Browsing by Author "Hasil Sembiring"
Now showing 1 - 11 of 11
Results Per Page
Sort Options
- ItemAcuan Rekomendasi Penumpukan Spesifik Lokasi Untuk Padi Sawah di Jawa Timur 1999(BPTP Karangploso, 1999) SUWONO; Hasil Sembiring
- ItemKajian Struktur Ongkos Usahatani Di Kabupaten Deli Serdang Dan Langkat Sumatera Utara(BPTP Jambi, 2003) Lermanisius Haloho; Hasil Sembiring; Moral Abadi Girsang; Moehar Daniel; Perdin Siringoringo; Mustafa Hutagalung; Lukas Sebayang; Suharyon; BPTP JambiPenggunaan faktor-faktor produksi yang efisien, merupakan penentu keberhasilan usahatani. Untuk meningkatkan kinerja usahatani perhitungan struktur ongkos usahatani sangat diperlukan, Untuk itu telah dilaksanakan survei di empat agroekosistem/Farming Systim Zone (FSZ), pada bulan April-Mei 2022.
- ItemOptimalisasi Potensi Hasil Berbagai Tipe Varietas Padi Melalui Pengaturan Populasi dan Pemupukan Nitrogen(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2010-11-18) Sarlan Abdulrachman; Hasil Sembiring; Nurwulan AgustianiAbstract Optimalization of Yield Potential on Several Types of Rice Varieties through Arrangement of Plant Population and Nitrogen Fertilizer. The phenomenon showed that lowland rice productivity under intensive technology has been stagnant, even declined. So that, to increase rice production, used of improved varieties and correctly management are needed. To examine the interaction among rice variety, plant population, and fertilizer N management on rice growth and yield, and also to develop "healthy canopy" in order to get high yield and efficiency input production as well field experiments had been done at ICRR Sukamandi Field Experimental on DS and WS 2008/09. Variety, plant population and N fertilizer management were used as the treatments and designed in Randomized Complete Block with four replications. Selection of varieties was basically based on panicle length and tillers number. VI: long panicle and high tillers number (hybrid Rokan). V2: long panicle and low tillers number (NPT, BP360E-MR-9-PN-2), and V3: short panicle and high tillers number (inbred Ciherang). Plant population consisted of P1: recommended plant spacing 20 cm x 20 cm or 25 hills per m' and P2: un optimum plant spacing 25 cm x 25 cm or 16 hills per m³. Nitrogen fertilizer management was two different treatments, NI: SSNM recommendation (30-45-60), and N2: high early N dosage (60-45-30). The research results were: (1) The most significant response of variety was observed on rice growth, yield component, and grain yield, followed by plant population and N fertilizer management. Having better growth Performance, hybrid Rokan had also high yield (8.49 t/ha in DS 2008 and 7.10 t/ha in WS 2008/09). Meanwhile, NPT BP 360 produced 8.50 t/ha in DS 2008 and 6.46 t/ha in WS 2008/09), and inbred Ciherang 7.89 1/ha in DS 2008 and 6.48 t/ha in WS 2008/09, and (2) On unfavourable environment (high rainfall) rice was more sensitive to treatments. To get high yield needs a wider spacing 25 cm x 25 cm with high dosage of early N fertilization (60 kg/ha) in order to prevent from logging and improving tillering ability. Abstrak Fenomena menunjukkan bahwa produksi padi pada lahan irigasi dengan teknologi intensif sudah mulai stagnasi, bahkan ada yang mulai menurun. Oleh karena itu, peningkatan produksi saat ini perlu ditempuh melalui pemilihan varietas yang unggul dan dengan