Browsing by Author "Alfinus"
Now showing 1 - 20 of 21
Results Per Page
Sort Options
- ItemHasil Investigasi Kematian Kambing Tahun 2018 Di Kabupaten Gorontalo Propinsi Gorontalo(Balai Besar Veteriner Maros, 2018) Alfinus; Sulaxono, Ratna Loventa; RamlanProgram bantuan ternak kambing Peranakan Ettawa (PE) pada kegiatan Padat Karya di Desa Stunting Kabupaten Gorontalo, Propinsi Gorontalo Tahun 2018 telah disebarkan pada tanggal 8 Mei 2018 di 10 (sepuluh) kelompok ternak yang tersebar di 7 Kecamatan dalam Kabupaten Gorontalo, dengan jumlah total bantuan 250 ekor (25 jantan dan 225 betina) dimana masing-masing kelompok menerima ternak kambing PE sebanyak 25 ekor (jantan:betina adalah sekitar 1:11). Balai Besar Veteriner Maros diawal Bulan November 2018 menerima laporan perkembangan ternak kambing dari Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Gorontalo dimana telah terjadi kematian ternak sekitar 89 ekor dengan rincian 7 ekor jantan (8%) dan betina 81 ekor (91%), atas dasar laporan tersebut pada tanggal 13-16 Desember 2018 Balai Besar Veteriner Maros mengirimkan tim investigasi untuk melakukan konfirmasi, kronologis dan faktor resiko serta saran dalam pengendalian penyakit. Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Gorontalo telah berupaya dalam melakukan pengendalian dan pengobatan pada ternak kambing yang sakit berupa pengobatan antibiotika dan antiparasit. Hasil investigasi ditemukan jumlah ternak yang mati sebanyak 108 ekor dari 250 ekor (mortalitas sebesar 43,2%) dan berdasarkan data Berita Acara Kematian Ternak dari Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Gorontalo, penyebab kematian ternak kambing PE bantuan adalah bloat (kembung) sebesar 31,4%; lain-lain (nafsu makan turun dan keracunan) sebesar 31,4%; Scabies (21,6%) dan diare (15,7%), tingginya angka kematian kemungkinan disebabkan kondisi ternak yang stress selama perjalanan, stress di lingkungan baru dan manajemen kandang, pakan dan pemeliharaan yang belum optimal oleh penerima bantuan ternak kambing dan berdasarkan informasi dari petugas kesehatan hewan Kabupaten Gorontalo bahwa pada umumnya sudah parah sehingga tingkat kesembuhannnya rendah. Tim melakukan pengambilan sampel yang diambil adalah serum kambing (pengujian serologi Brucella melitensis, Kerokan kulit (Identifikasi ektoparasit) dan Preparat Ulas Darah (Identfikasi Parasit Darah) dan hasilnya adalah seronegatif terhadap Brucella melitensis dan tidak ditemukan adanya parasite dan dan ektoparasit. Tim Balai Besar Veteriner dan bersama dengan Tim Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Gorontalo telah melakukan tindakan medis berupa penyuntikan obat antiparasit, sosialisasi manajemen perkandangan, pakan dan kesehatan hewan dengan harapan tidak ada lagi kematian ternak kambing PE dari bantuan tersebut.
