Buletin Hasil Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Buletin Hasil Penelitian Agroklimat dan Hidrologi by Author "Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi"
Now showing 1 - 11 of 11
Results Per Page
Sort Options
- ItemAnalisis Indeks Penggunaan Air Untuk Deteksi Kekritisan Air (Studi Kasus DAS Cicatih-Cimandiri, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat)(Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi, 2020-11-11) Rejekiningrum, Popi; Balai Penelitian Agroklimat dan HidrologiPemenuhan kebutuhan air di suatu wilayah ditentukan oleh ketersediaan air, kebutuhan air, kecukupan air, dan potensi sumber daya air di wilayah tersebut. Ketersediaan air ditentukan oleh kondisi neraca air yang direpresentasikan dalam komponen curah hujan, evapotranspirasi, aliran permukaan, perkolasi, dan simpanan air tanah. Sedangkan kebutuhan air ditentukan oleh kebutuhan air penduduk, kebutuhan air industri, dan kebutuhan air untuk pertanian. Untuk itu dilakukan penelitian yang bertujuan untuk: (1) Karakterisasi dan analisis kebutuhan air, (2) Karakterisasi dan analisis ketersediaan air, dan (3) Identifikasi indeks penggunaan air. Alokasi optimum untuk memenuhi kebutuhan air untuk penduduk/domestik, industri, dan pertanian diprediksi melalui pendekatan optimasi kebutuhan air dan ketersediaan air dengan model optimal water sharing. Adapun indikasi terjadinya kritis air diidentifikasi melalui indeks penggunaan air (IPA) yaitu rasio antara total kebutuhan dengan ketersediaan air. Nilai IPA antara 0 – 0,5 kondisi sumberdaya air tidak kritis, antara 0,6 – 0,9 kritis, dan jika lebih dari 1 sangat kritis. Hasil analisis menunjukkan bahwa telah terjadi indikasi kritis air dan sangat kritis pada aplikasi irigasi konvensional pada sekali tanam dengan IPA antara 0,75-0,76, 0,89-0,90 pada dua kali tanam, dan 1,09-1,11 pada tiga kali tanam. Sedangkan pada aplikasi irigasi intermittent tidak ditemukan indikasi kritis air (IPA antara 0,37-0,39 pada sekali tanam, 0,38-0,39 pada dua kali tanam, dan 0,40-0,41 pada tiga kali tanam).
- ItemClimate Change and Agriculture sector in Indonesia: Impacts and adaptation options to 2100(Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi, 2020-11) Balai Penelitian Agroklimat dan HidrologiAgriculture is the sector affected by climate change. The impact of climate change on agriculture sector is multidimensional, ranging from resources, agricultural infrastructure, and systems agricultural production, to the aspects of food security and independence, as well as the welfare of farmers and the community at large. Common strategies and policies for countering climate change impacts to agriculture is an adaptation action program in the food crops and horticulture sectors as the main priority in order to increase production and maintain national food security. Adaptive activities in dealing with climate change synchronized with mitigation activities include application of rice varieties with high productivity, application of animal manure as an energy through the biogas installation and application of organic fertilizer as carbon sequestration. However, there was activities that can be synchronized between adaptation and mitigation action such as application of rice varieties with high productivity, application of animal manure as an energy through the biogas installation and application of organic fertilizer as carbon sequestration. Then, regarding on the emissions projection, the emissions status from agriculture sector will continue to increase following the increases of agriculture activity to fulfil the demand.