manajemen yang sesuai. Penelitian untuk mengetahui pengaruh interaksi antara varietas padi, populasi tanaman, dan pengelolaan pupuk N terhadap pertumbuhan dan hasil padi serta pemanfaatan hasil penelitian untuk pengembangan konsep "kanopi sehat sebagai dasar pengelolaan tanaman padi agar diperoleh hasil tinggi dan efisien input produksi telah dilaksanakan di Kebun Percobaan BB Padi Sukamandi pada MK 2008 dan MH 2008/2009. Perlakuan percobaan adalah varietas, populasi, dan pengelolaan N. Percobaan menggunakan rancangan acak kelompok dengan empat ulangan. Varietas atau galur yang digunakan diseleksi atas dasar perbedaan karakter panjang malai dan jumlah anakan. VI: malai panjang dengan jumlah anakan banyak (hibrida Rokan), V2: malai panjang dengan jumlah anakan rendah (PTB, galur BP360E-MR-9-PN-2), dan V3: malai pendek dengan jumlah anakan banyak (inbrida Ciherang). Populasi tanaman terdiri atas P1: jarak tanam rekomendasi 20 cm x 20 cm atau 25 rumpun per m² dan P2: jarak tanam dengan asumsi kurang optimal (yang sering digunakan petani), yaitu rata-rata 25 cm x 25 cm atau 16 rumpun per m². Sedangkan pengelolaan pupuk N dibedakan atas NI: rekomendasi PHSL terkini untuk pengelolaan N (30-45-60), dan N2: pemberian pupuk N awal yang tinggi (60-45-30). Dari penelitian ini dihasilkan (1) perlakuan varietas paling menonjol pengaruhnya terhadap pertumbuhan, komponen hasil maupun hasil, disusul perlakuan populasi, dan pengaturan pupuk N. Hibrida Rokan selain memiliki pertumbuhan yang lebih baik, juga memberikan produksi tertinggi (8,49 t/ha pada MK 2008 dan 7,10 t/ha pada MH 2008/09), РТВ ВР 360 (8,50 t/ha pada MK 2008 dan 6,46 t/ha pada MH 2008/2009). inbrida Ciherang (7.89 t/ha pada MK 2008 dan 6,48 t/ha pada MH 2008/2009), dan (2) Pada kondisi lingkungan yang kurang kondusif (intensitas curah hujan tinggi) tanaman lebih sensitif terhadap perlakuan. Untuk mendapatkan hasil yang lebih tinggi diperlukan jarak tanam yang lebar 25 x 25 cm dengan pupuk N dasar tinggi (60 kg/ha). Hal ini untuk mengurangi tingkat kerebahan dan mendorong pembentukan lebih banyak anakan.
- ItemOptimalisasi Potensi Hasil Berbagai Tipe Varietas Padi Melalui Pengaturan Populasi dan Pemupukan Nitrogen(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2010-11-18) Sarlan Abdulrachman; Hasil Sembiring; Nurwulan AgustianiAbstract Optimalization of Yield Potential on Several Types of Rice Varieties through Arrangement of Plant Population and Nitrogen Fertilizer. The phenomenon showed that lowland rice productivity under intensive technology has been stagnant, even declined. So that, to increase rice production, used of improved varieties and correctly management are needed. To examine the interaction among rice variety, plant population, and fertilizer N management on rice growth and yield, and also to develop "healthy canopy" in order to get high yield and efficiency input production as well field experiments had been done at ICRR Sukamandi Field Experimental on DS and WS 2008/09. Variety, plant population and N fertilizer management were used as the treatments and designed in Randomized Complete Block with four replications. Selection of varieties was basically based on panicle length and tillers number. VI: long panicle and high tillers number (hybrid Rokan). V2: long panicle and low tillers number (NPT, BP360E-MR-9-PN-2), and V3: short panicle and high tillers number (inbred Ciherang). Plant population consisted of P1: recommended plant spacing 20 cm x 20 cm or 25 hills per m' and P2: un optimum plant spacing 25 cm x 25 cm or 16 hills per m³. Nitrogen fertilizer management was two different treatments, NI: SSNM recommendation (30-45-60), and N2: high early N dosage (60-45-30). The research results were: (1) The most significant response of variety was observed on rice growth, yield component, and grain yield, followed by plant population and N fertilizer management. Having better growth Performance, hybrid Rokan had also high yield (8.49 t/ha in DS 2008 and 7.10 t/ha in WS 2008/09). Meanwhile, NPT BP 360 produced 8.50 t/ha in DS 2008 and 6.46 t/ha in WS 2008/09), and inbred Ciherang 7.89 1/ha in DS 2008 and 6.48 t/ha in WS 2008/09, and (2) On unfavourable environment (high rainfall) rice was more sensitive to treatments. To get high yield needs a wider spacing 25 cm x 25 cm with high dosage of early N fertilization (60 kg/ha) in order to prevent from logging and improving tillering ability. Abstrak Fenomena menunjukkan bahwa produksi padi pada lahan irigasi dengan teknologi intensif sudah mulai stagnasi, bahkan ada yang mulai menurun. Oleh karena itu, peningkatan produksi saat ini perlu ditempuh melalui pemilihan varietas yang unggul dan dengan manajemen yang sesuai. Penelitian untuk mengetahui pengaruh interaksi antara varietas padi, populasi tanaman, dan pengelolaan pupuk N terhadap pertumbuhan dan hasil padi serta pemanfaatan hasil penelitian untuk pengembangan konsep "kanopi sehat sebagai dasar pengelolaan tanaman padi agar diperoleh hasil tinggi dan efisien input produksi telah dilaksanakan di Kebun Percobaan BB Padi Sukamandi pada MK 2008 dan MH 2008/2009. Perlakuan percobaan adalah varietas, populasi, dan pengelolaan N. Percobaan menggunakan rancangan acak kelompok dengan empat ulangan. Varietas atau galur yang digunakan diseleksi atas dasar perbedaan karakter panjang malai dan jumlah anakan. VI: malai panjang dengan jumlah anakan banyak (hibrida Rokan), V2: malai panjang dengan jumlah anakan rendah (PTB, galur BP360E-MR-9-PN-2), dan V3: malai pendek dengan jumlah anakan banyak (inbrida Ciherang). Populasi tanaman terdiri atas P1: jarak tanam rekomendasi 20 cm x 20 cm atau 25 rumpun per m² dan P2: jarak tanam dengan asumsi kurang optimal (yang sering digunakan petani), yaitu rata-rata 25 cm x 25 cm atau 16 rumpun per m². Sedangkan pengelolaan pupuk N dibedakan atas NI: rekomendasi PHSL terkini untuk pengelolaan N (30-45-60), dan N2: pemberian pupuk N awal yang tinggi (60-45-30). Dari penelitian ini dihasilkan (1) perlakuan varietas paling menonjol pengaruhnya terhadap pertumbuhan, komponen hasil maupun hasil, disusul perlakuan populasi, dan pengaturan pupuk N. Hibrida Rokan selain memiliki pertumbuhan yang lebih baik, juga memberikan produksi tertinggi (8,49 t/ha pada MK 2008 dan 7,10 t/ha pada MH 2008/09), РТВ ВР 360 (8,50 t/ha pada MK 2008 dan 6,46 t/ha pada MH 2008/2009). inbrida Ciherang (7.89 t/ha pada MK 2008 dan 6,48 t/ha pada MH 2008/2009), dan (2) Pada kondisi lingkungan yang kurang kondusif (intensitas curah hujan tinggi) tanaman lebih sensitif terhadap perlakuan. Untuk mendapatkan hasil yang lebih tinggi diperlukan jarak tanam yang lebar 25 x 25 cm dengan pupuk N dasar tinggi (60 kg/ha). Hal ini untuk mengurangi tingkat kerebahan dan mendorong pembentukan lebih banyak anakan.
