Kumpulan Makalah Seminar Hasil Penelitian BB Biogen
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Kumpulan Makalah Seminar Hasil Penelitian BB Biogen by Author "Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian"
Now showing 1 - 20 of 20
Results Per Page
Sort Options
- ItemAnalisis Sidik Jari DNA Varietas Tanaman Pangan(BB Biogen, 2005) Septiningsih ...[at al], Endang M.; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianPada tahun anggaran 2004 telah dilakukan identifikasi varietas secara molekuler dengan menggunakan marka SSR (simple sequence repeat) berlabel flouresen terhadap 96 aksesi padi, ubi jalar, dan kedelai menggunakan alat DNA genetic analyzer berbasis elektroforesis kapiler. Dengan teknologi ini, ukuran fragmen DNA yang diperoleh dapat dibaca lebih akurat, pengoperasian alat lebih otomatis, dan high-troughput. Pembacaan fragmen yang akurat sangat diperlukan terutama dalam usaha identifikasi varietas untuk keperluan konformasi, registrasi, dan dalam rangka perlindungan varietas tanaman (PVT). Di samping itu, karakterisasi plasma nutfah secara umum dapat digunakan untuk studi keragaman genetik dan identifikasi alel atau gen yang bermanfaat untuk perbaikan tanaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir semua aksesi yang digunakan mempunyai sidik jari DNA atau identitas genetik yang unik. Alel-alel jarang (frekuensi <5%) yang dapat mempunyai potensi penting dalam program perbaikan tanaman juga terdeteksi dalam penelitian ini. Klasterisasi yang sangat jelas terlihat dari hasil penelitian terhadap 96 aksesi padi dengan menggunakan 30 marka SSR, yaitu kelompok kerabat liar, Japonica, dan Indica. Sebanyak 305 alel terdeteksi, berkisar antara 4-22 per lokus. Di samping itu, dapat pula diidentifikasi alel-alel yang spesifik untuk masing-masing klaster, maupun kombinasi dari dua klaster ataupun lebih terdeteksinya alel-alel yang spesifik untuk klaster tertentu dapat membantu dalam menentukan marka SSR mana yang dapat digunakan dalam suatu populasi hasil persilangan. Rerata nilai diversitas gen adalah 0,612, sedangkan nilai PIC (polymorphism information content) adalah 0,581. Hasil analisis 96 aksesi ubi jalar dengan 10 SSR menunjukkan bahwa tidak ada keterkaitan antara aksesi dengan daerah asal, kecuali aksesi dari Papua. Kelompok plasma nutfah Wamena mendominasi klaster yang berbeda dengan kelompok Manokwari. Hal ini dapat disebabkan oleh adanya kombinasi antara perbedaan material plasma nutfah pada waktu pertama kali introduksi dan isolasi geografis, yang mengakibatkan adanya peningkatan jarak genetik di antara keduanya. Sebagian plasma nutfah dari kedua daerah tersebut juga ditemukan tersebar di klaster-klaster lain. Hal ini menunjukkan tingginya tingkat keragaman genetik plasma nutfah yang berasal dari daerah Papua, yang memberikan dukungan data secara molekuler bahwa Papua merupakan pusat sekunder keragaman genetik plasma nutfah ubi jalar dunia. Untuk tanaman kedelai, hasil analisis menggunakan 10 SSR terhadap 96 aksesi kedelai menunjukkan bahwa 116 alel dapat teridentifikasi, berkisar antara 7-19 alel per lokus, dengan nilai PIC 0,703. Varietas unggul yang digunakan cenderung mengelompok dalam klaster tertentu secara bersama-sama yang menunjukkan kedekatan hubungan kekerabatan di antara varietas unggul tersebut. Selain itu, terdeteksi perbedaan genetis di antara dua aksesi yang mempunyai nama sama dengan nomor aksesi yang berbeda, sebaliknya terdeteksi pula aksesi yang mempunyai nama berbeda ternyata mempunyai identitas genetis yang sama.
