Browsing by Author "Hendrawati, Ferra"
Now showing 1 - 18 of 18
Results Per Page
Sort Options
- ItemAntiviral resistance of HPAI-H5N1 virus isolated from poultry in Sulawesi, 2017-2018(2021-07) Mutisari, Dewi; Muflihanah; Ratna; Supri; Suanti; Hendrawati, FerraAvian Influenza (AI) is an infectious disease caused by the influenza type A virus. The highly pathogenic AI (HPAI) H5N1 outbreak in Indonesia has occurred since 2003 until now. Education, biosecurity, vaccination, elimination, diagnostic, and surveillance are strategy to prevent and control AI virus (AIV) infection. Providing antiviral drug can be used as an alternative to control AIV in poultry, but it will be limited if resistance occurs. This study aims to determine the resistance to neuraminidase inhibitors (NAIs) (oseltamivir) and M2 ion channel inhibitors (amantadine) of HPAI H5N1 virus isolated from poultry in Sulawesi during 2017- 2018. This research was conducted by whole-genome sequencing (WGS) with the next generation sequencing (NGS) (Illumina) technique on 5 poultry virus isolates. Molecular analysis was performed by multiple alignments and amino acid prediction using the MEGA X program. Antiviral resistance of oseltamivir and amantadine was assessed based on analysis of NA and M2 proteins compared to reference isolates from Sulawesi in NCBI. Based on the NA protein analysis, no mutations were found at positions 119, 275, 293, and 295, indicating that all the samples and reference isolates from Sulawesi are still sensitive to oseltamivir. Whereas at positions 26, 27, 30, 31, and 34 of M2 protein, there was a V27I mutation in Sulawesi reference isolate in 2016 and the combination of V27A and S31N mutations in 2 research isolates in 2018, which indicate possible resistance to amantadine. In conclusion, there is amantadine resistance of HPAI-H5N1 virus isolated from poultry in Sulawesi, 2018
- ItemBuletin Veteriner Farma Volume XIII Nomor 1 Tahun 2016(Pusat Veteriner Farma, 2016) Intan Cahyani, Jossie; Supriyanto; Dyah K., Murtining; Triyati, Ning Umi; Hanifah, Siti; Estikoma, Dyah; Hendrawati, Ferra; Jamilah; Soekarno; Rochmah, Anieka; Daulay, Rosmalina Sari Dewi; Yulia, Ernawati; ; Pusat Veteriner Farma
- ItemIdentifikasi Virus Reassortant H5N1 Clade 2.3.2.1C dari Outbreak Highly Pathogenic Avian Influenza pada Unggas di Indonesia Tahun 2015-2016(Direktorat Kesehatan Hewan, 2018) Wibawa, Hendra; Dharmawan, Rama; Mulyawan, Herdiyanto; Mahawan, Trian; Srihanto, Eko A; Miswati, Yuli; Hutagaol, Nensy M; Riyadi, Arif; Hartawan, Dinar H.W.; Hendrawati, Ferra; Deswarni; Zenal, Farida C; Hartaningsih, Nining; Poermadjaja, BagoesSalah satu sifat virus avian influenza (AI), termasuk virus dari kelompok ganas atau highly pathogenic AI (HPAI) subtipe H5N1, adalah kemampuan untuk terus berubah melalui mekanisme mutasi (mutation) dan persilangan/reasorsi (reassortment) genetik. Penelitian ini bertujuan untuk mengkharakterisasi virus-virus H5N1 terkini dengan pendekatan whole genome sequencing dan analisis bioinformatika virus AI. Teknik Next Generation Sequncing (NGS) digunakan untuk sekuensing sampel-sampel yang dikoleksi oleh Balai Besar Veteriner/Balai Veteriner di seluruh Indoesia dari kasus kematian unggas yang meningkat dari Desember 2015-April 2016. Hasil sekuens penuh (full-length) genom virus AI (terdiri dari 8 segmen: PB2, PB1, PA, HA, NP, NA, MP, NS) diblast dalam database genom influenza di Genbank, dilanjutkan analisa filogenetik, dan kharakterisasi asam-asam amino yang berperan dalam patogenesis virus HPAI. Hasil studi menunjukkan bahwa reassorsi genetik teridentifikasi pada beberapa segmen gen internal (PB2, M dan NS) dari virus H5N1 yang saat ini dominan ditemukan pada unggas di Indonesia (clade 2.3.2.1) dengan virus H5N1 yang dideteksi sebelumya (clade 2.1.3.2). Selain itu juga terdeteksi adanya virus-virus reassortant HPAI H5N1 Clade 2.3.2.1 yang memiliki segmen gen internal PB2 yang diduga berasal dari virus low pathogenic AI (LPAI). Hasil ini mengindikasikan adanya sirkulasi bersama beberapa virus AI dari jenis clade dan subtipe yang berbeda-beda sebelum terjadi peningkatan outbreak HPAI pada awal 2016, yang berdampak terjadinya infeksi campuran (co-infection) pada satu spesies inang sehingga menghasilkan virus-virus reassortant. Surveilans pada aras molekuler sangat dibutuhkan untuk terus memonitor perkembangan evolusi virus AI di Indonesia
- ItemInduksi Sistem Kekebalan Seluler Khas Rabies dengan Vaksin Rabies Peroral dan Perinjeksi pada Anjing KamPung(Balai Besar Veteriner Maros, 2012) Faizah; Putra, Anak Agung Gde; Yudianingtyas, Dini Wahyu; Hendrawati, Ferra; Ratna; Suanti; Perpustakaan Balai Besar Veteriner MarosPenyakit rabies merupakan penyakit zoonosis dan bersifat fatal pada hewan berdarah panas termasuk manusia. pengenalan pengunaan vaksin oral di Indonesia diharapkan dapat meningkatkan cakupan vaksinasi. Penelitian pada tingkat laboiatorium telah dilakukan mengenai tantang uji keamanan, efikasi, kemampuan memakan umpan dan mengunyah vaksin, titer antibodi humoral, dan cell medioted imnunity dalam hal ini produksi sitokin berupa interferon gamma dan interleukin-2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran respon kekebalan ssluler (IFN-ƴ dan IL-2) pada anjing yang telah divaksin dengan vaksin oral SAG2 dan vaksin parenteral Rabisin dan Rabivet Supra 92. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kekebalan seluler (interleukin-2 dan interferon gamma) hasil induksi dari vaksin oral SAG2 pada anjing lokal tidak berbeda nyata dengan vaksin parenteral Rabisin dan Rabivet Supra 92.