- ItemPanduan Aplikasi Layanan Konsultasi Padi(Pusat Standardisasi Instrumen Tanaman Pangan, 2023-12-15) Priatna Sasmita; Hasil Sembiring; Nuning Agro SubektiLayanan Konsultasi Padi (LKP) merupakan teknologi yang dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian (kini Badan Standardisasi Intrumen Pertanian/BSIP) bekerja sama dengan International Rice Research Institute (IRRI) yang dirilis tahun 2015. Teknologi LKP merupakan akumulasi ilmu pengetahuan pemupukan padi yang sebelumnya diberi nama Pemupukan Hara Spesifik Lokasi (PHSL) dan diformulasikan menjadi aplikasi berbasis web. Saat ini, BSIP bersama IRRI sedang melakukan pengembangan LKP versi terbaru agar aplikasi ini dapat digunakan lebih luas lagi pada berbagai agroekosistem (lahan sawah irigasi, tadah hujan dan rawa pasang surut). Meningkatnya harga pupuk dan berkurangnya subsidi yang dialokasikan pemerintah membuat petani harus lebih memperhitungkan pengunaan peralatan atau perangkat lunak seperti LKP secara massif untuk penyuluh pertanian dan petani akan lebih efektif dan efisien dalam proses difusi inovasi teknologi dan peningkatan produksi padi nasional. LKP dapat memberikan rekomendasi pemupukan dan budidaya padi setelah petani memberikan informasi tentang keadaan usahatani atas lahan yang akan diberikan rekomendasi serta target hasil yang ingin dicapai. Bagaimana efektivitas LKP dan pendapat penyuluh petani dan validasinya perlu dievaluasi untuk terus disempurnakan penggunanya
- ItemPekan Padi Daerah Dan Prospek Perkembangan Prepadian Di Sumatera Utara(BPTP Jambi, 2005) Daniel, Moehan; Nieldalina; Hasil Sembiring; Syafri Edi; BPTP JambiPadi merupakan komoditas pangan strategis yang pertumbuhannya sangat menentukan keberlanjutan pertumbuhan ekonomi nasional. Perkembangan padi sendiri sangat ditentukan oleh perkembangan teknologi dan sistem yang diberlakukan. Kerja keras yang dilakukan oleh instansi dan Badan yang berwenang telah menghasilkan berbagai terobosan yang diharapkan dapat berperan dalam mencapai kembali swasembada pangan. Oleh karena itu, teknologi yang dihasilkan tersebut hasrus disosialisasikan dan dicobakan di lapang untuk diteruskan ke pengguna. Sistem dan metoda diseminasi yang dilakukan juga memegang peran penting dan menentukan efektivitasnya. Pekan Padi Daerah merupakan salah satu contoh kegiatan diseminasi yang kedepan dapat digelar secara berkelanjutan untuk mempercepat penyebaran dan penggunaan teknologi tersebut.
- ItemPenentuan Takaran Pupuk Fosfat untuk Tanaman Padi Sawah(Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, 2006) Sarlan Abdulrachman; Hasil SembiringPemanfaatan kandungan fosfat tanah secara optimal merupakan strategi terbaik untuk mempertahankan produktivitas lahan dan meningkatkan efisiensi pemupuk- an. Pada lahan irigasi, pemanfaatan fosfat tanah bahkan dapat mengurangi terjadinya timbunan pupuk P, dan menghindari kemungkinan kahat seng maupun nitrogen pada tanaman padi akibat terikat oleh fosfat. Agar tanah tetap produktif maka konsep pemupukan hendaknya mengikuti prinsip bahwa jumlah hara yang diberikan berupa pupuk cukup untuk menutupi defisit antara hara yang diperlukan tanaman dengan kemampuan tanah mensuplai hara. Penetapan jumlah pupuk perlu memperhatikan target