- ItemEvaluasi Ketahanan Plasma Nutfah Padi terhadap Penyakit Hawar Daun Bakteri dan Blas, dan Plasma Nutfah Jagung terhadap Penyakit Bulai(BB Biogen, 2005) Hadiatmi ...[at al]; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianTujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi ketahanan dari plasma nutfah padi terhadap penyakit HDB dan blas, dan plasma nutfah jagung terhadap penyakit bulai. Perlakuan terdiri dari 150 aksesi padi untuk pengujian HDB, 250 aksesi padi untuk pengujian penyakit blas, dan 100 aksesi jagung untuk penyakit bulai. Percobaan menggunakan rancangan acak kelompok dengan 2-3 ulangan. Percobaan dilaksanakan pada MH 2004 di Inlitbio Muara (uji penyakit HDB), di Sukabumi (uji penyakit blas) dan Inlitbio Cikeumeuh (uji penyakit bulai). Dari hasil penelitian diperoleh 11 aksesi plasma nutfah padi yang tahan terhadap penyakit HDB kelompok IV, 5 aksesi tahan terhadap penyakit HDB IV dan VIII, yaitu Sate Liko (R. 10077), Pulu Bolong (R. 10221), Pulut Tomene (R. 10578), Daya Itoh Rice (R. 12074), dan Horeg (R. 15016). Diperoleh 6 aksesi padi terhadap penyakit blas daun dan satu aksesi yang tahan terhadap penyakit blas leher, yaitu IR2031-522-6-9 (R. 19167). Sebanyak 30 aksesi jagung sangat tahan terhadap penyakit bulai (intensitas serangan 0-5,0%) dan 17 aksesi bereaksi tahan (intensitas serangan 6-10%).
- ItemEvaluasi Ketahanan Plasma Nutfah Tanaman terhadap Hama (Wereng Coklat pada Padi dan Hama Lanas pada Ubi Jalar)(BB Biogen, 2005) Zuraida ...[at al], Nani; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianEvaluasi ketahanan plasma nutfah padi terhadap wereng coklat dilakukan di rumah kaca, sedangkan evaluasi ketahanan plasma nutfah ubi jalar terhadap hama lanas dilakukan di Laboratorium Bank Gen. Plasma nutfah padi yang diuji, yaitu sebanyak 300 aksesi yang diinfestasi nimpa instar 2-3 WBC populasi IR42 dan populasi IR64 sebanyak 3-4 ekor pertanaman pada tanaman berumur 7 hari, diamati ketahanannya setelah varietas IR42 (sebagai kontrol) menunjukkan gejala 90% tanaman mati. Sedangkan plasma nutfah ubi jalar yang diuji, yaitu sebanyak 50 aksesi, yang diin festasi dengan 5 pasang serangga Cylas formicarius untuk setiap aksesi, setelah 30 hari diamati ketahanannya. Hasil evaluasi menunjukkan dari 300 aksesi plasma nutfah padi terdapat satu aksesi yang tahan terhadap WBC populasi IR42, dan satu aksesi tahan terhadap WBC populasi IR64. Dari 50 aksesi plasma nutfah ubi jalar tidak ada aksesi yang bereaksi tahan terhadap hama lanas.