- ItemInvestigasi Kasus Kematian Rusa di Kabupaten Jeneponto dan Identifikasi Faktor Resiko yang Mempengaruhinya(Balai Besar Veteriner Maros, 2014) Zakariya, Faizal; Supri; Hendrawati, Ferra; Suardi; Liany; Perpustakaan Balai Besar Veteriner MarosLaporan investigasi kasus kematian rusa di Kabupaten Jeneponto, diawali dari permohonan investigasi dari Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Propinsi Sulawesi Selatan, yang menjelaskan bahwa telah terjadi kematian satu ekor rusa jantan milik H. M. Yusuf Gau pada tanggal 19 Agustus 2014, dengan gejala klinis keluarnya darah dari lubang hidung dan anus. Tujuan investigasi BBV Maros dilakukan untuk mengidentifikasi faktor penyebab kausatif dan faktor resiko yang mempengaruhinya serta memberikan saran dalam pengendalian dan pencegahannya. Berdasarkan pengamatan lapang, rusa dipelihara secara ekstensif mixing spesies dengan anoa, domba dan kambing pada padang savana seluas 4 hektar persegi dengan pagar tembok setinggi 2,5 m2, dengan populasi awal rusa sebesar 70 ekor. Kematian rusa terjadi sejak 1 hingga 20 agustus 2014, dengan tingkat kematian rata rata per hari 2%, dan kematian kumulatif sebesar 9%. Pemberian pakan hanya berupa daun jagung dan air minum berupa air kolam tanpa perlakuan. Pengamatan lapang menunjukkan rata rata rusa tampak kurus, bulu kusam dan berdiri. Pengambilan sampel dilakukan pada rusa dengan gejala klinis diare profus berdarah dan hidung berdarah, berupa swab nasal, swab anus, ulas darah, feses dan serum. Perlakuan yang diberikan berupa pemberian multivitamin dan antibiotika tetracycline secara intra muskuler. Diagnosa kausatif menunjukkan bahwa penyebab kematian rusa adalah infestasi parasit darah Babesia sp dan Theileria sp. Tindakan pengendalian dan pencegahan yang dapat dilakukan adalah pengobatan intra musculer dengan tetracycline, dan multivitamin pada hewan yang di duga terserang, melakukan perbaikan sistem nutrisi dan teknik pemeliharaan satwa liar terutama menghindari sistem pemeliharaan ekstensif mixing species serta monitoring kesehatan safwa secara berkala.
- ItemInvestigasi Kasus Rabies di Kabupaten Kolaka Utara, Sulawesi Tenggara pada Februari 2019(Direktorat Kesehatan Hewan, 2019) Putra, Hamdu Hamjaya; Siswani; Hendrawati, Ferra; FaisalPeningkatan kejadian gigitan hewan penular rabies (HPR) di wilayah Kabupaten Kolaka Utara, Sulawesi Tenggara dilaporkan pada tanggal 4 Februari 2019. Rabies merupakan penyakit zoonosis berbahayayang menular melalui gigitan HPR dan menyebabkan kematian pada manusia. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dilapangan diperoleh informasi bahwa kasus gigitan dimulai pada awal bulan Februari 2019, di Desa Lowalatu, Kecamatan Ngapa. Tim investigasi Balai Besar Veteriner Maros bekerja sama dengan Dinas Perkebunan dan Peternakan, Karantina dan Dinas Kesehatan Kabupaten Kolaka Utara melakukan penelusuran kasus dan pencarian kasus aktif. Terdapat laporan 25 kasus gigitan HPR dari awal Januari hingga 16 Februari 2019. Kegiatan investigasi wabah ini bertujuan mengidentifi kasi rute transmisi kasus rabies, faktor risiko yang berperan dalam penyebaran penyakit dan pemberian saran tindakan pengendalian wabah. Kegiatan ini didapatkan sampel otak sebanyak 2 spesimen dan serum 5 spesimen dari HPR di sekitar lokasi kasus gigitan. Hasil pengujian terhadap sampel di laboratorium Virologi BBVet Maros didapatkan hasil positif rabies dari spesimen otak dengan metode fl uorescent antibody technique (FAT) dan seronegatif terhadap serum dengan uji enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA). Tindakan pengendalian wabah di Kolaka Utara sudah dilakukan diantaranya eliminasi anjing liar, vaksinasi darurat di daerah kasus, serta sosisalisasi kepada warga masyarakat. Rekomendasi saran yang dapat diberikan yaitu peningkatan kerja sama lintas sektoral berupa komunikasi, informasi, edukasi (KIE) tentang bahaya penyakit rabies, pengawasan lalu lintas HPR dari dan ke wilayah wabah, serta pelaporan cepat apabila ada kasus gigitan HPR di lapangan.