hasil yang ingin diperoleh dan status hara dalam tanah agar pemupukan lebih efisien. Tiga metode yang disarankan untuk dijadikan pedoman dalam menetapkan dosis pupuk P pada tanaman padi sawah adalah: (1) berdasarkan hasil analisis tanah, (2) penggunaan perangkat uji tanah sawah (PUTS), (3) berdasarkan hasil uji pupuk melalui petak omisi. Ketiga metode ini saling komplementer, dapat digunakan salah satu atau lebih, karena hasilnya saling melengkapi. U ntuk menunjang pertumbuhannya, tananam memerlukan pasokan hara yang berasal dan berbagai sumber. Menurut Dobermann dan Fairhurst (2000), setiap ton gabah membutuhkan sekitar 2,6 kg P/ha. Hara tersebut dapat diperoleh tanaman dari tanah, air irigasi, sisa tanaman, atau dari pupuk (organik dan/atau anorganik) yang ditambahkan. Oleh sebab itu, makin tinggi hasil yang diperoleh makin besar hara P yang dibutuhkan, dan sebaliknya. Pupuk sebagai sumber hara merupakan sarana produksi yang memegang peranan penting dalam meningkatkan produktivitas tanaman pangan, khususnya padi. Menurut Adiningsih et al. (1989), 85% dari total kebutuhan pupuk di sektor pertanian digunakan oleh petani untuk meningkatkan produksi padi, terutama di lahan sawah irigasi. Masalahnya adalah, penggunaan pupuk kimiawi secara terus menerus tidak hanya berpengaruh negatif terhadap lingkungan, tetapi juga berpotensi menurunkan tingkat efisiensi pemupukan
- ItemPotensi Penerapan dan Pengembangan PTT dalam Upaya Peningkatan Produksi Padi(Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, 2008-12-16) Hasil Sembiring; Sarlan AbdulrachmanPengelolaan sumber daya dan tanaman terpadu (PTT) pada padi sawah ditujukan untuk memanfaatkan sumber daya secara optimal guna mendapatkan produktivitas optimal, efisien, menguntungkan secara ekonomis dan sistem produksi berkelanjutan. Perumusan teknologi dalam PTT mendasarkan pada kesesuaian terhadap agroekologi dan sosial-ekonomi petani, yang disusun secara partisipatif antara petani-penyuluh dan pengkaji/peneliti. Sebagai bahan untuk penyusunan rakitan teknologi ditawarkan komponen teknologi yang bersifat umum dan pilihan, namun pemilihan teknologi adaptif tetap berdasarkan hasil keputusan yang dibangun secara partisipatif tersebut. Penerapan PTT di kebun percobaan meningkatkan produktivitas dan efisiensi penggunaan sarana produksi, namun di lahan petani secara luas terdapat keragaman penampilan. Secara keseluruhan produktivitas padi dengan teknik PTT meningkat dan penggunaan masukan sarana produksi dapat dihemat. Pada tahun 2008 PTT akan diimplementasikan pada areal seluas 1,59 juta ha dengan melibatkan 60.000 kelompok tani di 32 propinsi. Keberhasilan PTT ditentukan oleh ketepatan pemilihan teknologi dan kualitas penerapannya di lapang. Bimbingan dari penyuluh lapang sangat diperlu- kan guna mencapai pesyaratan tersebut. Sekolah Lapang di areal penerapan PTT diharapkan dapat mendidik petani menjadi lebih mandiri dalam menentukan teknologi yang paling optimal dan lebih bertanggung jawab atas penerapan teknologi yang dipilih. Teknologi PTT secara tidak langsung berfungsi mem- berdayakan petani untuk lebih produktif, efisien, berdaya saing, memperoleh keuntungan optimal, dan sadar akan pentingnya usaha pertanian yang ber- kelanjutan.