- ItemEstimasi Tinggi Planetary Boundary Layer Dari Data Radiosonde Dengan Metode Gradien Di Indonesia(Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi, 2019-11-20) Hariyanti, Kharmila Sari; Balai Penelitian Agroklimat dan HidrologiPlanetary Boundary Layer (PBL) adalah lapisan terpenting dari troposfer yang memiliki pengaruh timbal balik langsung dengan permukaan bumi. Ketebalan PBL adalah parameter penting untuk memahami proses perubahan cuaca, iklim, dan kualitas udara namun informasi tinggi PBL secara spasial dan temporal di wilayah indonesia belum banyak. Makalah ini membahas estimasi tinggi PBL menggunakan metode gradien dari data observasi radiosonde untuk wilayah Indonesia. Pendekatan metode gradien berdasarkan parameter suhu udara (T), suhu potensial (θ), suhu potensial virtual (θv), kelembaban Relatif (RH) dan mixing ratio (r). Keragaman tinggi PBL akan dilihat secara temporal (harian dan bulanan) dan spasial. Analisis spasial berdasarkan posisi stasiun radiosonde yang dibagi menjadi tiga wilayah yaitu Bumi Belahan Utara Equator (BBU), Bumi Belahan Selatan Equator (BBS) dan Equator (EQU). Hasil estimasi tinggi PBL dengan metode gradien suhu potensial virtual memiliki nilai median tertinggi jika dibandingkan dengan empat metode lainnya. Pada siang hari estimasi tinggi PBL secara signifikan lebih tinggi dari malam hari di semua wilayah. Hasil uji t dan F menunjukkan bahwa metode gradien suhu aktual, suhu potensial, suhu potensial virtual dan kelembaban relatif tidak berbeda secara signifikan. Variasi median rata-rata bulanan tinggi PBL di wilayah BBS memiliki hubungan dengan pola hujan monsoonal, pada musim kemarau tinggi PBL lebih rendah dari musim hujan.
- ItemHubungan Iod (Indian Ocean Dipole) Terhadap Anomali Curah Hujan di Pantai Utara Jawa (Studi Kasus: Kabupaten Karawang, Kabupaten Subang, dan Kabupaten Indramayu)(Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi, 2019-11-20) Firda, Dariin; Balai Penelitian Agroklimat dan HidrologiAnalisis hubungan antara indeks IOD (Indian Ocean Dipole) dengan anomali curah hujan bulanan dilakukan pada tiga Kabupaten di Pantai Utara Jawa dengan periode tiga bulanan, yaitu Desember-Januari-Februari (DJF), Maret-April-Mei (MAM), Juni-Juli-Agustus (JJA), dan September-Oktober-November (SON). Waktu jeda yang digunakan dalam analisis adalah lag 0 sampai lag 3 dengan analisis korelasi dan signifikansi dengan nilai p < 0,1. Data curah hujan bulananp ada 14 stasiun yang digunakan memiliki periode data >20 tahun dengan data kosong pada setiap stasiun <10%. Hasil analisis menunjukan bahwa IOD memiliki korelasi kuat dengan anomali curah hujan bulanan. Periode musim yang paling banyak memiliki korelasi dengan IOD positif adalah periode SON sebanyak 6 stasiun. Pada kondisi IOD negatif, periode MAM dan JJA merupakan periode dengan jumlah stasiun terbanyak yang berkorelasi nyata dengan IOD. Pada kondisi IOD positif, stasiun yang paling banyak berkorelasi nyata berada di wilayah Kabupaten Subang. Dalam kondisi IOD negatif, sebagian besar stasiun berkorelasi nyata di wilayah Kabupaten Indramayu. Pengaruh IOD baik positif maupun negatif, secara umum lebih kuat pada periode musim MAM sampai SON dan lebih rendah pada periode musim DJF.
- ItemIntegrating Spectroscopy in the Land Resources Monitoring to Support Agricultural Nutrient Management in Indonesia(Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi, 2019-11-20) Hari Adi, Setyono; Balai Penelitian Agroklimat dan HidrologiSpectroscopy studies material responses to the incident electromagnetic radiation. This method has been proven to be cost-effective for either soil or plant nutrient analysis. Furthermore, it offers rapid and high throughput quantitative data measurement with non-destructive, waste-free and minimal sample preparation processes. This article reviews potential use of spectroscopy technology in land resources monitoring as the cost-effective solution, particularly in the developing nations where natural resources monitoring might not be part of national development priority. The discussion is focused on the use of visual/near-infrared spectroscopy (VNIRS) for soil nutrients prediction, particularly to support cropland nutrient management of three main food crops in Indonesia, i.e. paddy, maize, and soybean.