- ItemEvaluasi Tanaman Padi Haploid Ganda Calon Tetua Padi Hibrida terhadap Wereng Batang Coklat dan Hawar Daun Bakteri(BB Biogen, 2005) Dewi ...[at al], Iswari S.; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianThe susceptibility of introduced hybrid rice to main rice pests and diseases, such as brown plant hopper (BHP) and bacterial leaf blight (BLB), is subject to be improved through the improvement of its parental lines, i.e. restorer and cms lines. From previous experiment, through anther culture of F1 from maintainer or restorer crossed to released varieties we obtained doubled haploid spontaneous plants or pure lines. The objectives of this research were to evaluate those doubled haploid plants to BHP and BLB. Standard Evalution System for Rice (SES, IRRI) were used to evaluate their resistance to those pest and disease. Plant materials used were a. 15 doubledhaploid plants (DH2) potential as cms lines derived from anther culture of F1 IR58025B x Sintanur (M1) and IR62829B x Ciherang (M2) and b. -17 doubled-haploid plants (DH2) potential as restorer lines derived from anther culture of F1 IR53942R x Ciherang (R1) and BR82735R x Sintanur (R2). All plant materials were exposed to BHP (biotype SU) and BLB straian IV and VIII. Bioassay with BHP biotype SU showed that for plants potential as maintainer lines their were 3 moderately susceptible lines and 12 susceptible lines, while for plants potential as restorer lines their were one resistance line (BioR-Ac-W-HD-15), one moderately resistance line (BioR-Ac-W-HD-16), 5 moderately susceptible lines and 10 susceptible lines. The result of bioassay with BLB strain IV and VIII in lines potential as maintainer were: a). For BLB strain IV we obtained one moderately resistance line (BioM-Ac-W-HD-4), while the rest (14 lines) were moderately susceptible, b). Forr BLB strain VIII we obtained 5 moderately resistance lines (BioM-Ac-W-HD-5,6,7,11 dan 12), while the other 10 lines were moderately susceptible. Furthermore, the result of bioassay with BLB strain IV and VIII in lines potential as restorer lines were: a). For BLB strain VI we obtained 2 moderately resistance lines (BioR-Ac-W-HD-15, and BioR-Ac-W-HD-16), while the other 15 lines were moderately susceptible, b). For BLB strain VIII we obtained 16 moderately resistance lines, i.e. BioR-Ac-W-HD-(1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, dan 17), while one line were moderately susceptible. All lines having resistance and moderately resistance to WBC biotype SU and/or HDB strain IV and VIII will be evaluated futher.
- ItemEvaluasi Toleransi Plasma Nutfah Padi, Jagung, dan Kedelai terhadap Lahan Bermasalah/Lahan Masam (Keracunan Al Dan Fe) dan Pemupukan Rendah(BB Biogen, 2005) Budiarti ...[at al], Sri G.; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianPenelitian bertujuan mencari aksesi padi toleran terhadap keracunan Al dan Fe, mencari aksesi jagung dan kedelai terhadap keracunan Al, dan mencari aksesi jagung toleran terhadap pemupukan rendah. Kegiatan untuk toleransi Al dan Fe dilakukan di Instalasi Penelitian Tamanbogo Lampung, pada MH 2004, sedangkan kegiatan toleransi terhadap pemupukan rendah pada jagung dilakukan di Inlitbio Cikeumeuh, Bogor, MH 2004. Jumlah aksesi yang diuji terhadap keracunan Al adalah 200 aksesi padi, 100 aksesi jagung, dan 100 aksesi kedelai. Jumlah aksesi padi yang diuji terhadap keracunan Fe adalah 100 aksesi. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok dengan 3 ulangan, kecuali kedelai 2 ulangan. Uji toleransi terhadap pemupukan rendah menggunakan 100 aksesi jagung dengan rancangan augmented, 4 ulangan. Hasil uji toleransi plasma nutfah padi terhadap keracunan Al diperoleh 15 aksesi toleran (skor 1-3), dengan 3 aksesi mempunyai skor 1, yaitu Padi Jawa (Reg. 19732), Melaya (Reg. 19736), dan Sibau (Reg. 19780). Uji toleransi terhadap keracunan Al pada Jagung diperoleh 10 aksesi toleran-sedang (skor 2-3), 2 di antaranya mempunyai hasil biji lebih banyak daripada kontrol toleran (Sukmaraga), yaitu DMR Conv Tzi 1787 x KU 1414 (Reg. 3467) dan Sidanak (Reg. 3573). Untuk uji toleransi terhadap Al pada kedelai diperoleh 16 aksesi toleran-sedang (skor 2-3), di antaranya 2 aksesi hasilnya tertinggi, yaitu Lokal Pasuruan dan Sibayak. Evaluasi plasma nutfah padi terhadap keracunan Fe, terpilih 24 aksesi toleran-sedang (skor 1-3-5). Lokal Sampit (Reg. 3982) menunjukkan pertumbuhan sangat baik (skor 1). Selanjutnya dari evaluasi aksesi jagung terhadap pemupukan rendah diperoleh 16 aksesi (varietas lokal dan introduksi) yang memberikan hasil biji di atas rata-rata (1412 kg/ha), namun masih lebih rendah dari Bisma (3536 kg/ha).