- ItemKasus Kematian Ayam Petelur terduga Avian Influenza di Desa Bulo, Kecamatan Panca Rijang, Kabupaten Sidenreng Rappang pada Februari 2020(Direktorat Kesehatan Hewan, 2020) Putra, Hamdu Hamjaya; Purnomowati, Emy; Hendrawati, Ferra; Fatie, Yuliana; Ratna; Direktorat Kesehatan HewanKasus kematian ayam petelur terduga Avian Influenza (AI) di Kabupaten Sidenreng Rappang dilaporkan meningkat sejak Februari 2020. Kasus tersebut disertai penurunan produksi telur sampai 60% dan menjadi perhatian bagi peternak dan pemerintah daerah Investigasi kasus dilakukan bertujuan untuk identifikasi penyabab kematian pada ayam petelur di Kecamatan Panca Rijang dalam upaya pencegahan dan pengendalian wabah. Penelusuran kasus dengan wawancara dan pengambilan sampel dilakukan pada tiga peternakan di Desa Bulo, satu peternakan di Desa Bulo Wattang dan Desa Cipotakari, Kecamatan Panca Rijang, berdasarkan laporan kepada Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Sidenreng Rappang. Sampel berupa serum, swab dan organ diambil dari ayam yang sakit dalam satu kelompok kandang. Pemeriksaan laboratorium terhadap sampel berupa uji isolasi, haemaglutination inhibition (HI) dan uji polymerase chain reaction (PCR) kemudian dilakukan analisa secara deskriptif. Hasil penelusuran ditemukan adanya kematian disertai penurunan produksi pada lima peternakan. Sampel yang didapat yaitu serum 53 spesimen, swab oropharing 53 spesimen, swab lingkungan 1 pool, organ 1 pool dalam media transport dan formalin. Hasil pengujian laboratorium terkonfirmasi positif AI subtipe H5N1 clade 2.1.3 dan 2.3.2 terhadap empat peternakan serta satu peternakan positif Newcastle Disease (ND). Hasil perhitungan titer antibodi dari sampel serum ditemukan seropositif pada ayam yang divaksin dan seronegatif pada ayam yang mengalami kasus. Rute penularan penyakit berasal dari bangkai yang dibuang ke sungai maupun peralatan kandang yang terkontaminasi virus menyebar ke peternakan lain melalui burung liar, vektor lalat dan petugas kandang. Faktor risiko terjadinya kasus diantaranya biosekuriti yang buruk, tidak ada program vaksinasi rutin, kepadatan populasi ayam, dan kurangnya kebersihan kandang. Tindakan pengendalian kasus di Kecamatan Panca Rijang sudah dilakukan diantaranya eliminasi unggas sakit, vaksinasi ayam sehat sekitar lokasi kasus, serta sosisalisasi penanganan bangkai kepada masyarakat. Rekomendasi saran yang dapat diberikan yaitu peningkatan kerja sama lintas sektoral berupa komunikasi, informasi, edukasi (KIE) tentang penanganan dan pengendalian, pengawasan lalu lintas ternak dari dan ke wilayah kasus, serta pelaporan cepat perkembangan kasus di lapangan.