- ItemIntroduction To Spatial And Tabular Data Analysis With R(Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi, 2019-11-20) Hari Adi, Setyono; Balai Penelitian Agroklimat dan HidrologiGeographic Information System (GIS) has been extensively utilized in water resources management because it features integrated tools to analyze spatial and tabular dataset. Proprietary software for GIS processing is available in the market, but the cost is expensive that only certain organizations are able to make such investment. This article covers technical introductory on data analysis and GIS processing using R Statistics. R is a free statistical software that also support software extensions (packages) for spatial and tabular data manipulation. These features enable R as an integrated tool for big data analysis in GIS to support water resources modeling.
- ItemKoreksi Bias Curah Hujan Global Precipitation Climatology Centre (GPCC), Studi Kasus: Jawa Barat(Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi, 2019-11-20) Misnawati; Balai Penelitian Agroklimat dan HidrologiPenggunaan data-data global curah hujan semakin meningkat karena minimnya ketersedian data observasi curah hujan, akan tetapi curah hujan global masih memiliki bias terhadap curah hujan observasi sehingga perlu dilakukan koreksi bias terhadap data-data global sebelum penggunaan lebih lanjut. Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan koreksi bias curah hujan Global Precipitation Climatology Centre (GPCC) bulanan untuk wilayah Jawa Barat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah curah hujan GPCC sebelum dikoreksi lebih tinggi dari curah hujan observasi (overestimate) dan setelah dilakukan koreksi bias, jumlah curah hujan GPCC mendekati curah hujan observasi. Nilai korelasi (r) antara curah hujan GPCC terkoreksi lebih tinggi dibandingkan dengan curah hujan GPCC yang belum dikoreksi yaitu 0.522 sebelum dikoreksi dan 0.947 setelah dikoreksi. Pola spasial curah hujan GPCC terkoreksi hampir sama dengan pola spasial curah hujan observasi dan nilai perbedaan (gap) curah hujan GPCC terkoreksi lebih kecil dibandingkan dengan GPCC yang belum terkoreksi.
- ItemModel Spasial Kadar Air Tanah di Kabupaten Indramayu Mendukung Era Revolusi Industri 4.0(Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi, 2020-11-11) Balai Penelitian Agroklimat dan HidrologiInformasi nilai kadar air tanah pada kondisi kapasitas lapang (KL), titik layu permanen (TLP), dan air tersedia (AT) diperlukan untuk memenuhi kebutuhan air tanaman agar tumbuh optimal. Informasi kadar air tanah umumnya didapatkan melalui uji laboratorium dengan beberapa sampel tanah, namun dengan memanfaatkan teknologi saat ini informasi kadar air tanah mampu didapatkan tanpa melalui uji laboratorium. Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi nilai KL, TLP, dan AT di Desa Benda dan di Desa Santing di Kabupaten Indramayu menggunakan data satelit dan diolah dengan persamaan Rawl dan Saxton, serta disajikan dalam bentuk spasial. Hasil tersebut kemudian dibandingkan dengan nilai KL, TLP, dan AT hasil uji laboratorium. Hasil yang diperoleh menunjukkan nilai KL, TLP, dan AT di Kabupaten Indramayu mampu diestimasi menggunakan hasil model dengan nilai yang tidak jauh berbeda dengan hasil uji laboratorium. Di Desa Benda, nilai KL dan TLP hasil uji laboratorium lebih tinggi dari hasil model dengan selisih berturut- turut 34 mm dan 36 mm, sedangkan AT lebih rendah dengan selisih 2 mm. Di Desa Santing, nilai KL dan AT hasil uji laboratorium lebih rendah dari hasil model dengan selisih berturut- turut 2 mm dan 14 mm, sedangkan TLP menunjukkan hasil yang lebih tinggi dengan selisih 12 mm.