- ItemProsedur Operasional Standar (POS) Budi Daya Padi Sawah(Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, 2012-12-17) Sarlan Abdulrachman; Sumarno Karsono; Muhammad Yamin Samaullah; Baehaki Suherlan Effendi; Hasil Sembiring; Atito Dirdjoseputro; Entis Sutisna NoorBudidaya tanaman padi yang telah menjadi keahlian petani, sebenarnya selalu dihadapkan pada masalah yang kompleks, mulai dari aspek penyediaan varietas unggul dan benih bermutu, pengolahan tanah dan teknik budidaya, pengendalian hama dan penyakit serta aspek mutu produk. Selama ini budidaya padi dilaksanakan oleh petani secara rutin, berdasarkan pengalaman empiris yang mereka miliki secara turun temurun. Meskipun teknik budidaya dari aspek agronomi padi sudah banyak dikupas dan didokumentasikan, tetapi teknik budidaya yang baku untuk implementasinya di lapang belum tersedia acuan baku yang jelas. Menyikapi hal ini, maka disusunlah Standard Operational and Procedure (SOP) atau Prosedur Operasional Standar (POS) budidaya padi, yang dapat digunakan sebagai acuan para petani, bagaimana tata kerja budidaya padi yang benar untuk mendapatkan hasil yang optimal. Istilah Prosedur Operasional Standar (POS) kami pilih sebagai ganti atau padanan SOP, agar mudah dimaknai oleh petani atau penyuluh. Semoga terbitnya buku POS budidaya padi ini menambahkan pustaka perpadian yang bermanfaat bagi peningkatan produksi beras nasional.
- ItemTransformasi Inovasi Teknologi Tanaman Padi Dengan Pendekatan Ekoparming Pada Ekosistem Subak di Bali(Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2010-11-18) IGK. Dana Arsana; I W. Alit Artha Wiguna; Hasil SembiringAbstract Transformation of Rice Technology Inovation under Ecofarming at Subak Ecosystem in Bali. An experiment to evaluate the effect of modified System of Rice Intensification (SRI) and Good Agriculture Practice (GAP) on rice yields was carried out at Subak Wangaya Betan, Mengesta, Tabanan, Bali during the months of January through December of 2008. Results of the experiment were: (1) Rice productivity of the paddy field at Subak Wangaya Betarn was increased from 5.45-6.26 t/ha and from 5.60-7.10 t/ha for Mansur and Ciherang varieties, respectively, dan (2) The rice grains produced by the farmers at Subak Wangaya Betan has been free from pesticide residues especialy from the organochlorine groups of pesticides such as alfa BHC, beta BHC, gamma BHC, delta BHC, DDD, DDE, DDT, aldrine, dieldrine, endrine, endrine aldehyde, endosulfan-1. endosulfan-2, endosulfan sulfat, hepta chlor, hepta chlor exposide. chlordane, and methoxy chlor. Impacts of the experiment were: (1) increasing of livestock, as the farmers need more basic materials for organic fertilizer, (2) the utilization of rice straw to feed cattle, (3) more balanced rice field ecosystem at indicated by the increasing population of molusca, eel etc. observed in the paddy field, and (4) the increase of job opportunities, as the new activities such as the processing of organic fertilizer, feeding the cattle, etc. Abstrak Percobaan untuk mengevaluasi pengaruh teknologi pertanian ramah lingkungan terhadap produktivitas lahan sawah, telah dilaksanakan di Subak Wangaya Betan, Desa Mengesta, Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan, Bali selama dua musim tanam pada tahun 2008. Hasil penelitian percobaan menunjukkan bahwa implementasi teknologi GAP (Good Agricultural Practice) pada lahan sawah di Subak Wangaya Betan meningkatkan kemampuan petani dalam mengembangkan teknologi pertanian ramah lingkungan. Kerjasama petani dengan