- ItemHasil Verifikasi Metode pengujian Total Plate Count (TPC) Laboratorium Kesehatan Masyarakat Veteriner Balai Besar Veteriner Maros(Balai Besar Veteriner Maros, 2018) Alfinus; Widyastuti, Danny Raty; RamlanLaboratorium Kesehatan MasyarakatVeteriner (Kesmavet) Balai Besar Veterine r Maros telah melakukan memverifikasi metode pengujian Total Plate Count (TPC) atau Angka Lempeng Total (ALT) sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) 2897: 2008, verifikasi ini dilaksanakan oleh 3 (tiga) orang penguji Laboratorium Kesehatan Masyarakat Veteriner (Kesmavet) dengan Metode yang digunakan adalah metode tuang (pour plate) dengan teknik pengenceran bertingkat. Hasil yang diperoleh dari ketiga personil laboraorium adalah RSD sebesar 0,054 dan CV sebesar 5,40 %., dari hasil tersebut maka ketiga personil layak atau berkompeten dalam pengujan Total Plate Count (TPC) atau Angka Lempeng Total (ALT) dan Laboratorium Kesehatan Masyarakat Veteriner telah memenuhi syarta dalam pengujian metode tersebut. Persyaratan standar dalam memenuhi atau tidak memenuhi adalah standar presisi dimana RSD maksimal 0,1 dan CV maksimal 10%
- ItemInterpretasi Mikroskopik dan Pola Penyebaran Bacillus Anthracis Pada Limpha Mencit (Mus musculus) Yang di Inokulasi Suspensi Koloni Bacillus Anthracis(Perpustakaan Balai Besar Veteriner Maros, 2008-12) Alfinus; Amir Z; Pitri; Mappeasse; Hardiman; Balai Besar Veteriner MarosTelah terjadi kematian seekor kuda secara mendadak di Kabupaten Gowa Provinsi Sulwasi Selatan dan oleh pemilik dilakukan pemotongan paksa. Hasil pengujian laboratorium Bakteriologi Balai Besar Veteriner Maros dengan metode isolaso dan pewarnaan Methylene Blue pada sempel dari ternak kuda berupa (swab limpa, potongan bambu, tanah dan rumput) memberikan hasil Positif Bacillus anthracis sedangkan pada sempel ternak sapi hanya tanah tempat pemotongan paksa disalah satu lokasi yang memberikan hasil Positif Bacillus anthracis. Uji Biologis telah dilakukan ke mencit sebanyak 6 ekor secara intraperitonel dan subkutan 3 ekor (kesemuanya mati dalam waktu 24-48 jam pasca inokulasi). Nekropsi dilakukan pada seekor mencit yang mati 24 jam pasca inokulasi secara sub kutan dilanjutkan dengan isolasi dan indentifikasi dan pewarnaan Polychrome Methylene Blue serta preparat sentuh dengan hasil Bacillus anthracis. Gambaran makroskopik pada mencit tersebut mengalami gelatinous pada sub kutan, organ limpa mengalami pembesaran (splenomegaly), rapuh serta berwarna kehitaman, organ hati, jantung, paru-paru tampak tidak mengalami perubahan. Semua sampel dimasukkan dalam Buffer Netral Formalin 10% lalu dilanjutkan pembuatan hispatologi dengan pewarnaan Mayers Hematoksilin Eosin. Interpretasi mikroskopik pada organ limpha terlihat adanya deplesi sel limfosit, infiltrasi sel radang polimorphonuklear dan monomorphonuklear, hemarogika, giant cell serta morphologi bakteri Bacillus anthracis yang bersifat diffuse. Untuk mengetahui pola penyebaran Bacillus anthacis dilakukan metode Brown dan Brenn, metode ini untuk mengindentifikasi bakteri gram positif atau negatif secara histologi, untuk bakteri gram positif akan terdeteksi berwarna biru, bakteri gram negatif berwarna merah, inti berwarna merah dan bagian jaringan berwarna kuning. Pada organ limpha mencit (mus musculus) terlihat bahwa pola penyebaran Bacillus anthracis bersifat diffus (menyebar)
