Browsing by Author "Beding, Petrus A."
Now showing 1 - 6 of 6
Results Per Page
Sort Options
- ItemAnalisis Usaha Tani Tanaman Padi dengan Ternak Sapi Potong(BPTP Papua, 2019-06-22) Tiro, Batseba M.W; Beding, Petrus A.; Kementrian PertanianKomoditas padi maupun sapi potong sangat potensial untuk dikembangkan secara terpadu di Kabupaten Merauke, karena selain menghasilkan produk utama (beras dan daging) juga menghasilkan produk samping (jerami, dedak, pupuk kandang). Program sistem integrasi padi sapi merupakan salah satu alternatif dalam meningkatkan produksi padi, daging, susu, dan sekaligus meningkatkan pendapatan petani. Kajian ini bertujuan untuk menganalisis besarnya pendapatan dari usahatani integrasi antara tanaman padi dan ternak sapi potong di Distrik Semangga, Kabupaten Merauke. Metode pengkajian dirancang dalam dua kelompok perlakuan, yaitu pola integrasi dan pola non-integrasi. Analisis biaya dan pendapatan dilakukan untuk mengetahui tingkat keuntungan usahatani integrasi dan non integrasi. Hasil kajian menunjukkan bahwa sistem usahatani integrasi padi-sapi dapat meningkatkan pendapatan dan nilai R/C. Pola integrasi jauh lebih tinggi dalam memperoleh pendapatan (Rp 80.999.332) daripada non integrasi (Rp 47.680.000). Peningkatan pendapatan petani dari sistem non integrasi ke sistem integrasi sebesar Rp 33.319.332 atau sekitar 69,88 persen dengan nilai R/C meningkat sebesar 12,092 persen.
- ItemKajian Dinamika Bobot Badan Sapi Potong dan Potensi Pakan Di Kabupaten Merauke, Papua(BPTP Papua, 2020-07-01) Tiro, Batseba M.W; Palobo, Fransiskus; Beding, Petrus A.; Thamrin, Muhammad; Kementrian PertanianPenelitian bertujuan untuk mengkaji dan mengevaluasi dinamika bobot badan sapi potong serta potensi ketersediaan pakan pada musim kemarau di Kabupaten Merauke. Lokasi yang dipilih adalah tiga distrik yang mewakili pusat pengembangan sapi potong di Merauke dan distrik tersebut memiliki kepadatan ternak atau populasi yang tinggi dan dibandingkan antar-luas wilayah, sehingga yang mewakili populasi tinggi (Distrik Merauke), sedang (Distrik Tanah Miring), dan rendah (Distrik Kurik). Metoda menggunakan survei melalui penimbangan ternak sapi yang dipelihara petani/peternak dengan jumlah ternak 50 hingga 100 ekor, terdiri jantan dewasa, induk, muda, dan anak. Untuk mengukur produksi hijauan pakan dibuat kurungan terbuat dari kayu ukuran 1,5 x 1,5 meter sebanyak 15 buah terbagi dalam tiga lokasi, masing-masing lokasi terdapat lima kurungan. Hasil: rataan bobot badan ternak sapi di ketiga Distrik (Merauke, Kurik dan Tanah Miring), sangat rendah baik itu pedet (< 0,3 kg/ekor), ternak muda maupun dewasa (< 0,2 kg/ekor); variasi spesies hijauan dan legum di lokasi pengamatan relatif sama dan didominasi oleh spesies rumput (93,30 – 94,85 persen), dan produksi hijauan pada awal musim kemarau (bulan Juli) masih relatif tinggi, dan terus menurun sampai puncaknya pada bulan September dan Oktober.
- ItemKajian Integrasi Tanaman Kedelai Dengan Ternak Sapi Potong Di lahan Kerinf Kabupaten Keerom, Papua(BPTP Papua, 2017-09-18) Tiro, Batseba M.W; Usman; Beding, Petrus A.; Kementrian PertanianSistem i ntegrasi tanaman kedelai dengan ternak sapi akan terjadi keterkaitan yang bersinergis dan saling menguntungkan. Ternak sapi dapat memanfaatkan limbah yang dihasilkan dari kacang kedelai berupa jerami kedelai sebagai pakan sapi, sedangkan tanaman kedelai dapat memanfaatkan kotoran yang dihasilkan ternak sapi sebagai pupuk organik yang nantinya diharapkan dapat meminimalkan biaya produksi untuk tanaman kedelai. Kajian bertujuan untuk untuk mendapatkan model sistem integrasi tanaman kedelai dengan sapi potong yang berbasis agribisnis. Dua pola yang dikaji yaitu pola integrasi dan non integrasi (pola petani). Parameter yang diamati mel iputi konsumsi pakan, perubahan bobot badan induk, kecepatan timbulnya estrus pasca beranak dan produksi kedelai. Hasil kajian menunjukkan produksi kedelai pada pola integrasi sebesar 2,32 t/ha dan noon integrasi 1,53 t/ha, dan produksi jerami kedelai pada pola integrasi 4,54 t/ha dan non integrasi 3,05 t/ha. Perubahan bobot badan induk sapi selama pengkajian ada pola integrasi 0,36 ± 0,27 kg/ekor/hari dan non integrasi 0,34 ± 0,06 kg/ekor/hari, konsumsi BK, PK dan TDN pada pola integrasi masing-masing 10,10 ± 1,54 kg/ekor/hari; PK 0,55 ± 0,08 kg/ekor/hari dan 4,75 ± 0,73 kg/ekor/hari. Sedangkan induk sapi pada pola integrasi lebih cepat menunjukkan gejala estrus (25,86 ± 10,40 hari) dibanding pada non integrasi 44,75 ± 18,84 hari yang diamati setelah dimulai pemberian jerami kedelai. Secara ekonomis, pemeliharaan ternak sapi pada pola integrasi lebih menguntungkan dibanding non integrasi. Dapat disimpulkan bahwa pemeliharaan induk sapi pada pola integrasi dapat memperbaiki produksi dan reproduksi induk sapi potong serta memberikan keuntungan yang lebih tinggi baik untuk ternak maupun kedelai. Kata kunci: Kajian, lntegrasi, kedelai, sapi potong, lahan kering