- ItemInisiasi dan Perkembangan Perakaran serta Aklimatisasi Belimbing Dewi (Averrhoa carambola L.)(BB Biogen, 2005) Supriati ...[at al], Yati; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianBelimbing (Averrhoa carambola L) sebagai buah sumber vitamin C merupakan tanaman tropika yang berasal dari Semenanjung Malaya. Oleh masyarakat Cina buah belimbing telah diyakini dapat menurunkan tekanan darah. Biasanya belimbing dikonsumsi dalam bentuk segar, akan tetapi saat ini juga digunakan sebagai bahan baku industri untuk pembuatan jam, manisan buah, dan jus. Salah satu kendala dalam pengembangan tanaman ini untuk skala besar adalah terbatasnya ketersediaan bibit yang berkualitas baik dan seragam. Dari penelitian sebelumnya telah diperoleh media untuk insiasi dan multiplikasi tunas belimbing secara in vitro, dan penelitian ini diarahkan untuk mencari media perakaran dan aklimatisasi. Untuk menstimulir perakaran, tunas in vitro ditanam pada media WPM yang dikombinasikan dengan tiga taraf IBA dan IAA (0, 1, dan 3 mg/l) dan pada media MS yang dikombinasikan dengan 4 taraf IBA dan NAA (0, 1, 2, dan 3 mg/l). Untuk tujuan efisiensi garam makro dari WPM diturunkan konsentrasinya dan dikombinasikan dengan 5 taraf IBA (0, 1, 3, 5, dan 7 mg/l). Pada uji aklimatisasi telah dicoba tiga macam media (tanah, pupuk kandang, dan kompos) yang diaplikasi secara tersendiri atau secara kombinasi. Peubah yang diamati adalah persentase tunas yang membentuk akar, jumlah dan panjang akar, penampilan perakaran, dan persentase keberhasilan tumbuh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian IBA dan IAA dengan konsentrasi 1-3 mg/l pada media dasar WPM tidak dapat menginisiasi terjadinya akar. Pada media dasar MS yang diberi zeatin 2 mg/l, pemberian IBA 3 mg/l dapat membentuk akar akan tetapi jumlahnya sangat terbatas. Pengurangan sebagian garam makro pada media dasar WPM yang diberi IBA 3 mg/l merupakan media terbaik untuk inisiasi dan perkembangan akar belimbing Dewi. Tanah dan kompos dengan komposisi 1 : 2 merupakan media tumbuh terbaik untuk aklimatisasi planlet belimbing dirumah kaca. Aklimatisasi planlet belimbing dapat langsung dilakukan tanpa melalui fase pengakaran dengan memberikan perlakuan celup cepat dalam larutan IBA 100 ppm selama 1 jam.