- ItemInvestigasi Gigitan Hewan Penular Rabies (HPR) ke Manusia di Kabupaten Donggala, Propinsi Sulawesi Selatan(Balai Besar Veteriner Maros, 2018) Alfinus; Marmansari, Dini; Hadi, Sulaxono; Widyastuti, Danny Raty; Sukri; RamlanPada Bulan Februari 2018, Balai Besar Veteriner Maros bersama dengan Tim dari Dinas yang membidangi Fungsi Peternakan dan Kesehatan Hewan Propinsi Sulawesi Tengah dan Kabupaten Donggala melaksanakan penyidikan kasus Gigitan dari Anjing (HPR) di Kecamatan Sirenja, Kecamatan Tompe, KabupatenDonggala Propinsi Sulawesi Selatan. Tujuan penyidikan adalah untuk mengetahui penyebab manusia digigit oleh Hewan Penular Rabies (anjing), mengumpulkan data dan informasi, melakukan tindakan pengendalian, mengidentifikasi kemungkinan sumber / rute infeksi, pengambilan sampel (hipokampus dan serum), tindakan pengendalian dilapangan dan saran serta diagnosa. Kasus gigitan anjing pada manusia Berdasarkan data dari Puskesmas Tompe, Kec Sirenja, Kab Donggala sejak Januari sampai 15 Februari 2018 telah terjadi kasus gigitan anjing ke manusia sebanyak 22 korban gigitan; 15 korban gigitan manusia pada bulan Januaridan 7 korban pada bulan Februari 2018. Kasus gigitan anjing pertama kali dilaporkan oleh Staf Puskesmas Tompe kepada Petugas Dinas Peternakan Kab Donggala.Kegiatan dilapangan berupa Pengambilan data, Vaksinasi massal rabies, KIE (Pemutaran video perihal Rabies); Pengambilan sampel dan pemasangan penning pasca vaksinasi.Hasil pengujian laboratorium berdasarkan metode Sellers dan FAT dinyatakan Positif Negri bodies rabies. Penyebab anjing mengigit manusia dikarenakan anjing menderita rabies.Rekomendasi tindakan pengendalian adalah Vaksinasi, Identifikasi dan KIE serta Koordinasi dengan instansi terkait (Kesehatan, Dishub, Kepolisian dan tokoh masyarakat).
- ItemKejadian Anthraz Pada Ternak dan Sapi di Kabupaten Gowa Provinsi Sulawesi Selatan(Perpustakaan Balai Besar Veteriner Maros, 2008-12) Alfinus; Saiful A; Mappeasse; Amir Z; Hardiman; Supardi; Balai Besar Veteriner MarosTelah terjadi kematian pada ternak kuda sebanyak 1 ekor dan ternak sapi sebanyak 11 ekor di Kabupaten Gowa Provinsi Sulawesi Selatan, gejala klinis pada ternak kuda yaitu mati secara tiba-tiba, sedangkan pada ternak sapi gejala secara umum adalah tidak adanya nafsu makan, leher sedikit membengkak dengan cairan kuning, ternak tiba-tiba mati. Hasil isolasi dan identifikasi dilakukan dengan metode isolasi pada bool agar dan pewarnaan Polychrome Methylene Blue pada sampel memberikan hasil positif Anthrax. Uji biologis telah dilakukan ke mencit sebanyak 6 ekor secara intraperitonel dan intra muskular 3 ekor (kesemuanya mati dalam waktu 24-48 jam pasca inokulasi) lalu dilakukan nekropsi dan dilanjutkan isolasi dan identifikasi serta preparat sentuh yang kesemuanya memberikan hasil positif Anthrax. Dari kejadian kasus pemotongan paksa ternak maka perlu ditingkatkan kesadaran kepada ternak/masyarakat agat tidak memotong paksa ternak yang mati mendadak, segera dilakukan vaksinasi dan pengobatan secara massal dan serentak pada ternak yang masih hidup dan pengawasan lalu lintas ternak serta produknya.
