Browsing by Author "Hidayah, Ismatul"
Now showing 1 - 16 of 16
Results Per Page
Sort Options
- ItemAdaptasi Beberapa Varietas Unggul Baru Padi Sawah Di Kabupaten Seram Bagian Barat Provinsi Maluku(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2017) Suneth, Risma Fira; Hidayah, Ismatul; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuPeningkatan produktivitas padi dapat diupayakan melalui penggunaan varietas unggul baru. Untuk mencapai hasil yang maksimal dari penggunaan varietas baru diperlukan lingkungan tumbuh yang sesuai agar potensi hasil dan keunggulannya dapat terwujudkan. Tujuan kajian adaptasi beberapa vari etas unggul baru padi sawah di Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB) untuk mendapatkan 1 -2 varietas baru produktivitas tinggi (= 7 t ha-1) dan adaptif terhadap lingkungan spesifik untuk dikembangkan. Pengkajian dilakukan di Kecamatan Kairatu Barat kabupaten Seram Bagian Barat dari bulan Mei hingga September 2014. Percobaan menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan 4 kali ulangan. Perlakuan menggunakan lima varietas padi sawah yang terdiri dari Inpari 21, Inpari 24, Inpari 26, inpari 27 dan inpari 28. Ukuran petak perlakuan (varietas) 10m x 50m sehingga luas ulangan 0,25 ha. Sistem tanam yang digunakan adalah legowo 2:1 dengan jarak tanam 10 x 20 x 40 cm yang diisi 1 -3 batang per lubang. Teknologi lain yang diterapkan adalah komponen dasar dan pilihan yang terdapat dalam model Pengelolaan Tanaman Terpadu padi sawah. Dari hasil kajian menunjukkan bahwa varietas baru inpari 24, inpari 26, inpari 27 dan inpari 28 memberikan hasil tertinggi ( > 7 t ha-1 ) secara berturut – turut adalah 9,55; 7,72; 9,48; dan 9,5 ton GKP ha di atas varietas eksisting Ciherang, mekongga dan cigeulis (4-6 t/ha) sehingga dapat dikembangkan di sekitar wilayah kabupaten Seram Bagian Barat.
- ItemAnalisis Efisiensi Produksi dan Alokasi Penggunaan Input Usahatani Padi Sawah di Kabupaten Seram Bagian Barat(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi)/BBSIP Padi, 2015-08-06) Hidayah, Ismatul; Noto Susanto, AndrikoPenelitian efisiensi produksi dan alokasi penggunaan input usahatani padi sawah telah dilakukan pada lahan sawah irigasi teknis di Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB), Provinsi Maluku. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor produksi yang berpengaruh terhadap produksi dan tingkat skala usahatani, serta efisiensi teknis dan alokasi penggunaan input usahatani padi sawah di Kabupaten SBB, dengan menggunakan regresi linier dari fungsi produksi Cobb-Douglas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat tiga variabel bebas yang berpengaruh nyata terhadap produksi (Y) yaitu curahan tenaga kerja (X6 ), pemupukan Urea (X2 ), dan pemupukan NPK Pelangi (X3 ) dengan nilai elastisitas berturut-turut sebesar 0,55; 0,19; dan 0,11 yang berarti efisiensi teknis usahatani tersebut telah tercapai. Nilai return to scale (RTS) sebesar 0,88 menunjukkan bahwa tingkat kenaikan hasil usahatani padi sawah di Kabupaten SBB cenderung berkurang atau decreasing return to scale (DRS) tetapi masih berada pada daerah produksi rasional. Hasil uji efisiensi alokatif terhadap input usahatani menunjukkan rasio NPMxi /Pxi > 1, artinya efisiensi alokatif usahatani ini belum tercapai