- ItemInsersi Gen cry1Ab pada Tanaman Kedelai melalui Penembakan Partikel(BB Biogen, 2005) Pardal ...[at a], Saptowo J.; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianPerakitan tanaman kedelai transgenik tahan hama penggerek polong menggunakan gen cry1Ab merupakan alternatif yang potensial dalam perbaikan tanaman. Gen tersebut dapat menghasilkan protein δ-endotoksin yang bersifat racun (insektisidal) terhadap larva serangga hama Lepidoptera. Insersi gen cry1Ab menggunakan metode penembakan partikel telah dilakukan di Laboratorium Biologi Molekuler, BB-Biogen pada tahun 2004. Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan tanaman kedelai hasil transformasi yang mengandung insersi gen cry1Ab. Dua varietas kedelai, Sindoro dan Wilis telah digunakan dalam penelitian ini. Sebanyak 230 kalus yang yang berasal dari eksplan embrio muda kedelai Wilis telah ditembak dengan plasmid pSBB yang mengandung gen cry1Ab dan pRQ6 yang mengandung gen hph (ketahanan terhadap higromisin) secara ko-transformasi. Penembak gen (gene gun) yang digunakan adalah Biolistic PDS 1000 He dari Biorad. Hasil regenerasi dan seleksi kalus Wilis hasil transformasi pada media yang mengandung higromisin diperoleh 28 embrio somatik yang kemudian tumbuh menjadi 5 planlet. Namun, kelima planlet ini gagal diaklimatisasikan. Kemudian sebanyak 810 kalus embrio Sindoro yang ditransformasi dengan plasmid dan metode yang sama menghasilkan 154 embrio somatik dan tumbuh menjadi 27 benih somatik (planlet). Planlet ini selanjutnya diaklimatisasi dan 2 di antaranya telah berhasil tumbuh menjadi tanaman. Analisis molekuler terhadap 22 kalus kedelai hasil transformasi dengan teknik PCR menggunakan primer spesifik menunjukkan 8 sampel positif mengandung gen cry1Ab. Kemudian analisis molekuler terhadap 5 sampel DNA daun dari planlet kedelai Sindoro hasil regenerasi menunjukkan positif mengandung gen cry1Ab.
- ItemIsolasi Gen Penyandi Toksin Insektisidal dari Bakteri Simbion Nematoda Patogen Serangga(BB Biogen, 2005) Pratiwi ...[at al], Etty; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianPhotorhabdus sp. merupakan bakteri simbion nematoda patogen serangga yang diketahui memiliki toksin insektisidal berspektrum luas yang dapat membunuh beberapa macam serangga hama tanaman pangan, di antaranya Cylas, Schirpophaga, Ostrinia, Spodoptera litura, dan Lirhiomyza. Toksin tersebut berpotensi besar sebagai agen biokontrol, bahan sprayable products maupun sebagai sumber gen untuk tanaman transgenik. Sebagai tahap awal dari pengklonan gen yang berhubungan dengan toksin insektisidal dilakukan beberapa penelitian pendahuluan, yaitu pemurnian toksin insektisidal dan disain primer PCR spesifik. Hasil pemurnian toksin dari tiga isolat Photorhabdus sp. dengan teknik kromatografi (filtrasi gel) menggunakan AKTA Purifier menunjukkan pola kromatogram yang hampir sama, yakni terelusi pada volume 38-40 ml. Selain itu telah diperoleh dua primer PCR spesifik untuk Photorhabdus yang dapat digunakan untuk mendeteksi keberadaan gen mcf atau makes caterpillars floppy. Urutan nukleotida masing-masing primer ini adalah sebagai berikut: primer 1: 5’-ACGCTCATCACCCCAAAA-3’, primer 2: 5’-TGTCAATGCCCGCTACAA-3’. Amplifikasi menggunakan kedua primer ini menghasilkan amplikon tunggal berukuran 789 bp. Diperolehnya toksin insektisidal yang sudah murni serta primer PCR yang spesifik ini diharapkan dapat mempercepat waktu kloning gen penyandi toksin insektisidal dari Photorhabdus sp.