- ItemKejadian Tetrameres Americana Pada Ayam Kampung(Perpustakaan Balai Besar Veteriner Maros, 2003-02) Alfinus; Effendi; Sutar M; Balai Besar Veteriner MarosTelah terjadi kasus Tetrameres Americana di Balai Penyidikan dan Pengujian Veteriner Regional VII Maros. Kasus ini bermula dari sampel kiriman berupa ayam kampung berumur sekitar 3 bulan yang sudah mati yang berasal dari peternak ayam kampung di sekitar kompleks BPPV Regional VII Maros dengan anamnesa hewan mengalami kekurusan dan mati. Hewan dinekropsi dan perubahan makroskopik hanya terjadi di organ proventrikulus yaitu petechiae dan terdapat cacing. Pada saat itu sekan secara tidak sengaja mengiris bagian proventrikulus yang terdapat petechiar ternyata terjadi pendarahan pada irisan tersebut. Spesimen yang diambil untuk pemeriksaan laboratorium adalah potongan dari proventrikulus lainnya dimasukkan ke dalam buffet formalin 10% untuk pembuatan prefarat histopatologi dengan pewarnaan H&E. Hasil dari pemeriksaan laboratorium parasitologi terdapat jenis cacing Tetrameres Americana dan pada pemeriksaan histopatologi ditemukan adanya potongan bagian dari cacing betina Tetrameres Americana. Dari hasil tersebut dapat didiagnosa bahwa penyebab kematian ayam kampung tersebut diduga karena terinfeksi cacing Tetrameres Americana. Kejadian Tetrameres Americana dapat digunakan sebagai indikasi dari manajemen pemeliharaan yang kurang baik dan hal ini sering dialami oleh peternakan ayam kampung (buras) daripada ayam ras sehingga kasus ini jarang terjadi pada ayam ras yang memiliki manajemen yang baik.
- ItemKomunikasi, Edukasi dan Informasi Kesejahteraan Hewan (Animal Welfare)(Balai Besar Veteriner Maros, 2018) Alfinus; Marmansari, Dini; Widyastuti, Danny Raty; Irmayanti; Jumardi; Susilawati, Cici; Ramlan
- ItemLaporan Hasil Kegiatan Percobaan BIV Pada Sapi Bali(Perpustakaan Balai Besar Veteriner Maros, 2002-12) Faizah Rauf; Alfinus; Hertaningsih; Balai Besar Veteriner MarosDari hasil yang didapatkan pada percobaan ini dengan hanya melihat perubahan suhu maka terlihat bahwa rata-rata suhu sebelum inokulasi dan sesudah inokulasi tidak ada perbedaan dan masih dalam batas normal baik pada sapi donor (MB 64) maupun pada sapi resipien (MB 97 dan MB 98). Dari hasil yang didapatkan pada sapi percobaan ini dengan melihat gambaran darah yang dihubungkan dengan perubahan suhu maka terlihat secara umum pada ke-3 ekor sapi (MB 97, MB 98, MB 64) menunjukkan lymphocyt naik baik pada sapi yang demam maupun pada sapi yang suhunya normal.
- ItemLaporan Kasus HIstomoniasis Pada Ayam Buras(Perpustakaan Balai Besar Veteriner Maros, 2001-08) Alfinus; Muflihanah; Balai Besar Veteriner MarosTelah terjadi kasus kematian seekor ayam buras milik kelompok wanita binaan BPPV Regional VII Maros di kelurahan Allepolea kecamatan Maros Baru kabupaten Maros pada bulan Januari 2001. Kematian terjadi secara tiba-tiba tanpa disertai gejala klinis. Hasil pengamatan postmortem ditemukan adanya perubahan berupa foci-nekrotik pada hampir seluruh hati dan ulserasi pada sekum, sedangkan pemeriksaan secara histopatologis ditemukan adanya massa yang berbentuk vukoal yang merupakan salah satu stadia Histomonas sp. di hati dan sekum. Berdasarkan hasil pengamatan secara makroskopis dan mikroskopis diatas terutama dengan adanya massa berbentuk vakuol yang merupakan salah satu Histomonas sp. di hati dan sekum, maka kasus kematian tersebut diduga kuat disebabkan oleh Histomonas sp. Kasus Histomoniasis pada ayam buras ini merupakan kasus pertama kali didiagnoasa oleh BPPV Regional VII Maros.
