP yang berhasil direkam dalam buku ini. Harapan tim penyusun, semoga buku kumpulan pejuang teknologi BPTP Balitbangtan ini bisa menjadi sumber inspirasi dan pembaca mendapatkan pembelajaran dari sejarah.
- ItemInovasi teknologi pupuk hayati mendukung pengembangan lahan rawa sebagai lumbung pangan(IAARD Press, 2020-12-21) Mukhlis; Balitbangtan
- ItemMIKROBA TANAH(Balittra, 2021) Mukhlis; Lestari, Yuli; Balai Penelitian Pertanian Lahan RawaSelama ini, peningkatan produksi pertanian bertumpu pada penggunaan pupuk kimia. Menurut Kartikawati, et.al., (2017), penggunaan pupuk kimia secara berlebihan dan dilakukan secara terus-menerus dapat mengakibatkan degradasi lahan (baik secara fisik, kimia, dan biologi), pencemaran lingkungan (tanah, air, dan udara), dan dapat meningkatkan emisi gas rumah kaca (GRK). Biofertilizer (pupuk hayati) adalah pupuk berbasis mikroba yang dapat memfasilitasi ketersediaan hara dalam tanah (Hasanudin dan Gonggo, 2004), memperbaiki kondisi fisik, kimia, dan biologi tanah (Kartikawati, et al., 2017), meningkatkan efisiensi pemupukan organik dan anorganik, kesuburan dan kesehatan tanah (Permentan No. 28/ Permentan/SR.130/5/2009) dan produksi tanaman (Kartikawati, et al., 2017). Hasil penelitian Panhwar et al., (2020), bahwa aplikasi kombinasi GML/biochar dengan biofertilizer pada tanah sulfat masam dapat meningkatkan hara P, K, Ca, Mg, pH tanah, populasi mikroba dan menurunkan Al-tertukar dan beberapa jenis mikroba penyusun pupuk hayati adalah penambat N, pelarut P, mikoriza. Selain itu, pupuk hayati juga dapat menekan penyakit tanah (soil born desease) (Thomas dan Singh, 2019).
- ItemPengelolaan Penyakit bercak coklat (cochliobolus miyabeanus) Pada Padi di lahan pasang surut(Balittra, 1996) Mukhlis; Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawapenyakit bercak coklat yang disebabkan olehjamur merupakan salah satu penyakit Luma pada padi di lahan pasang surut, terutama pada lahan bukaan baru. Serangan Fnyakit ini dapat menurunkan produksi padi yang cukup besar dan dalam usus dapat menggagalkan panen. Lahan pasang surut biasanya dikarakterisasikan oleh pH rendah, kadar Al dan Fe Gnggi, dan defisiensi hara. Kadar Fe dalam tanah sangat ditentukan oleh pH tanahdan urjdungan bahan organik yang dapat terdckomposisi. pH rendah dan kandungan bahan qganik tinggi berasosiasi dengan konsentrasi Fe yang tinggi, Dalam keadaan reduksi, ulfat tereduksi menjadi sulfid. Jika Fe bereaksi dengan sulphid, maka akan l'idrogen sulfida dalam tanah yang dapat merusak akar dan mengganggu penyerapan
- ItemPENGELOLAAN TERPADU INOVASI KESUBURAN LAHAN RAWA PASANG SURUT SULFAT MASAM TERDEGRADASI(Balittra, 2021) Mukhlis; Anisa, Wahida; Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa
- ItemPerilaku Petani Dalam Penerapan Teknologi Produksi Tanaman Karet di Provinsi Jambi(BPTP Jambi, 2006) Mukhlis; BPTP JambiPenelitian ini bertujuan untuk melihat perilaku petani dalam penerapan teknologi produksi tanaman karet di Provinsi Jambi, dilaksanakan pada tahun 2002 dengan memilih lokasi pada 6 kabupaten terpilih (dominan tanaman karet) antara lain Kabupaten Bungo, Tebo, Merangin, Sarolangun, Batanghari dan Muaro Jambi masing-masing kabupaten dipilih 2 kecamatan, masing-masing kecamatan 2 desa, dan masing-masing desa 10 orang petani.