- ItemAnalisis Kelayakan Finansial Teknologi Usahatani Padi Sawah di Desa Woegeren, Kecamatan Mako. Kabupaten Buru Maluku(Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2005) Susanto, Andriko Noto; Hidayah, Ismatul; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuPenelitian yang bertujuan untuk menentukan kelayakan financial teknologi introduksi dan teknologi asli usahatani padi sawah, titik impas tambahan produksi padi dan titik impas harga padi yang telah dilakukan pada petani padi sawah irigasi di desa Waegeren, kecamatan Mako, kabupaten Buru pada tahun 2005. Digunakan metode pemahaman pedesaan secara partisipatif terhadap dua kelompok petani yaitu kooperator dan non-kooperator. Data yang dikumpulkan meliputi data komponen produksi. Hasi penelitian menujukkan bahwa usahatani yang dikelola petani kooperator dengan menerapkan teknologi introduksi mampu memberikan keuntungan yang lebih besar dibanding usahatani yang dikelola petani non-kooperator, dengan nilai R/C masing-masing yaitu 1,71 (petani kooperator), 1,53 (petani non-kooperator minimal), 1,41 (petani non-kooperator maksimal) dan 1,54 (petani non-kooperator rta-rata). Hasil analisis marginal R/C menunjukkan bahwa perubahan komponen teknologi petani yang disesuaikan dengan teknologi introduksi secara financial layak dilakukan karena setiap Rp. 1,00 tambahan biaya yang dikeluarkan oleh masing-masin kelompok petani non-kooperator akibat mengganti komponen teknologi menyebabkan diperolehnya tambahan penerimaan masing-masin sebesar Rp. 1,87 (non-kooperator minimal), Rp 4,68 (non-kooperator maksimal) dan Rp. 2,11 (non-kooperator rata-rata). Usahatani pola introduksi layak diterapkan dengan titik impas tambahan produksi yang harus dicapai untuk masing-masing kelompok petani non-kooperator yaitu 1441,34 kg GKG/ha (minimal) 256,37 kg GKG/ha (maksimal dan 829,99 kg GKG/ha (rata-rata). Dengan tambahan produksi sebesar 2.700 GKG/ha (minimal), 1.200 GKG/ha (maksimal) dan 1,750 GKG/ha (rata-rata) pada petani non-kooperator maka perubahan komponen teknologi tersebut layak dilakukan jika penurunan harga tidak sampai dibawah tititk impas harga yaitu Rp. 1.099,10/kg
- ItemAnalisis Kelayakan Finansial Teknologi Peningkatan Produktivitas Lahan Berbasis Tanaman Pangan pada Lahan Sawah Irigasi di Kabupaten Buru(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2007) Hidayah, Ismatul; Susanto, Andriko Noto; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuPenelitian ini bertujuan untuk menentukan kelayakan finansial teknologi peningkatan produktivitas lahan berbasis tanaman pangan pada lahan sawah irigasi. Kajian pola tanam telah dilakukan pada petani lahan sawah irigasi di desa Waekasar, Kecamatan Mako, Kabupaten Buru pada tahun 2006. Digunakan metode pemahaman pedesaan secara partisipatif terhadap dua kelompok petani yaitu petani non kooperator (pola tanam asli) dan kooperator (pola tanam introduksi). Data yang dikumpulkan meliputi data komponen produksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usahatani dengan pola tanam petani maupun pola tanam introduksi layak secara finansial untuk diusahakan, namun usahatani dengan pola tanam introduksi mampu memberikan keuntungan yang lebih besar dibanding pola tanam asli petani dengan nilai R/C dan keuntungan masing-masing yaitu padi – padi – bero 1,60 keuntungan Rp 5.384.675 (pola tanam petani ), sedangkan pola tanam introduksi yaitu padi – padi – kedelai 1,61 dengan keuntungan Rp 8.921.675, padi – padi – kacang hijau 1,53 dengan keuntungan Rp 7.961.675, padi – kedelai – kedelai 1,57 dengan keuntungan Rp 9.389.175, padi – kedelai – kacang hijau 1,50 dengan keuntungan Rp 8.429.175, padi – kacang hijau – kacang hijau 1,46 dengan keuntungan Rp 8.000.675. Hasil analisis marginal B/C rasio semuanya > 1, menunjukkan bahwa perubahan pola tanam oleh petani sesuai pola tanam introduksi secara finansial layak dilakukan karena dari masing masing pola tanam introduksi mampu memberikan tambahan penerimaan lebih besar dibanding tambahan biaya yang dikeluarkan akibat mengganti pola tanam sesuai pola tanam introduksi dengan nilai mbcr masing masing yaitu padi – padi – kedelai 1,63, padi – padi – kacang hijau 1,42, padi – kedelai – kedelai 1,53, padi – kedelai – kacang hijau 1,38, padi – kacang hijau – kacang hijau 1,31. Model pola tanam introduksi padi – padi – kedelai secara finansial merupakan model usahatani yang mampu memberikan keuntungan terbesar selama satu tahun