- ItemLaporan Kasus Keracunan Lantana camara pada Sapi Bali di Kabupaten Bone, Sulsel(Perpustakaan Balai Besar Veteriner Maros, 2001-08) Muflihanah; Alfinus; Tangguh P; M. Idris; Balai Besar Veteriner MarosPada 18 Mei 2001 Disnak Bone melaporkan kasus kematian 3 ekor sapi masyarakat di desa Pattiro kecamatan Mare dengan gejala lepuh pada mulut dan hidung, telinga kering, mengkerut, teracak luka, pangkal ekor menebal dan kulit terlepas. Kondisi badan kurus terjadi terutama pada sapi muda dan umumnya diakhiri kematian. Sampel berupa serum dan ulas darah sapi yang masih hidup di desa Mattampawalie kecamatan Mare dengan gejala yang sama dikirim ke BPPV Maros untuk identifikasi kasus. Sehubungan dengan itu tim BPPV Maros mengunjungi lokasi kasus untuk mengamati langsung di lapangan dan kemungkinan sampel yang sesuai dengan kasus. Informasi yang diperoleh dari peternak diketahui bahwa sapi tersebut ditambatkan di padang rumput yang banyak ditumbuhi Lantana camara sehari semalam, kemudian pada esok harinya dilepas. Hasil pengamatan sapi yang menderita nampak adanya gejala fotosensifitasi, dermatitis simetris yang menyebar di seluruh tubuh, telinga, teracak, feses mengeras dan saat defikasi nampak kesulitan dan merejan. Berdasarkan epidemiologi dan klinis kasus tersebut dinyatakan keracunan Lantana.
- ItemLaporan Kasus Rabies Pada Kambing(Perpustakaan Balai Besar Veteriner Maros, 2001-08) Faizah; Alfinus; Balai Besar Veteriner MarosPenyakit rabies (anjing gila) pada orang awam diketahui hanya pada anjing, kucing atau kera. Pada tulisan ini dilaporkan kasus rabies pada kambing yang diterima oleh BPPH Wilayah VII Maros. Salah satu kasus penyakit rabies pada kambing yang terlaporkan yaitu pada pertengahan tahun 2001 dengan gejala klinis hampir menyerupai gejala tetanus. Pada tulisan ini dijelaskan berdasarkan gejala klinis, perubahan patologi dan pemeriksaan virologi. Diagnosa rabies ditegakkan melalui pemeriksaan virologi dengan menggunakan pewarnaan Seller dan FAT ditemukan inklusion body maka diagnosa akhirnya rabies.
- ItemLaporan Kasus Strangles Pada Kuda Lokal di Kabupaten Maros Provinsi Sulawesi Selatan(Perpustakaan Balai Besar Veteriner Maros, 2009-09) Alfinus; Soegiarto; Marmansari D; Haeriah; Balai Besar Veteriner MarosTelah terjadi kasus ingusan pada beberapa lokal di Desa lampangan dan Desa Rumbia, Kelurahan Tanete, Kecamatan Simbang, Kabupaten Maros, Provinsi Sulawesi Selatan sekitar 6 bulan yang lalu dan sebelum kasus ini telah ada juga kasus serupa di Kecamatan Bantimurung tetapi pada kasus ini kami mengunjungi di Kecamatan Simbang. Tanggam 20 Oktober 2009 Balai Besar Veteriner Maros menerima laporan tertulis dari Dinas Peternakan Kabupaten Maros perihal kasus tersebut dan memohon bantuan tenaga medik veteriner dalam mendiagnosa kasus tersebut sehingga Balai Besar Veteriner Maros pada hari yang sama mengirim tim untuk turun kelapangan dalam rangka penyidikan terhadap kejadian kasus tersebut. Pengamatan dilapangan kasus masih berlanjut walaupunprevalensi sudah menurun mengingat waktu kejadian sudah 6 bulan yang lalu. Adapun gejala klinis yang teramati di lapangan adalah demam, terdapat discharge mukopurulent dari hidung dan terdapat luka terbuka (abses) di bagian mandibula. Sampel yang diambil untuk dilakukan pengujian laboratorium terdiri dari swab dan cairan mukopurulent dari hidung, serum, swab dan cairan abses terbuka. Pengobatan yang kami lakukan adalah pemberian antibiotik. Hasil pengujian laboratorium bakteriologi Balai Besar Veteriner Maros pada 12 swab maupun cairan (abses dan mukopurulent) terindentifikasi bakteri Streptococcus equi. Berdasarkan gejala klinis dan hasil pengujian dari laboratorium bakteriologi Balai Besar Veteriner terindektifikasi bakteri streptococcus equi sehingga diagnosa ingusa pada kuda lokal di Desa Lempangan dan Desa Rumbia, Kelurahan Tanete, Kecamatan Simbang, Kabupaten Maros, Provinsi Sulawesi adalah Strangles (Streptococcus equi).