- ItemKasus Pertama Low Pathogenic Avian Influenza Subtipe H9N2 pada Peternakan Ayam Petelur di Kabupaten Sidrap, Sulawesi Selatan Indonesia(Balai Besar Veteriner Maros, 2017) Muflihanah; Andesfha, , Ernes; Wibawa, Hendra; Zenal, Farida Camallia; Hendrawati, Ferra; Siswani; Wahyuni; Kartini, Dina; Rahayuningtyas, Irma; Hadi, Sulaxono; Mukartini, Sri; Poermadjaja, Bagoes; Rasa, Fadjar Sumping Tjatur; RamlanLow pathogenic avian influenza subtiype H9N2 virus pertama kali didiagnosa pada peternakan ayam layer di Kabupaten Sidrap Propinsi Sulawesi Selatan Indonesia pada Desember 2016 dengan gejala klinis berupa gangguan pada saluran pernafasan yang ditandai dengan muka bengkak, sesak nafas, discharge dari hidung, kurang nafsu makan dan feses berwarna kehijauan. Kejadian penyakit terjadi dalam kurun waktu 3 – 14 hari dengan tingkat mortalitas rata-rata dibawah 5 % dan terjadi penurunan produksi telur sebanyak 50 - 80%. Dari hasil pengujian laboratorium dengan real time PCR menunjukkan positif Avian Influeza Type A, negatif subtype H5 dan H7 serta positif H9. Hasil isolasi virus pada Telur Embrio Bertunas (TAB) dengan uji rapid aglutinasi hasilnya tidak mengaglutinasi sel darah merah. Hasil histopatologi pada jaringan organ menunjukkan hasil suspect terhadap virus. Pengujian laboratorium dengan menggunakan teknik isolasi virus dan real time PCR. Dari isolasi virus setelah dilakukan penanaman di telur embrio, menunjukkan terjadi kematian embrio, seluruh organ embrio mengalami pendarahan, tetapi cairan allantois tidak mengaglutinasi sel darah merah ayam. Kemudian cairan allantois diambil untuk pengujian real time PCR menunjukkan hasil positif tipe A, negatif H5, negatif H7 dan positif H9. Hasil Sequencing terhadap tiga isolat A/Chicken/Sidrap/07161511-1/2016, A/Chicken/Sidrap/07161511-61/2016, A/Chicken/Sidrap/07170094-44OA/2017 memiliki kesamaan genetik 98% H9N2. Hasil pohon filogentik menunjukkan sampel yang diuji nampak dari kelompok atau lineage Asia Y280-H9N2
- ItemKasus Pertama Low Pathogenic Avian Influenza Subtipe H9N2 pada Peternakan Ayam Petelur di Kabupaten Sidrap, Sulawesi Selatan Indonesia(Direktorat Kesehatan Hewan, 2018) Muflihanah; Andesfha, Ernes; Wibawa, Hendra; Zenal, Farida Camallia; Hendrawati, Ferra; Siswani; Wahyuni; Kartini, Dina; Rahayuningtyas, Irma; Hadi, Sulaxono; Mukartini, Sri; Poermadjaja, Bagoes; Rasa, Fadjar Sumping TjaturLow pathogenic avian influenza subtiype H9N2 virus pertama kali didiagnosa pada peternakan ayam layer di Kabupaten Sidrap Propinsi Sulawesi Selatan Indonesia pada Desember 2016 dengan gejala klinis berupa gangguan pada saluran pernafasan yang ditandai dengan muka bengkak, sesak nafas, discharge dari hidung, kurang nafsu makan dan feses berwarna kehijauan. Kejadian penyakit terjadi dalam kurun waktu 3 – 14 hari dengan tingkat mortalitas rata-rata dibawah 5 % dan terjadi penurunan produksi telur sebanyak 50 - 80%. Dari hasil pengujian laboratorium dengan real time PCR menunjukkan positif Avian Influeza Type A, negatif subtype H5 dan H7 serta positif H9. Hasil isolasi virus pada Telur Embrio Bertunas (TAB) dengan uji rapid aglutinasi hasilnya tidak mengaglutinasi sel darah merah. Hasil histopatologi pada jaringan organ menunjukkan hasil suspect terhadap virus. Pengujian laboratorium dengan menggunakan teknik isolasi virus dan real time PCR. Dari isolasi virus setelah dilakukan penanaman di telur embrio, menunjukkan terjadi kematian embrio, seluruh organ embrio mengalami pendarahan, tetapi cairan allantois tidak mengaglutinasi sel darah merah ayam. Kemudian cairan allantois diambil untuk pengujian real time PCR menunjukkan hasil positif tipe A, negatif H5, negatif H7 dan positif H9. Hasil Sequencing terhadap tiga isolat A/Chicken/Sidrap/07161511-1/2016, A/Chicken/ Sidrap/07161511-61/2016, A/Chicken/Sidrap/07170094-44OA/2017 memiliki kesamaan genetik 98% H9N2. Hasil pohon filogentik menunjukkan sampel yang diuji nampak dari kelompok atau lineage Asia Y280-H9N2.
- ItemPhylogenetic analysis of HPAI H5N1 virus from duck swab specimens in Indonesia(Perpustakaan Balai Besar Veteriner Maros, 2021-06) Mutisari, Dewi; Muflihanah; Hendrawati, Ferra; Putra, Hamdu Hamjaya; Sulistyo, Kartika PriscilliaObjective: A phylogenetic study was carried out on the avian influenza virus (AIV) isolated from a disease outbreak in Sidenreng Rappang Regency, South Sulawesi, Indonesia, in 2018. Material and Methods: Oropharyngeal swabs and organ samples were obtained from ducks that showed clinical symptoms: torticollis, fascial edema, neurological disorders, the corneas appear cloudy, and death occurs less than 1 day after symptoms appear. In this study, isolate A/duck/ Sidenreng Rappang/07180110-11/2018 from duck was sequenced and characterized. Results: It was found that each gene segment of the virus has the highest nucleotide homology to the Indonesian highly pathogenic avian influenza (HPAI) H5N1 clade 2.3.2.1c. Multiple alignments of the sample Hemagglutinin (HA) gene with the avian influenza references virus showed that the pattern of amino acid arrangement in the cleavage site PQRERRRK-RGLF is the characteristic of the HPAI virus. In addition, the HA gene contained Q222 (glutamine) and G224 (glycine), signifying a high affinity to avian receptor binding specificity (SA α2,3 Gal). Furthermore, there was no genetic reassortment of this virus based on the phylogenetic analysis of HA, NA, PB1, PB2, PA, NP, M, and NS genes. Conclusion: The HPAI H5N1 clade 2.3.2.1c virus was identified in duck farms in South Sulawesi, Indonesia.