- ItemAnalisis Kelayakan Finansial Teknologi Usahatani Kedelai Setelah Padi Sawah di Desa Waekasar, Kecamatan Mako, Kabupaten Buru(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2007) Hidayah, Ismatul; Susanto, Andriko Noto; Sirappa, Marthen P; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuPenelitian ini bertujuan untuk menentukan kelayakan finansial teknologi introduksi usahatani kedelai setelah padi sawah, yang telah dilakukan pada petani kedelai lahan sawah irigasi di Desa Waekasar, kecamatan Mako, kabupaten Buru pada Tahun 2006. Digunakan metode pemahaman pedesaan secara partisipatif terhadap dua kelompok petani yaitu petani kooperator dan non-kooperator. Data yang dikumpulkan meliputi data komponen produksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usahatani petani kooperator dengan menerapkan teknologi introduksi mampu memberikan keuntungan yang lebih besar (Rp 2.557.000) dibandingkan dengan usahatani petani non-kooperator (1.165.000), dengan nilai R/C masing-masing yaitu 1,40 (petani kooperator), 1,33 (petani non-kooperator). Hasil analisis marginal B/C sebesar 1,36 menunjukkan bahwa perubahan komponen teknologi petani yang disesuaikan dengan teknologi introduksi secara finansial layak dilakukan karena setiap Rp 100 tambahan biaya yang dikeluarkan oleh petani kooperator akibat mengganti komponen teknologi menyebabkan tambahan penerimaan sebesar Rp 136. Usahatani pola introduksi layak diterapkan dengan titik impas tambahan produksi yaitu 556,60 kg/ha atau produktivitas minimal yang harus dicapai 1.486,60 kg/ha. Dengan tambahan produksi sebesar 850 kg/ha pada petani kooperator maka perubahan komponen teknologi tersebut layak dilakukan jika penurunan harga tidak sampai dibawah titik impas harga yaitu Rp 3.274,12/kg.
- ItemAnalisis Kelayakan Finansial Usahatani Tanaman Perkebunan Rakyat di Kabupaten Buru(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2007) Hidayah, Ismatul; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuAnalisis kelayakan finansial usahatani tanaman perkebunan dilakukan di Kabupaten Buru tahun 2005 dengan metode survei berstruktur. Indikator kelayakan yang digunakan Pendapatan bersih atau keuntungan, rasio pendapatan dengan biaya (B/C), Periode pengembalian (Pay Back Period), Net Present Value (NPV) dan Internal Rate of Return atau IRR. Hasil analisis kelayakan ekonomi menunjukkan bahwa pada tingkat DF 15 persen, dalam waktu 15 tahun usahatani tanaman perkebunan rakyat layak atau menguntungkan dengan nilai NPV masing masing yaitu kelapa Rp 1.095.316,80. dengan tingkat IRR 17 persen, jambu mete Rp 1.912.230 dengan tingkat IRR 19,20 persen, pala Rp 5.612.558,50 dengan tingkat IRR 22,10 persen, cengkeh Rp 9.846.800,60 dengan tingkat IRR 29 persen, kakao Rp 8.136.000 dengan tingkat IRR 25 persen, kopi Rp 8.126.510 dengan tingkat IRR 27 persen, sedangkan nilai net B/C > 0 pada semua komoditas perkebunan (layak secara ekonomi), artinya selama 15 tahun usaha perbandingan antara keuntungan bersih dengan biaya yang dikeluarkan untuk masing masing komoditas yaitu kelapa 1,19, jambu mete 1,34, pala 1,74, cengkeh 2,67, kakao 1,89, kopi 2,10. Tanpa memperhatikan tingkat bunga (bunga modal), jangka waktu pengembalian modal usahatani tanaman perkebunan untuk masing masing komoditas yaitu kelapa 8 tahun 7 bulan, jambu mete 7 tahun 1 bulan, pala 8 tahun 9 bulan, cengkeh 6 tahun 9 bulan, kakao 6 tahun 1 bulan,opi 5 tahun 6 bulan.