- ItemPotensi Tanam Padi pada Musim Kemarau 2020 di Provinsi Jawa Timur(Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi, 2020-11-11) Misnawati; Firda, Dariin; Rachmawati, Naadaa; Balai Penelitian Agroklimat dan HidrologiPadi merupakan makanan pokok untuk penduduk indonesia yang kebutuhannya selalu meningkat setiap tahunnya karena peningkatan populasi. Salah satu upaya peningkatan produksi padi adalah dengan memanfaatkan potensi tanam pada musim kemarau. Potensi tanam pada musim kemarau sangat ditentukan oleh faktor ketersediaan air untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan tanaman padi. Artikel ini merupakan sebuah review untuk mengetahui potensi tanam padi pada musim kemarau 2020 di Jawa Timur berdasarkan prediksi iklim dari SI Pertanian dan BMKG. Kondisi musim kemarau 2020 yang cenderung lebih basah dibandingkan rerata kimatologis 1981-2010, dapat dimanfaatkan untuk peningkatan produksi tanaman padi yang melalui peningkatan indeks penanaman mencapai IP 300. Berdasarkan SI KATAM TERPADU, potensi luas tanam padi pada musim kemarau 2020 meningkat 8% dibandingkan tahun sebelumnya. Meski demikian, kondisi prediksi curah hujan dalam SI Iklim Pertanian menunjukkan curah hujan tergolong rendah di seluruh wilayah Jawa Timur pada April-Agustus dengan curah hujan <50 mm per dasarian dan berpeluang tinggi untuk deret hari kering >10 hari berturut-turut. Melihat kondisi tersebut, selain curah hujan, penyediaan dan pemanfaatan infrastruktur air juga diperlukan agar dapat mendukung potensi penanaman padi pada musim kemarau 2020.
- ItemStudi Dampak Pemompaan Air Tanah Terhadap Debit Recharge(Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi, 2020-11-11) Trinugroho, Muchamad Wahyu; Balai Penelitian Agroklimat dan HidrologiUpaya dalam Ekplorasi air tanah merupakan usaha yang tidak dapat dihindari dalam pemenuhan air baku untuk keperluan domestik. Studi ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh pemompaan air tanah terhadap debit recharge pada suatu ekosistem rawa dengan melakukan simulasi air tanah menggunakan MODFLOW. Simulasi dengan 6 kondisi, yaitu 3 skenario sebelum pemompaan dan 3 skenario sesudah pemompaan, selain itu juga dilakukan kajian pengaruh volume debit pemompaan dan perubahan lokasi sumur terhadap debit recharge. Hasil simulasi menunjukkan dari 6 kondisi dihasilkan perbedaan debit recharge antar scenario yang relative kecil, sedang pengaruh volume debit pemompaan sumur terhadap penurunan debit recharge sebesar 0.53 %. Sedangakan hasil yang lain lokasi sumur pemompaan menunjukkan semakin jauh dari sungai maka terjadi penurunan debit recharge dengan rata-rata penurunan 0.11 %. Pada kajian ini pemodelan air tanah berhasil dilakukan sebagai alat bantu untuk mempelajari karakteristik air tanah dalam rangka ekploitasi air tanah.
- ItemStudi Pemodelan Spasial Banjir Dalam Mendukung Pengembangan Pertanian Padi Rawa di Sumatra Selatan(Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi, 2019-11-11) Muhardiono, Iman; Balai Penelitian Agroklimat dan HidrologiSouth Sumatera has one the largest swamp land area for paddy cultivation where also become a national source priority of rice production.Since swamp land has potential problem risk of water issues where most of the land tends to be flat, agriculture which are developed must follow characteristic of weather anomaly nowadays In general, paddy cultivation in swamp land has a problem in water management where in rainy season, flood frequently cause disadvantage in paddy agriculture sector. Flood is one of condition which will bring a sensitive issue for rice production where swamp lands are controlled for Cropping Index (CI) 300. In this study flood analysis spatial are importantly needed as base planning for protecting and developing of agriculture areain order to help decision making in managing agriculture land. This study consists of 1) Probable rainfall analysis using Log Normal, Gumbel I, Gumbel II, and Log Pearson; 2) Probable flood discharge analysis using unit synthetic hydrographHSS ITB I, Nakayashu, and SCS-Synder; 3) Hydrodynamic modelling 2D HEC-RAS; 4) Spatial Analysis; 5) Recommendation. Simulation results spatial inundation map based on shows with flood discharge25years return period, about in paddy swamp land area. 22% of total area inundated >2 m, this describes which Muara Telang Sub-District has moderate vulnerability index from flood. Recommendation in some aspects are divided into structural and non-structural. iIn structural aspect including rehabilitation of embankment where non-structural aspect close to mitigation and hazard awareness.