- ItemReview Literatur: COVID-19 pada Hewan(Balai Besar Veteriner Maros, 2020) Wahyuni; Hendrawati, Ferra; Muflihanah; Satriadisfta, M. Gustav; Perpustakaan Balai Besar Veteriner MarosPandemi penyakit Covid-19 telah menyebar ke seluruh dunia. Belum diketahui secara pasti pola penyebaran dan asal dari munculnya penyakit ini. Para peneliti menduga bahwa virus ini berasal dari hewan liar yang bermutasi lalu menyerang ke manusia. Tujuan dari penulisan review ini adalah untuk memberikan pengetahuan dan tambahan informasi tentang penyakit Covid-19 yang dapat terjadi pada hewan terutama hewan kesayangan serta gejala klinis, pencegahan hingga pengobatannya.
- ItemSirkulasi Virus Avian Influenza di Pasar Unggas Hidup di Wilayah Kerja Balai Besar Veteriner Maros(Perpustakaan Balai Besar Veteriner Maros, 2021-06) Muflihanah; Muhiddin, ST Nurul Muslinah; Hendrawati, Ferra; Said, Siti Hartati; Balai Besar Veteriner MarosVirus low pathogenicity avian influenza A (H9N2) dan highly pathogenic avian influenza A(H5N1) endemik pada populasi unggas di wilayah kerja Balai Besar Veteriner Maros. Sejak munculnya kasus H5N1 pada tahun 2005 dan H9N2 di akhir tahun 2016, virus tersebut masih terus bersirkulasi baik di peternakan maupun di pasar unggas hidup. Surveilans LBM memonitor peredaran virus HPAI di lapangan, mendeteksi keberadaan re-assortment virus dan mengukur efektifitas kegiatan program pengendalian HPAI. Sebanyak 2.895 spesimen yang dikoleksi pada tahun 2020 dan dilakukan deteksi terhadap virus AI menggunakan teknik Real Time PCR dan isolasi virus menunjukkan bahwa 1.565 spesimen yang diuji dengan teknik RT PCR menunjukkan bahwa terdapat 11.5 % (180 spesimen) terdeteksi virus AI type A, 68.8% (124 spesimen) yang terdeteksi virus AI subtipe H9 dan 22,77% (41 sampel) terdeteksi virus AI subtype H5 dari 180 spesimen yang terdeteksi terhadap virus AI type A dan tidak ada spesimen yang terdeteksi terhadap virus AI subtype H7. Terdapat 41.11% (74 spesimen) yang terdeteksi virus AI tipe A tapi tidak terdeteksi terhadap subtype H5, H7 dan H9. Dari hasil pengujian menunjukkan bahwa virus AI subtype H9 masih mendominasi sirkulasi virus Avian Influenza di pasar unggas hidup di wilayah BBVet Maros. Key Words : Pasar unggas hidup, Avian Influenza, AI subtipe H9
- ItemSirkulasi Virus Avian Influenza di Pasar Unggas Hidup di Wilayah Kerja Balai Besar Veteriner Maros(Perpustakaan Balai Besar Veteriner Maros, 2021-05) Muflihanah; Muhiddin, ST Nurul Muslinah; Hendrawati, Ferra; Said, Siti Hartati; Balai Besar Veteriner MarosVirus low pathogenicity avian influenza A (H9N2) dan highly pathogenic avian influenza A(H5N1) endemik pada populasi unggas di wilayah kerja Balai Besar Veteriner Maros. Sejak munculnya kasus H5N1 pada tahun 2005 dan H9N2 di akhir tahun 2016, virus tersebut masih terus bersirkulasi baik di peternakan maupun di pasar unggas hidup. Surveilans LBM memonitor peredaran virus HPAI di lapangan, mendeteksi keberadaan re-assortment virus dan mengukur efektifitas kegiatan program pengendalian HPAI. Sebanyak 2.895 spesimen yang dikoleksi pada tahun 2020 dan dilakukan deteksi terhadap virus AI menggunakan teknik Real Time PCR dan isolasi virus menunjukkan bahwa 1.565 spesimen yang diuji dengan teknik RT PCR menunjukkan bahwa terdapat 11.5 % (180 spesimen) terdeteksi virus AI type A, 68.8% (124 spesimen) yang terdeteksi virus AI subtipe H9 dan 22,77% (41 sampel) terdeteksi virus AI subtype H5 dari 180 spesimen yang terdeteksi terhadap virus AI type A dan tidak ada spesimen yang terdeteksi terhadap virus AI subtype H7. Terdapat 41.11% (74 spesimen) yang terdeteksi virus AI tipe A tapi tidak terdeteksi terhadap subtype H5, H7 dan H9. Dari hasil pengujian menunjukkan bahwa virus AI subtype H9 masih mendominasi sirkulasi virus Avian Influenza di pasar unggas hidup di wilayah BBVet Maros