- ItemAnalisis Parsial Perubahan Komponen Teknologi Usahatani Padi Sawah Pendekatan PTT (Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu) Berdasarkan Tingkat Efisiensi Teknis di Kabupaten Buru Provinsi Maluku(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi)/BBSIP Padi, 2015-08-06) Hidayah, IsmatulPenelitian ini bertujuan untuk (1) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dan menganalisis tingkat efisiensi teknis usahatani padi sawah pendekatan PTT dan (2) menganalisis secara parsial perubahan komponen teknologi PTT berdasarkan manajemen usahatani terbaik (tingkat efisiensi tertinggi) di Kecamatan Waeyapo, Kabupaten Buru, Provinsi Maluku. Dengan menggunakan fungsi produksi frontir stokastik, hasil penelitian menunjukkan faktor produksi yang berpengaruh secara statistik terhadap produktivitas padi sawah adalah pupuk N, pupuk K, curahan tenaga kerja dan pupuk organik, sedangkan benih, pupuk P, pestisida dan herbisida tidak berpengaruh nyata terhadap produktivitas padi sawah. Pendugaan parameter Gamma (g) diperoleh nilai 0,933 dan secara statistik nyata pada α=1 persen, hal ini menunjukkan bahwa variasi dari random error lebih dominan disebabkan oleh inefisiensi teknis yaitu sebesar 93,3 persen, artinya perbedaan antara produksi sesungguhnya dari petani dan kemungkinan produksi maksimum lebih disebabkan karena faktor inefisiensi teknis dan sisanya disebabkan oleh faktor-faktor stokastik seperti pengaruh iklim, cuaca, serangan hama penyakit serta kesalahan permodelan. Rata-rata tingkat efisiensi teknis (ET) petani di daerah penelitian adalah 0,855 dengan kisaran 0,504 sampai 0,977. Manajemen usahatani padi sawah aktual terbaik oleh petani mengacu pada inovasi teknologi pendekatan PTT dengan pilihan tiga sistem tanam (tanam pindah/bibit, tanam benih langsung dengan jarak tanam, tanam benih langsung sebar). Indeks marginal B/C akibat perubahan komponen teknologi sesuai manajemen aktual terbaik untuk masing-masing sistem tanam yaitu 2,62 (tanam benih sebar), 1,98 (tanam pindah/bibit) dan 3,07 (tanam benih langsung dengan jarak tanam).