- ItemLAPORAN PEMBINAAN LABORATORIUM VETERINER DIWILAYAH KERJA BALAI BESAR VETERINER MAROS TAHUN ANGGARAN 2012(Balai Besar Veteriner Maros, 2012) Alfinus; Ramlan
- ItemLaporan Penelitian Gambaran Darah Dari Bovine Immunodeficiency Virus (BIV) Pada Sapi Bali(Perpustakaan Balai Besar Veteriner Maros, 2002-12) Alfinus; Faizah Rauf; Muflihanah; Hartaningsih; Balai Besar Veteriner MarosTelah dilakukan penelitian melihat gambaran darah dari Bovine Immunodeficiency Virus (BIV) pada Sapi Bali, betina 3 ekor; satu ekor Sapi Bali no sampel darah 29 (MB 64) positif pada uji serologi ELISA terhadap antigen Jembrana dan 2 ekor Sapi Bali no sampel darah 3 dan 34 (MB 97 dan MB 98) negatif pada uji serologi Elisa. Pengambilan darah hari ke-3 sebelum dilakukan inokulum, hari ke nol sebelum inokulum dan dua hari dalam seminggu selama 1 bulan selanjutnya setiap seminggu sekali sampai dengan penelitian berakhir juga dilakukan bila hewan mengalami demam. Pemeriksaan berupa RBC, WBC, Hb, PVC, TPP, dan Differential Leukosit (lihat lampiran 1, 2 dan 3). Hasil pemeriksaan darah dari median pre inokulasi (hari ke-3 dan hari ke nol) hewan MB 64 PVC naik, MB 97 RBC dan PVC turun, MB 98 RBC, PVC, netrofil turun dan limfosit naik. Nilai median post inokulasi leukosit hewan percobaan MB 64 limfosit naik, MB 97 RBC, PVC turun dan limfosit naik, MB 98 RBC, PVC, Netrofil turun dan limfosit naik, sehingga pada hewan percobaan MB 64 dan MB 97 masing-masing mengalami limfositosis (limfosit naik) sedangkan MB 98 netrofilnya menjadi normal. Menurt Kyoung et all (1999) menerangkan bahwa gejala yang ditimbulkan oleh Bovine Immunodeffisiensi (BIV) adalah limfositosis, lymphadenopathy, neuropathy, penurunan berat nadam dam emasiasi sedangkan pengamatan selama penelitian semua hewan percobaan tidak mengalami limfositosis, lymphadenopathy, neuropathy, penurunan berat nadam dam emasiasi tetapi hanya terlihat limfositosis. Pemeriksaan parasit darah dengan metode preparat ulas darah dan hematokrit ternyata semua hewan percobaan pernah terdapat Trypanosoma sp. Menurut Schalm et all (1975) adanya Trypanosoma di dalam darah yang juga dapat menyebabkan limfositosis.