- ItemSurveilans Deteksi Antigenik Classical Swine Fever berbasis risiko : Dinamika Tingkat Aras dan Faktor faktor risiko dalam Penularan pada Babi di Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2018(Balai Besar Veteriner Maros, 2019) Hendrawati, Ferra; Mutisari, Dewi; Ratna; RamlanSurveilans Classical Swine Fever (CSF) 2018 merupakan tindakan strategis dalam upaya pencapaian status bebas CSF di Provinsi Sulawesi Utara. Provinsi Sulawesi Utara saat ini masih dalam status daerah tertular CSF dengan intensitas kejadian yang beragam. Strategi Pengendalian CSF di tahun 2018 lebih diutamakan berbasis risiko sesuai prioritas tingkat prevalensi di tiap Kabupaten/Kota. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui viral prevalensi CSF berbasis risiko dan untuk mengidentifikasi faktor faktor risiko yang berperan dalam penularan virus penyebab CSF pada babi di Sulawesi Utara. Sampling rambang sederhana secara purposif dilakukan untuk memilih 256 ekor babi dalam deteksi antigenik CSF yang diambil pada kabupaten/kota berisiko (Kota Manado, Tomohon, Kabupaten Minahasa, Minahasa Tenggara, Minahasa Utara, Minahasa Selatan, Bitung, dan Kepulauan Talaud). Keberadaan antigenik CSF di deteksi dengan uji real time Polimerase Chain Reaction (rtPCR) dan ELISA Antigenik CSF secara seri. Individu babi dikatakan positif jika hasil uji rtPCR atau ELISA Antigenik CSF positif. Hasil Penelitian ini membuktikan bahwa provinsi Sulawesi Utara masih tertular dengan CSF dengan tingkat kejadian sebesar 1,87% yang kejadiannya menyebar di Kota Tomohon 4,76%, Kabupaten Minahasa 2,38%, Minahasa Selatan 4%, Minahasa Utara 1,67%, dan Kepulauan Talaud 5%. Faktor risiko yang yang dimungkinkan menimbulkan penularan virus CSF antara lain yaitu 1)Lokasi kandang yang saling berdekatan dengan peternakan babi lainnya; 2) Kandang peternakan babi tanpa pemisahan kelompok umur, 3) Kebersihan dan desinfeksi lingkungan yang lemah; 4) Pemberian pakan dari sisa restorant (swill feeding); 5) Vaksinasi CSF yang tidak rutin. Peternak perlu melakukan penilaian, monitoring dan evaluasi faktor risiko biosekuriti di peternakan mereka dan terus meningkatkan cakupan vaksinasi secara rutin, sedangkan Pemerintah daerah perlu meningkatkan pengawasan lalu lintas ternak babi, produk, dan limbah peternakan babi serta lalu lintas pakan dari sisa makanan (swill feeding), cakupan vaksinasi CSF dan sosialisasi biosekuriti di peternakan babi. Kata Kunci : Classical Swine Fever, Biosekuriti, Sulawesi Utara
- ItemSurveilans Pembuktian Status Provinsi Papua Bebas Historis Rabies Tahun 2018(Direktorat Kesehatan Hewan, 2019) Hendrawati, Ferra; Zakariya, Faizal; Ratna; Supri; Putra, Anak Agung Gde; Polos, NyomanRabies merupakan penyakit zoonosis yang dapat mengganggu ketentraman batin yang dapat berakhir dengan kematian. Provinsi Papua merupakan salah satu provinsi yang masih terkategorikan bebas rabies secara historis, sesuai lampiran SK Menteri Pertanian Nomor 1906 Tahun 1999 tentang Pemasukan Anjing, Kucing, Kera dan Hewan Sebangsanya ke Wilayah atau Daerah Bebas di Indonesia. Namun demikian, belum pernah dilakukan pengkajian ilmiah pembuktian status bebas rabies di Provinsi Papua. Tujuan Penelitian ini adalah untuk membuktikan wilayah Provinsi Papua masih dapat dinyatakan bebas rabies Kolaborasi surveilans telah dilakukan bersama sama antara Balai Besar Veteriner Maros, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Papua, dan Karantina Pertanian Klas I Jayapura mulai tahun 2017 sampai dengan 2018. Identifi kasi survei estimasi populasi anjing di Papua menunjukkan hasil estimasi populasi anjing sebesar 1.069.633 ekor dengan kepadatan antara 3 - 4 ekor/m2, anjing dipelihara dengan pola dilepas liarkan (owned free-roaming dog). Kondisi ini rawan apabila virus rabies masuk di provinsi Papua. Deteksi Antigenik rabies dilakukan secara sequential diagnostik (Uji seller’s, Fluorecent antibody Technique (FAT) dan Biologis) sedangkan pengujian titer antibodi dilakukan dengan teknik Enzym Linked Immunosorbent Assay (ELISA). Hasil surveilans menunjukkan bahwa 74 ekor kasus gigitan Hewan Penular Rabies (GHPR) tidak satupun yang terindikasi tertular rabies, meskipun korban GHPR tidak memperoleh Vaksin Anti Rabies (VAR). Sampel 137 otak anjing yang telah diuji secara sequential diagnostik menunjukkan hasil negatif rabies dan 89 serum anjing tahun 2017 seronegatif sedangkan tahun 2018 sebanyak 246 serum seronegatif rabies. Hasil keseluruhan data surveilans tersebut memberikan bukti bahwa wilayah Provinsi Papua masih berstatus bebas rabies secara historis. Mempertimbangkan sosial budaya, topografi , luas wilayah, serta pengetahuan masyarakat maka upaya mencegah rabies harus terus menerus dilakukan beserta melakukan tindak pemberantasan rabies di pulau pulau perbatasan (preemptive program).