- ItemAnalisis Perhitungan Kebutuhan Pangan Pokok Penduduk Dalam Upaya Swasembada Pangan di Kabupaten Maluku Tenggara(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2007) Hidayah, Ismatul; Bustaman, Sjahrul; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuPenelitian ini dilakukan untuk menghitung kebutuhan pangan pokok penduduk Kabupaten kepulauan Maluku Tenggara dengan tujuan swasembada, dengan skenario swasembada pangan pokok dicapai pada tahun 2010 melalui ekstensifikasi dan intensifikasi. Dari hasil perhitungan diperoleh kebutuhan pangan pokok penduduk Kabupaten Maluku Tenggara untuk masing masing Komoditas yaitu 10.138,67 ton beras, 1.490,98 ton jagung, 26.506,34 ton ubi kayu, 3.699,84 ton umbi-umbian. Untuk mencukupi kebutuhan tersebut diperlukan tambahan luas panen untuk masing masing komoditas yaitu padi gogo 7.570,81 ha, jagung 63,49 ha, ubikayu 168,86 ha, ubi ubian 199,98 ha. Alternatif kebijakan yang dilakukan yaitu penambahan luas panen dan peningkatan produktivitas padi gogo sebesar 1.177 ha dan 4 ton/ha, Meningkatkan produktivitas ubikayu sebesar 23 ton/ha, jagung 5 ton/ha dan ubu ubian 16 ton/ha, dengan skenario komposisi pangan pokok dirubah menjadi beras 11,37%, ubikayu 72,19%, jagung 10,29% dan ubi ubian 6,16%.
- ItemAnalisis Prioritas Pengembangan Dan Identifikasi Kebutuhan Teknologi Spesifik Lokasi Komoditas Unggulan Subsektor Peternakan Di Provinsi Maluku(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2017) Hidayah, Ismatul; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuPengkajian Analisis Prioritas Pengembangan dan Identifikasi Kebutuhan Teknologi Spesifik Lokasi KomoditasUnggulan Peternakan di Provinsi Maluku telah dilakukan, kegiatan bertujuan menginventarisasi dan/atauidentifikasi komoditas unggulan daerah dan teknologi pertanian yang dibutuhkan pada subsector peternakandi provinsi Maluku. Pendekatan metode yang digunakan yaitu analisis LQ, analisis prioritas pengembangan danFocus Group Discustion (FGD). Hasil penelitian yaitu komoditas unggulan dan prioritas pengembangankomoditas ternak ruminansia di propinsi Maluku yaitu sapi, kambing, domba dan babi, sedangkan komoditas ternak unggas yaitu itik. Sentra pengembangan ternak sapi yaitu kabupaten Maluku Tengah, Buru, SBB danSBT. Sentra pengembangan ternak babi di Ambon, Maluku Tenggara, Maluku Tenggara Barat dan KepulauanAru. Sentra pengembangan ternak kambing di kabupaten Tual dan Buru Selatan, sedangkan sentrapengembangan domba di kabupaten Maluku Barat Daya. Komoditas unggulan ternak unggas yaitu itik dikabupaten Buru. Prioritas kebutuhan teknologi spesifik lokasi untuk pengembangan komoditas ternak yaituSapi (Teknologi pengolahan pakan dari jerami padi , Teknologi IB, Teknologi pengolahan pupuk organik padatdan cair), Kambing (teknologi penanganan penyakit kembung dan diare, teknologi pemeliharaan secaraintensif, teknologi pengolahan pakan ternak kambing), Babi (ketersediaan vaksin setiap saat, Teknologipemeliharaan secara intensif), Itik (Teknologi mesin tetas sederhana, teknologi pemanfaatan pakan dari limbah alami lokal, teknologi pemeliharaan intensif).