- ItemLAPORAN SURVEI PENYAKIT EKSOTIK (PENYAKIT MULUT DAN KUKU; BOVINE SPONGIFORM ENCEPHALOPATHY) DIWILAYAH KERJA BALAI BESAR VETERINER MAROS TAHUN ANGGARAN 2012(Balai Besar Veteriner Maros, 2012) Alfinus; Ramlan
- ItemPenentuan Titrasi Antisera Untuk Deteksi Antigen Rabies dan Avian Inflenza Dengan Metode Immunohistokimia di Balai Besar Veteniner Maros(Perpustakaan Balai Besar Veteriner Maros, 2005-09) Alfinus; Wahyuni; R. Damayanti; R. Mudigdo; Balai Besar Veteriner MarosPendektesian antigen virus Rabies dan Avian Influenza pada histopatologi dengan metode immunohistokimia telah dilakukan oleh Balai Besar Veteriner bekerjasama dengan Balai Penelitian antivirus Avian Influenza H5N1 dengan menggunakan kit LSAB 2, DAKO, Denmark, K0672. Prinsip dari metoda ini adalah pemeriksaan sampel otak hewan penular rabies yang didiga rabies dan organ Telur Ayam Bertunas positif Avian Influenza yang diproses sebagai preparat histopatologi direaksikan dengan serum kelinci antivirus rabies dan antivirus Avian Influenza H5N1 dengan avidin-biotin kompleks peroksidase. Antigen yang terdapat pada jaringan otak hewan penular rabies dan organ ayam dapat divisualisasikan dengan penambahan warna/substrat 3-Amino 9-Ethyl Carbazole (AEC) yang menghasilkan warna coklat kemerahan dengan menggunakan mikrosop cahaya. Pada kesempatan kali ini kami akan mengetahui tirasi optimal dari serum kelinci antivirus rabies dan antivirus Avian Influenza yang memberikan hasil memuaskan untuk teknik immunohistokimia. Hasil titrasi serum kelinci antivirus rabies dan antivirus AVian Influenza H5N1 yang memberikan hasil memuaskan adalah 1:50 pada pengujian Avian Influenza dan 1:100 pada pengujian rabies. Teknik pewarnaan ini terbukti cepat dan akurat untuk menginformasi diagnosa pada preparat histopatologi dan membuktikan bahwa hewan terinfeksi oleh virus rabies dan flu burung.
- ItemPenerapan Aspek Higienis Daging pada Penyembelihan Hewan Qurban di Kabupaten Maros Provinsi Sulawesi Selatan(Balai Besar Veteriner Maros, 2020) Alfinus; Marmansari, Dini; Perpustakaan Balai Besar Veteriner MarosPenyembelihan hewan qurban merupakan salah satu ibadah bagi umat islam yang mampu dalam berqurban dan itu dilaksanakan setiap Hari Raya Idul Adha 10 Dzulhijjah. Pada Tahun 1441 H atau 2002 M, di tahun 2020 M ini pelaksanaan penyembelihan hewan qurban dilaksanakan dalam masa pandemi Covid 19 sehingga dalam pelaksanaan menerapkan protokol kesehatan. Kabupaten Maros di tahun 2020 ini menetapkan 5 lokasi yaitu Lokasi 1 (H. Hafid); Lokasi 2 (H. Pacong); Lokasi 3 (Puskeswan); Lokasi 4 (Mesjid Agung Maros) dan Lokasi 5 (Mesjid Al Markaz Al Islami Maros) Pengulisan kali ini membahas penerapan aspek higienes perlu dilakukan dan mengetahui ada atau tidak adanya cemaran mikroba atau kontaminasi mikroorganisame pada produk pangan asal hewan tersebut (daging). Hasil pengamatan terhadap penerapan aspek higienes bahwa di lokasi 1 10/16 atau sebesar 62,50%, Lokasi 2 11/16 atau sebesar 68,75%, Lokasi 3 14/16 atau sebesar 87,50%, Lokasi 4 13/16 atau sebesar 81,25 dan Lokasi 5 15/16 atau sebesar 93,75%, sedangakan hasil pengujian laboratorium bahwa di lokasi 1, 2 dan 4 masih terdapat cemaran mikroba atau kontaminasi mikroorganisme Escherichia coli dan Salmonella sp sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan semakin tingginya persentase penerapan aspek higienes maka semakin kecil kemungkinan produk pangan asal hewan tersebut terkontaminasi mikroorganisme sehing