- ItemSurveillans Deteksi Antigenik dan Respon Imun Pasca Vaksinasi pada Program Pembebasan Classical Swine Fever di Propinsi Sulawesi Utara Tahun 2017(Direktorat Kesehatan Hewan, 2018) Hendrawati, Ferra; Zakariya, Faizal; Muflihanah; Mutisari, Dewi; Ratna; Supri; Pricillia, Kartika; Suanti; Firdaus, Taman; Tioho, Hana; Hadi, Sulaxono; Putra, Anak Agung GdePopulasi babi di Propinsi Sulawesi Utara sangat tinggi, komoditas ternak babi sebagai satu aset perekonomian terpenting. Kasus Clasical Swine Fever (CSF) pertama kali terjadi di Sulawesi Utara pada tahun 1996. Pengendalian CSF yang sudah dilakukan adalah vaksinasi, desinfeksi dan pembatasan lalu lintas ternak babi. Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan telah memberikan 150.000 dosis vaksin, Balai Besar Veteriner Maros dan Pemerintah daerah Sulawesi Utara ditugaskan untuk melakukan Vaksinasi dan surveillans CSF. Surveillans CSF bertujuan untuk mendeteksi keberadaan virus CSF dan mengukur tingkat protektifitas kekebalan pasca vaksinasi CSF. Vaksinasi dilakukan pada peternakan dan babi berisiko yaitu peternakan skala menengah ke bawah (≤ 500 ekor). Probability Proporsive Sampling (PPS) dilakukan untuk memilih 1110 ekor babi pra vaksinasi dan 2261 ekor pasca vaksinasi. Keberadaan Antigenik CSF didapatkan dari 723 ekor dengan sampling non rambang convinient by judgement pada babi yang menunjukkan gejala demam. Deteksi Antigenik dilakukan dengan pengujian Konvensional Polymerase Chain Reaction (PCR), Enzym Linked Immunosorbent Assay (ELISA) antigenik, Immunohistokimia (IHK) yang dilakukan secara pararel. Protektifitas imun respon diukur dengan menggunakan Enzym Linked Immunosorbent Assay (ELISA) antibodi. Hasil surveillans menunjukkan bahwa vaksinasi telah dilakukan pada 149.463 ekor (99,8%), Tingkat protektifitas kekebalan pravaksinasi sebesar 8,02% dan pasca vaksinasi sebesar 82,84%. Peningkatan protektifitas pasca vaksinasi sebesar 74,82%. Penyakit CSF masih ditemukan di Sulawesi Utara (1,38%) dengan sebaran di kabupaten Tomohon, Minahasa, Minahasa Utara, Minahasa Tenggara dan Kepulauan Talaud. Faktor risiko yang ditemukan adalah penerapan biosekuriti buruk, dan pelaporan sindromik CSF serta vaksinasi rutin lemah. Timbulnya penyakit CSF harus menjadi perhatian bersama terutama peternak babi dan pemerintah daerah. Menurunkan jumlah kasus pada saat rentang waktu berisiko (high risk period) adalah cara yang paling efektif mengendalikan kasus CSF dilapangan. Perbaikan penerapan vaksinasi dan biosekuriti harus dilakukan agar dapat segera bebas dari CSF.