- ItemIDENTIFIKASI KEBUTUHAN TEKNOLOGI SPESIFIK LOKASI KOMODITAS UNGGULAN TANAMAN PERKEBUNAN DI PROVINSI MALUKU ANALISIS DAN PRIORITAS PENGEMBANGANNYA(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2018) Hidayah, Ismatul; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua BaratPenelitian Identifikasi Kebutuhan Teknologi Spesifik Lokasi Komoditas Unggulan Tanaman Perkebunan dan Analisis Prioritas Pengembangannya di Provinsi Maluku telah dilakukan, penelitian bertujuan menginventarisasi dan/atau identifikasi komoditas unggulan daerah dan teknologi pertanian yang dibutuhkan pada subsektor tanaman perkebunan di provinsi Maluku. Pendekatan metode yang digunakan yaitu analisis LQ, analisis prioritas pengembangan dan Focus Group Discustion (FGD). Hasil penelitian yaitu komoditas unggulan dan prioritas pengembangan tanaman perkebunan di propinsi Maluku yaitu kelapa, cengkeh, pala dan kakao. Sentra pengembangan komoditas kelapa berada di kabupaten Maluku Tenggara, MTB, MBD, Tual dan Kepulauan Aru, komoditas cengkeh di kabupaten Buru Selatan, komoditas Pala di kabupaten Maluku Tengah dan Seram Bagian Timur, sedangkan sentra pengembangan komoditas Kakao di kabupaten Buru dan Seram Bagian Barat. Prioritas kebutuhan teknologi spesifik lokasi untuk pengembangan komoditas perkebunan yaitu 1) kakao, teknologi pengendalian hama PBK dan teknologi pasca panen pemanfaatan limbah buah dan kulit kakao, 2) pala, teknologi pengendalian dan penanganan hama penggerek batang pada pala, 3) cengkeh, teknologi pengeringan biji cengkeh, 4) kelapa, teknologi pengeringan kopra.
- ItemKarakterisasi Fenotipik Dan Uji Proksimat Jagung Pulut Dan Jagung Tepung Lokal Asal Sulawesi Selatan(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2017) Hanifa, Arini Putri; Hidayah, Ismatul; ; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuKegiatan ini bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai karakter fenotipik dan analisis proksimat 2 aksesi jagung lokal Sulawesi Selatan, yaitu jagung pulut dari Kab. Barru dan jagung tepung dari Kab. Jeneponto. Kedua aksesi jagung tersebut merupakan hasil eksplorasi Sumber Daya Genetik (SDG) Sulawesi Selatan tahun 2013-2014 yang dikonservasi di Kebun Percobaan Gowa. Setiap aksesi ditanam pada petak seluas 20x10 m. Jarak tanam 70x20 cm dengan pemupukan urea 250 kg/h + phonska 300 kg/h. Pemupukan urea diberikan dua kali. Hasil karakterisasi menunjukkan bahwa secara fenotipik, jagung biasa/tepung berhabitus lebih tinggi (157,6 cm) daripada jagung pulut (157,6 cm). Jagung pulut memiliki ketinggian tongkol 27,2 cm, sementara jagung tepung memiliki ketinggian tongkol 49,6 cm. Jumlah daun di atas tongkol pada jagung pulut dan jagung tepung sebanyak 6,2 dan 5,4. Panjang daun pada jagung pulut lebih pendek (90,3 cm) dibandingkan panjang daun jagung tepung (97,7 cm). Tangkai malai pada jagung pulut lebih pendek (18,9 cm) daripada tangkai malai jagung tepung (36 cm). Bobot 1000 butir pada jagung pulut 370 g, lebih berat daripada jagung tepung (284 g). Berdasarkan hasil uji proksimat biji jagung, pada aksesi jagung ketan lokal asal Kabupaten Barru, terdiri dari 1,61% abu, 7,65% protein kasar, 6,35% serat kasar dan 5,01% lemak. Sementara itu, pada jagung tepung Jeneponto diperoleh 1,93% kadar abu; 7,11% protein kasar, 3,42%, dan 2,49% lemak.