- ItemSurvai Penyakit Bovine Spongiform Encephalopathy (BSE) atau Mad Cow Disease di Wilayah Kerja BPPV Regional VII Maros(Perpustakaan Balai Besar Veteriner Maros, 2002-04) Alfinus; Isbandi S; Balai Besar Veteriner MarosBovine spongiform encephalopathy (BSE) atau mad cow diease atau penyakit sapi gila adalah suatu penyakit yang menyerag susunan syaraf pusat pada sapi dewasa. BSE disebabkan oleh suatu agen infeksi unconvensional yang disebut prion dan bersifat zoonosis (dapat menular ke manusia) dan dilaporkan pertama kali terjadi di Inggris pada tahun 1986. Sampai saat ini kejadian penularan BSE diluar Inggris adalah karena importasi sapi yang terinfeksi BSE dari Inggris atau sebagai akibat konsumsi konsentrait yang mengandung meat-and-bone meal (tepung tulang dan daging) yang tercemar oleh scrapie-like agent. Pada tahun 2002, BPPH (BPPV) VII Maros mengadakan surveilance penyakit BSE di wilayah kerjanya dengan metode pengisian kuesionair serta pengumpulan material otak sapi untuk pemeriksaan histopatologi. Kuesionair ditujukan untuk memperoleh informasi tentang asal-usul sapi, kemungkinan penggunaan konsentrat tepung tulang pada ransum sapi serta kemungkinan keberadaan sapi yang mempunyai kelainan syaraf. Dari hasil surveillance tersebut didapatkan informasi bahwa tidak ada importasi sapi dari Inggris, tidak pernah menggunakan ransum yang menggunakan tepung tulang dan tidak ada kelainan yang mengarah pada BSE pada sampel otak yang dikoleksi sehingga dapat disimpulkan bahwa hingga saat ini belum pernah ada BSE diwilayah kerja BPPV VII Maros.
- ItemSurvai Rabies Pada Anjing dan Kucing di Pasar Tradisional Manado(Perpustakaan Balai Besar Veteriner Maros, 2003-02) Alfinus; Faizah Rauf; Isbandi; Nyoman Reli; Balai Besar Veteriner MarosTelah dilakukan survai untuk melihat kemungkinan adanya penyakit rabies pada anjing dan kucing yang siap dipasarkan di empat lokasi pasar tradisional Manado, Sulawesi Selatan. Bahan yang diuji berupa jaringan hipokampus otak anjing sebanyak 99 spesimen dan hipokampus kucing sebanyak 3 spesimen. Spesimen tersebut diuji dengan mencari Negri bodies dengan metoa pewarnaan Seller, hispatologi dan Direct Fluorescent Antibody Test (FAT). Dari hasil pengujian dengan pewarnaan Seller dan histopatologi tidak ditemukan Negri bodies pada semua spesimen, sedangkan pengujian dengan metoda FAT menghasilkan 8 spesimen positif Rabies dengan distribusi 1/14 di lokasi pasar pasar II, 5/30 di lokasi pasar III dan 0/10 di lokasi pasar IV.
- ItemSurvei Fasciolosis Pada Kerbau di Pasar Hewan Tradisional Kabupaten Tana Toraja Sulawesi Selatan(Perpustakaan Balai Besar Veteriner Maros, 2003-09) Alfinus; Susilo; M.Arif; Balai Besar Veteriner MarosTelah dilakukan survei fasciolosis pada kerbau di pasar hewan tradisional Kabupaten Tana Toraja untuk melihat presentase Fasciolosisnya. Spesimen berupa feses sebanyak 110 sampel yang diambil secara acak dari kerbau-kerbau yang berasal dari kelompok Bugis, kelompok Takalar, kelompok Nusa Tenggara Timur (NTT), kelompok Tana Toraja dan Kelompok Sulawesi Tengah. Hasil pemeriksaan laboratorium dengan metoda endapan diperoleh presentase positif telur cacing Fasciola sp adalah 12,73% (14 sampel), dengan persentase tiap kelompok adalah kelompok Bugis 5,45% (6 sampel), kelompok Takalar 3,64% (4 sampel), kelompok NTT 1,82% (2 sampel), kelompok Tana Toraja 1,82% (2 sampel) sedangkan Kelompok Sulawesi Selatan Tengah 0% (0 sampel).