- ItemPERSPEKTIF LAHAN RAWA SEBAGAI LUMBUNG PANGAN DUNIA(Balai Pengunjian Standar Instrumen Pertanian Lahan Rawa, 2019) Muhammad Noor; MukhlisPemerintah telah menyusun rencana dan peta jalan (road map) serta rancang bangun (grand design) untuk menjadi Lumbung Pangan Dunia (LPD) pada tahun 2045. Meskipun disadari, target untuk mencapai LPD tersebut akan menemui permasalahan yang cukup kompleks, pemerintah tetap menunjukkan keseriusannya melalui berbagai program seperti UPSUS PAJALE (Upaya Khusus Padi, Jagung dan kedelai); SIWAB (Sapi Indukan Wajib Bunting); SERGAP (Serapan Gabah Petani): ASTAN (Asuransi Petani) untuk peningkatan produksi pangan dan kesejahteraan petani. Lahan rawa adalah salah satu agroekosistem yang maha luas dapat menjadi tumpuan untuk mendukung upaya menjadikan Indonesia sebagai LPD pada tahun 2045. Melalui optimasi lahan rawa akan diperoleh tambahan produksi sekitar 67,54 juta ton gabah/tahun. Dukungan yang diperlukan adalah komitmen yang kuat, baik dari pemerintah pusat maupun daerah, motivasi pelaku terutama petani dan penyuluh di lapangan, gerakan bersama semua pihak terkait, dan implementasi perencanaan sesuai dengan perioritas, langkah, dan tahapan, serta fokus
- ItemSekolah Lapang Petani di Batola, Balittra Sampaikan Teknologi Pembuatan Zat Pengatur Tumbuh dan Eco-Enzym(Balittra, 2022) Mukhlis; Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa
- ItemTEKNOLOGI BIOLEACHING UNTUK MENGURANGI KEMASAMAN TANAH DI LAHAN PASANG SURUT SULFAT MASAM(Balai Pengujian Standar Instrumen Pertanian Lahan Rawa, 2019) Mukhlis; Yuli LestariPotensi dan peluang peningkatan produksi pangan nasional melalui pemanfaatan dan optimalisasi pengelolaan lahan pasang surut sangat besar dan prospektif. Luas lahan pasang surut di Indonesia sekitar 19,90 juta juta ha. Berdasarkan tipologi lahannya diperkirakan seluas 4,23 juta ha merupakan lahan sulfat masam dan sisanya lahan potensial, gambut serta lahan salin. Luasan lahan sulfat masam ini semakin bertambah seiring dengan terjadinya degradasi lahan gambut yang memiliki lapisan bahan sulfidik di bawahnya. Ada beberapa permasalahan yang ditemui di lahan pasang surut sulfat masam dari segi kesuburan tanah yang mengakibatkan produktivitas padi menjadi rendah, yaitu (1) rendahnya pH tanah (pH <4) yang disebabkan asam sulfat yang merupakan hasil oksidasi pirit, (2) tingginya unsur toksik seperti Al, Fe, dan Mn karena rendahnya pH tanah mengakibatkan pelepasan unsur toksik seperti All dan Felt dalam larutan tanah tinggi, (3) rendahnya P tersedia karena terikat oleh unsur toksik dalam bentuk FePO, dan AIPO,, (4) genangan air yang tidak dapat dikendalikan karena dipengaruhi oleh pasang surut air laut, dan (5) kekeringan akibat drainase yang berlebihan. Telah banyak penelitian untuk meningkatkan kualitas tanah sulfat masam agar dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin. Pengelolaan lahan merupakan salah satu faktor terpenting dalam mencapai hasil yang optimal dan berkelanjutan. Oleh karena itu, pengelolaan lahan (tanah) harus diupayakan tanpa menyebabkan kerusakan terhadap lingkungan maupun menurunkan kualitas sumber daya tahan, dan sebaiknya diarahkan pada perbaikan sifat fisika, sifat kimia, dan aktivitas hiologi tanah yang optimum bagi tanaman, Pencucian dengan mikroba (bioleaching) merupakan salah satu cara untuk mengurangi kemasaman tanah di lahan pasang surut sulfat masam. Teknologi ini terbukti mempunyai potensi untuk menyelesaikan masalah dalam pengolahan mineral berkadar logam rendah maupun tinggi. Mikroorganisme yang mempunyai potensi untuk dikembangkan dan memegang peranan penting dalam proses-proses bioleaching adalah Thiobacillus ferrooxidans, Thiobacillus thiooxidans, Leptospirillum ferrooxidans dan dari genus Sulfolobus, yaitu S. acidocaldarius.