- ItemKarakterisasi Tiga Aksesi Plasma Nutfah Kacang Tunggak Asal Jeneponto Sulawesi Selatan(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2017) Hanifa, Arini Putri; Maintang; Hidayah, Ismatul; ; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuEksplorasi sumber daya genetik di Jeneponto Sulawesi Selatan mendapati tiga aksesi kacang tunggak yaitu kacang tunggak dengan biji berwarna merah, putih dan hitam di Desa Langkura, Desa Paitana, Desa Bonto Matene dan Desa Bonto Lebang Kecamatan Turatea serta di Desa Tolo Utara Kecamatan Kelara. Hasil eksplorasi tanaman kemudian direjuvinasi/dikoleksi untuk selanjutnya dikarakterisasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengkarakterisasi 3 aksesi kacang tunggak asal Kabupaten Jeneponto yang ditanam di Kebun Percobaan Gowa. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan karakter agronomis terutama pada pigmentasi batang tanaman: kacang tunggak merah berpigmentasi sedang, demikian halnya kacang tunggak putih berpigmentasi sedang pada buku batang, sementara kacang tunggak hitam tidak berpigmentasi. Pigmentasi polong muda yang solid Nampak pada kacang tunggak merah. Lokul biji kacang tunggak merah paling banyak (15) dibandingkan kacang tunggak biji hitam (13) putih (13,3) , berat 100 biji paling ringan hitam (18g), putih (23,2 g), merah(26 g)
- ItemModel Rancang Bangun Laboratorium Agribisnis Prima Tani Agroekosistem Lahan Sawah Intensif di Kabupaten Buru(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2007) Hidayah, Ismatul; Malawat, Saleh; Van Room, Maryke Jolanda; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuPenelitian ini bertujuan mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan pengembangan agribisnis usahatani lahan sawah intensif serta membuat model rancang bangun laboratorium agribisnis dan jenis inovasi yang akan dilakukan. Permasalahan usahatani lahan sawah intensif antara lain tidak tersedianya bibit unggul padi dilokasi, terbatasnya tenaga kerja, penggunaan pupuk berimbang yang masih rendah, berkurangnya debit air pada musim kemarau, banyaknya populasi ternak namun belum dikandangkan, belum dimanfaatkannya limbah padi, kelembagaan kelompok tani belum aktif. Alternatif model usahatani terpadu di desa Waenetat kecamatan Waeapo, kabupaten Buru yang ditawarkan adalah melalui pendekatan usahatani terpadu Model Crops Livestock System (CLS) yaitu integrasi antara tanaman dan ternak seperti padi dan sapi potong. Inovasi teknologi yang dianjurkan antara lain teknologi perbenían dengan menggunakan benih berlabel (dibentuk kelompok penangkar), teknologi pemupukan secara organik dan berimbang, teknologi pembuatan bokasih dari jerami padi, penanaman palawija kedelai pada MK2 dengan teknologi model PTT, teknologi pemeliharaan dan perkandangan sapi secara intensif, teknologi pengolahan kompos kotoran sapi sebagai pupuk organik, Teknologi pengolahan jerami padi fermentasi untuk pakan ternak sapi.
- ItemPotensi Hasil Varietas Unggul Padi Sawah pada Lokasi Prima Tani di Kabupaten Buru(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2007) Sirappa, Marthen P; Matitaputty, Procula R; Hidayah, Ismatul; Tolla, Yacob; Kaihatu, Sheny S; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuPeran inovasi teknologi sangat besar dalam usaha meningkatkan produktivitas padi. Salah satu inovasi teknologi yang memberikan kontribusi cukup dominan terhadap peningkatan produksi padi adalah varietas. Komponen teknologi PTT padi sawah antara lain adalah penggunaan varietas unggul baru, penggunaan bibit muda, irigasi berkala, pemakaian pupuk secara berimbang, dan penggunaan bahan organik. Prima Tani (Program Rintisan Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian) yaitu suatu model atau konsep baru deseminasi teknologi yang dipandang dapat mempercepat penyampaian informasi dan bahan dasar inovasi baru. Tujuannya adalah untuk mempercepat waktu, peningkatatan kadar, dan memperluas prevalensi adopsi teknologi inovatif yang dihasilkan serta untuk memperoleh umpan balik mengenai karakteristik teknologi tepat guna, spesifik pengguna dan lokasi yang merupakan informasi esensi dalam rangka mewujudkan penelitian dan pengembangan berorientasi kebutuhan pengguna. Dalam tulisan ini akan dibahas potensi hasil beberapa varietas padi sawah, yang dilakukan di daratan Waeapo kabupaten Buru. Metode statistik yang digunakan adalah metode secara diskriptif.