- ItemSurvey Triangulasi pada Hewan Domestik di Pulau Sulawesi : Hasil Pengujian Round 1 Sulawesi Utara dan Gorontalo Tahun 2016(Balai Besar Veteriner Maros, 2017) Muflihanah; Hendrawati, Ferra; Zakaria, Faizal; Djatmikowati, Titis Furi; Dariani, Wiwik; Amaliah, Fitri; Supri; Firdaus, Taman; Said, Sitti Hartati; Hadi, Sulaxono; Zenal, Farida Camallia; Arasy, Ali Risqi; Hartaningsih, Nining; Harsono, Audi Tr; RamlanPenyakit zoonosis berdampak pada manusia dan ekonomi secara global. Terdapat kurang lebih 75% penyakit yang baru muncul (emerging diseases) merupakan zoonosis. Dalam era globalisasi dan perdagangan, perjalanan penyakit ini sangat cepat berpengaruh pada kesehatan masyarakat dan ekonomi. Melalui program USAID-EPT 2 program, FAO ECTAD Indonesia berkolaborasi dengan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (BBVet Maros) dan PREDICT2 melakukan surveilans triangulasi dan pengumpulan sampel ternak (hewan domestik) dalam rangka memahami potensi penularan patogen dari satwa liar ke hewan domestik dan manusia. Tujuan surveilans triangulasi adalah untuk mengindentifikasi ancaman virus zoonosis pada interface penularan patogen pada ternak dari satwa liar yang berisiko tinggi, mengidentifikasi faktor biologi yang menggerakkan munculnya, penularan dan penyebaran penyakit zoonosis pada ternak dan kaitannya dengan satwa liar serta memperkirakan risiko relatif spillover patogen yang tidak dikenal atau dikenal dari satwa liar ke hewan domestik, yang memungkinkan penularan virus zoonosis antar wilayah. Desain surveilans adalah berbasis risiko untuk meningkatkan kemungkinan deteksi virus. dengan populasi target hewan domestik yang diternakkan (sapi, kerbau, kuda, babi, kambing) yang memiliki keterkaitan (interface) yang tinggi dengan satwa liar di dua Kabupaten Provinsi Gorontalo (Kabupaten Boalemo dan Kabupaten Pohuwato) dan Sulawesi Utara (Kabupaten Bolaang Mongondow, Minahasa Selatan, Minahasa dan Kota Tomohon). Telah dilakukan pengujian terhadap 172 sampel swab rektal untiuk mendeteksi lima target family virus yaitu Influenza (HPAI, Human Flu), Paramyxovirus (Nipah, Hendra), Coronavirus (SARS, MersCov), Filovirus (Ebola), Flavivirus (JE) menggunakan protokol PREDICT dengan teknik PCR konvensional. Hasil menunjukkan sebanyak 6,97% sampel presumptif positif terhadap Influenza A, 0,58% presumptif positif terhadap paramyxovirus, dan 172 sampel presumptif negatif terhadap Coronavirus, Flavivirus dan Filovirus
- ItemSurvey Triangulasi pada Hewan Domestik di Pulau Sulawesi : Hasil Pengujian Round 1 Sulawesi Utara dan Gorontalo Tahun 2016(Direktorat Kesehatan Hewan, 2018) Muflihanah; Hendrawati, Ferra; Zakaria, Faizal; Djatmikowati, Titis Furi; Dariani, Wiwik; Amaliah, Fitri; Supri; Firdaus, Taman; Said, Sitti Hartati; Hadi, Sulaxono; Zenal, Farida Camalia; Arasy, Ali Risqi; Hartaningsih, Nining; Harsono, Audi TriPenyakit zoonosis berdampak pada manusia dan ekonomi secara global. Terdapat kurang lebih 75% penyakit yang baru muncul (emerging diseases) merupakan zoonosis. Dalam era globalisasi dan perdagangan, perjalanan penyakit ini sangat cepat berpengaruh pada kesehatan masyarakat dan ekonomi. Melalui program USAID-EPT 2 program, FAO ECTAD Indonesia berkolaborasi dengan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (BBVet Maros) dan PREDICT2 melakukan surveilans triangulasi dan pengumpulan sampel ternak (hewan domestik) dalam rangka memahami potensi penularan patogen dari satwa liar ke hewan domestik dan manusia. Tujuan surveilans triangulasi adalah untuk mengindentifikasi ancaman virus zoonosis pada interface penularan patogen pada ternak dari satwa liar yang berisiko tinggi, mengidentifikasi faktor biologi yang menggerakkan munculnya, penularan dan penyebaran penyakit zoonosis pada ternak dan kaitannya dengan satwa liar serta memperkirakan risiko relatif spillover patogen yang tidak dikenal atau dikenal dari satwa liar ke hewan domestik, yang memungkinkan penularan virus zoonosis antar wilayah. Desain surveilans adalah berbasis risiko untuk meningkatkan kemungkinan deteksi virus. dengan populasi target hewan domestik yang diternakkan (sapi, kerbau, kuda, babi, kambing) yang memiliki keterkaitan (interface) yang tinggi dengan satwa liar di dua Kabupaten Provinsi Gorontalo (Kabupaten Boalemo dan Kabupaten Pohuwato) dan Sulawesi Utara (Kabupaten Bolaang Mongondow, Minahasa Selatan, Minahasa dan Kota Tomohon). Telah dilakukan pengujian terhadap 172 sampel swab rektal untiuk mendeteksi lima target family virus yaitu Influenza (HPAI, Human Flu), Paramyxovirus (Nipah, Hendra), Coronavirus (SARS, MersCov), Filovirus (Ebola), Flavivirus (JE) menggunakan protokol PREDICT dengan teknik PCR konvensional. Hasil menunjukkan sebanyak 6,97% sampel presumptif positif terhadap Influenza A, 0,58% presumptif positif terhadap paramyxovirus, dan 172 sampel presumptif negatif terhadap Coronavirus, Flavivirus dan Filovirus.