- ItemPertumbuhan Tanaman Lamtoro (Leucaena leucocephala cv. Tarramba) Mendukung Penyediaan Pangan di Kawasan Sapi Potong(BPTP Papua, 2021-01-01) Tiro, Batseba M.W; Tirajoh, Siska; Usman; Beding, Petrus A.; Palobo, Fransiskus; Kementrian PertanianIntroduksi teknologi budidaya hijauan pakan lamtoro sebagai upaya penyediaan hijauan pakan berkualitas dilakukan pada kebun Kelompok Tani Wiwa Papua Bangkit Mandiri yang merupakan salah satu lokasi pendampingan pengembangan kawasan sapi potong di Kabupaten Keerom. Introduksi tanaman L. leucochepala cv Tarramba dengan menggunakan anakan dalam polybag pada lahan seluas 100 x 70 m. Penanamannya dalam bentuk budidaya lorong dengan jarak tanam 1,5 m dalam baris dan 5 m antar baris. Pada lorong tanaman lamtoro ditanam tanaman sela yakni jagung dan kacang tanah. Penanaman jagung dan kacang tanah sebagai tanama sela diantara tanaman lamtoro dengan sistem tanam tanpa olah tanah (TOT) dengan jarak tanam 40 x 80 cm dan 20 x 40 cm. Parameter pertumbuhan tanaman L. leucochepala cv Tarramba adalah tinggi tanaman, diameter batang dan jumlah cabang. Data yang diperoleh ditabulasi dan dianalisis secara deskriptif. Diperoleh rata-rata tinggi tanaman dan diameter batang L. leucochepala cv Tarramba sampai 4 bulan tanaman di lapangan (186,4-265,4 cm dan 1,25-2,46 cm), sedangkan untuk jumlah cabang 3,10-16,5 cabang. Rataan produktivitas tanaman sela jagung dan kacang tanah mencapai 3,13 t/ha dan 1,05 t/ha.
- ItemPROFIL PETERNAKAN BABI DI DISTRIK WAMENA, KABUPATEN JAYAWIJAYA, PAPUA(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua, 2019-01) Tiro, Batseba M.W; Beding, Petrus A.; Lestari, Rohimah H.S; Kementerian PertanianPigs as one of the meat-producing livestock which are also local resources have the potential to be developed in Papua. The biggest contribution to meet the needs of meat in Papua, comes from pigs, where pigs that are generally kept are local pigs because of the types of pigs that are always included in every traditional ceremony. The research aims to get an overview or basic data on pig farms that can be used as a reference in the development of pigs in Jayawijaya Regency. The research material is as many as 30 pig farmers who are scattered in the Wamena District. The method used is a field survey, direct interviews using structured questionnaires and direct observation in the field by weighing livestock. The results showed for litter size of pig was 7.4 + 2.3; weaning ages 4.0 + 0.7 months; number of weaning 6.8 + 2.3; farrowing interval 8.1 + 0.7 months; birth weight 0.75 kg; weaning weight 12.15 + 0.9 kg and average daily gain 0.08 + 0.02 kg/head/day. The maintenance system carried out by farmers with feed only sweet potatoes and sweet potato leaves does not provide good production and reproductive performance, so there is a need for improved maintenance and feed systems.
- ItemSystem Integration of Paddy-Cattle in Wetland Areas of Merauke Regency Papua(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua, 2018-06-23) Tiro, Batseba M.W; Usman; Beding, Petrus A.; Kementerian PertanianAside from being a rice development area, Merauke Regency is also a center for beef cattle development. The more intensive the use of land for agriculture, the dependence of livestock feed supply from agricultural byproducts/waste will be greater Commodity of rice and beef cattle is very potential to be developed in Merauke Regency, because in addition to producing main products (rice and meat) also produce side products (straw, bran, manure). The cattle system integration system of paddy-cattle is one of the alternatives in increasing the production of rice, meat, milk, and increasing farmers' income. This study aims to evaluate the utilization of fermented straw fodder for beef cattle and the utilization of compost from livestock for the growth of rice crops. The results of the study indicate that paddy-cattle integration can increase farmer income by 68.42% with 1 ha and 11 cattle planting area. The integration of livestock system of paddy- cattle gives benefits to farmers, because : 1). Agricultural waste (rice straw and rice bran) is available and can be utilized as a source of quality feed through the fermentation process to reduce feed costs, and 2). Waste of livestock that has not been utilized optimally can be utilized as organic fertilizer to improve soil fertility and also as a source of income.