- ItemPRIORITAS PENGEMBANGAN DAN IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TEKNOLOGI SPESIFIK LOKASI KOMODITAS UNGGULAN TANAMAN PANGAN DI PROVINSI MALUKU(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2018) Hidayah, Ismatul; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua BaratPengkajian Analisis Prioritas Pengembangan dan Identifikasi Kebutuhan Teknologi Spesifik Lokasi Komoditas Unggulan Tanaman Pangan di Provinsi Maluku telah dilakukan, kegiatan bertujuan menginventarisasi dan/atau identifikasi komoditas unggulan daerah dan teknologi pertanian yang dibutuhkan pada subsector tanaman pangan di provinsi Maluku. Pendekatan metode yang digunakan yaitu analisis LQ, analisis prioritas pengembangan dan Focus Group Discustion (FGD). Hasil penelitian yaitu komoditas unggulan dan prioritas pengembangan tanaman pangan di propinsi Maluku yaitu padi sawah, padi ladang, jagung dan ketela pohon dengan sentra pengembangan padi sawah berada di kabupaten Maluku Tengah, Buru dan SBT, sedang sentra padi ladang di kabupaten Maluku tenggara dan MTB, sentra pengembangan jagung ada di kabupaten MBD sedangkan sentra pengembangan ketela pohon ada di kabupaten Ambon, Tual, Buru Selatan, SBB dan Kepulauan Aru. Prioritas kebutuhan teknologi spesifik lokasi untuk pengembangan komoditas pangan untuk padi sawah (Mekanisasi alat tanam jarwo), padi ladang (VUB padi gogo dan RMU mini disetiap lokasi), jagung (Teknologi pengairan/embung untuk mengatasi keterbatasan ketersediaan air pada musim kemarau), Ubi kayu (Alat pengepress hasil parutan ubi kayu). Kebijakan pengembangan komoditas unggulan pangan dalam upaya mendukung swasembada lebih diarahkan ke komoditas padi sawah dengan sentra pengembangan 4 Kabupaten yaitu Buru, SBB, Maluku Tengah dan SBT. Komoditas pangan lokal sebagai pendukung yaitu ubi kayu (SBB, Maluku Tenggara).
- ItemStrategi Pemberdayaan Perempuan Tani-Nelayan dalam Pembangunan Pertanian di Maluku(Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2005) Hidayah, Ismatul; Nurdin, Maryam; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuTingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) dapat menunjukan besarnya keterlibatan penduduk dalam kegiatan produktif. Di provinsi Maluku sector pertanian merupakan sector yang paling banyak melibatkan tenaga keja petani dan keluarganya. Salah satu unsure keluarga adalah perempuan, baik sebagai istri maupun sebagai perempuan yang menjadi kepala keluarga. Perempuan sebagai kepala keluarga tersebut bertindak sebagai pengelola usahatani dan pencari nafkah utama dalam keluarga. Oleh karena itu sumber daya manusia perempuan harus diberdayakan terutama dalam menghadapi persaingan global untuk produk-produk pertanian yang mereka hasilkan. Beberapa rekomendasi dalam upaya pemberdayaan perempuan tani-nelayan: 1) Pengembangan kelembagaan bernuansa jender, 2) tersedianya tenaga=tenaga pelaksana (termasuk penyuluh sebagai tenaga pendamping), 3) Penyediaan tenaga-tenaga pelaksana perlu dirancang secara cermat, 4) Peningkatan kualitas sumberdaya manusia (khususnya perempuan tani-nelayan), 5) Penyediaan permodalan bagi pengembangan usaha-usaha mikro yang dijalankan oleh perempuan merupakan aspek yang perlu mendapatkan perhatian, 6) Fasilitasi dari pemerintah daerah, 7) Akses informasi, 8) Ditetapkan kebijaka-kebijakan yang membangun iklim kondusif bagi berkembangnya kapasitas kelompok maupun usaha-usaha mikro mereka