perusahaan swasta dalam pengolahan dan pemasaran hasil pertanian juga telah membuka wawasan petani dalam meningkatkan nilai ekonomi usahatani yang dikembangkan. Hasil penelitian menunjukkan: (1) padi varietas Mansur dan Ciherang mampu menghasilkan padi berturut-turut sebesar 6,26 t dan 7,0 t/ha, sementara bila kedua varietas tersebut ditaman di luar lokasi pengkajian berturut-turut menghasilkan gabah sebesar 5,4 t dan 5,6 t/ha, (2) berasyang diproduksi petani tidak mengandung residu pestisida organoklorin seperti alfa BHC, beta BHC, gamma BHC, delta BHC, DDD, DDE, DDT, aldrin, dieldrin. endrin, endrin aklehid, endosulfan-1, endosulfan-2, endosulfan sulfat, hepta klor, hepta klor eksposida, klordan, dan methoxy klor. Implementasi teknologi SRI Modifikasi yang dilaksanakan di Subak Wangaya Betan telah mampu: (1) meningkatkan populasi sapi, yang diperlukan sebagai sumber penghasil kotoran sebagai bahan dasar pupuk organik, (2) pembakaran jerami hampir tidak lagi dilakukan petani, karena jerami yang dihasilkan di lahan sawah telah dimanfaatkan sebagai sumber pakan sapi, (3) ekosistem sawah nampak semakin seimbang, terlihat dengan munculnya berbagai kehidupan, seperti belut, siput air, burung, capung, dan sebagainya, dan (4) semakin meningkatnya lapangan kerja di daerah pedesaan, terbukti semakin sulitnya untuk mendapatkan tenaga kerja, karena masyarakat hampir semua memiliki kesibukan masing-masing.
- ItemVerifikasi Metode Penetapan Kebutuhan Pupuk pada Padi Sawah Irigasi(Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, 2009-12-11) Sarlan Abdulrachman; Nurwulan Agustian; Hasil SembiringDalam 10 tahun terakhir Badan Litbang Pertanian telah mengeluarkan beberapa pedoman penetapan kebutuhan pupuk untuk padi sawah. Selain ditujukan agar pemakaian pupuk lebih efisien, pedoman pemupukan tersebut juga diharapkan dapat menggantikan rekomendasi pupuk yang masih bersifat umum. Beberapa pedoman pengelolaan hara spesifik lokasi (PHSL) yang diverifikasi antara lain: (1) PHSL-1, dosis pupuk ditetapkan berdasarkan alat bantu BWD dan PUTS, (2) PHSL-2, dosis pupuk N, P, dan K disesuaikan dengan target hasil yang dinginkan, (3) Permentan No. 40/OT.140/4/2007, dan (4) PP (Praktek Petani) sebagai pembanding. Pada petak PHSL-1 ditempatan enam sub petak (+Zn, +S, -N, -P, - K, dan +NPK) masing-masing berukuran 5 m x 5 m. Sub-sub petak tersebut dimaksudkan untuk menetapkan efisiensi pemupukan N dan memperoleh informasi tentang kemampuan suplai hara N, P, K, Zn, dan S bagi tanaman padi di masing-masing lokasi. Penelitian dilaksanakan di Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Nangro Aceh Darusalam, dan Sumatera Utara. Rancangan percobaan adalah acak kelompok dengan enam ulangan. Hasil penelitian adalah sebagai berikut: (1) Respon tanaman padi terhadap cara penentuan kebutuhan pupuk bervariasi menurut lokasi. Produktivitas padi meningkat dari yang terendah 3,99 t/ha menjadi 5,90 t/ha dan yang tertinggi dari 6,12 t/ha menjadi 7,28 t/ha. Respon terbesar diperoleh dari pemberian N, menyusul P dan K; (2) PHSL-2 unggul di tujuh lokasi dari 12 lokasi yang dijadikan tempat verifikasi, PHSL-1 unggul di empat lokasi dan Permentan unggul di satu lokasi; (3) Efisiensi N meningkat dengan penggunaan BWD dan PUTS untuk P dan K; (4) Sampai saat ini, P dan K tidak mutlak dibutuhkan tanaman padi di lokasi penelitian, kecuali di Mojolaban yang sudah menunjukkan respon terhadap pemberian Zn dan di Rogojampi terhadap pemberian S; (5) Pada umumnya petani masih menggunakan pupuk N terlalu tinggi sehingga kurang efisien.