- ItemKarakterisasi Mutu Gizi Plasma Nutfah Tanaman Pangan(BB Biogen, 2005) Suhartini ...[at al], Tintin; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianMutu gizi plasma nutfah tanaman pangan merupakan sifat penting yang perlu diketahui untuk mendukung para pemulia dalam menghasilkan varietas unggul baru. Karakterisasi mutu gizi bertujuan agar potensi yang dimiliki seperti kandungan protein, lemak, pati, amilosa, tanin, dan HCN yang terdapat pada plasma nutfah tanaman pangan dapat diinformasikan serta dimanfaatkan oleh para pengguna. Pada MT 2004 telah dilaksanakan pengujian terhadap sifat mutu gizi dari plasma nutfah tanaman pangan meliputi analisis kadar amilosa pada jagung dan padi, pati pada ganyong, ubi kayu dan ubi jalar, protein dan lemak pada kacang tanah dan kedelai, kadar tanin pada sorgum dan HCN pada ubi kayu. Jumlah aksesi yang diuji terdiri dari 100 nomor aksesi padi, 50 aksesi jagung, 25 aksesi ganyong, 30 aksesi kacang tanah dan kedelai, 25 aksesi ubi jalar, 30 aksesi ubi kayu, dan 30 aksesi sorgum. Pengujian kadar amilosa jagung dilakukan di Laboratorium Biokimia dan Enzimatik BB-Biogen Bogor dan pengujian lainnya dilakukan di Laboratorium Pascapanen BBLitbang Pascapanen Pertanian Bogor. Hasil karakterisasi kadar amilosa diperoleh 8 aksesi jagung dengan amilosa tinggi kisaran 28,1-29,94% dan 3 aksesi amilosa rendah (13,7-18%). Hasil uji ulang 61 aksesi padi di Laboratorium Biokimia dan Enzimatik BB-Biogen, diperoleh keragaman kadar amilosa padi, yaitu 7,8-27,4%. Di antaranya 10 aksesi padi dengan kadar amilosa rendah (7,73-19,54%) dan 23 aksesi amilosa tinggi (25,40-27,40%). Pada kacang tanah, 4 aksesi memiliki kandungan protein tinggi (28-30,74%) dan 10 aksesi dengan kadar lemak tinggi (46,1-49,25%). Pada kedelai diperoleh 9 aksesi memiliki protein tinggi (46,67-40,03%) dan 3 aksesi dengan kadar protein <30%. Kadar lemak kedelai berkisar antara 21,48-16,54%. Pada plasma nutfah sorgum diperoleh 22 aksesi mengandung kadar tanin yang sangat rendah (<0,2%) sedangkan 7 aksesi dengan kadar tanin cukup tinggi (0,31-0,77%). Pengujian kadar HCN pada ubi kayu data yang diperoleh tidak dapat digunakan dan perlu dikaji ulang, hasil pengujian umumnya rendah sampai sangat rendah, demikian juga pada kultivar kontrol diperoleh hasil pengujian yang tidak sesuai dengan data yang sudah baku. Sebagai bahan pelaporan hasil pengujian yang dilakukan di Laboratorium Pascapanen BB-Litbang Pascapanen Pertanian Bogor diperoleh kadar HCN umumnya sangat rendah (<20 ppm) dan terdapat 3 aksesi ubi kayu dengan HCN 28-50 ppm dan 6 aksesi memiliki HCN paling rendah (3-7 ppm). Uji pati 30 aksesi ubi kayu diperoleh 5 aksesi memiliki kadar pati tinggi (40,25-42,24%). Pada ubi jalar diperoleh 11 aksesi dengan kadar pati >30% (30,5-35,76%) dan 6 aksesi dengan kadar pati rendah (15,53-23,11%). Pada ganyong diperoleh 4 aksesi dengan kadar pati tinggi (>30%) dan 1 aksesi memiliki kadar pati paling rendah (19,46%).
- ItemKonstruksi dan Kloning Plasmid pCambia1301 dengan Gen Cry1Ab(BB Biogen, 2005) Listanto ...[at al], Edy; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianPenelitian konstruksi dan kloning plasmid pCambia1301 dengan gen cry1Ab telah dilakukan di Laboratorium Biologi Molekuler, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan konstruksi plasmid pCambia yang mengandung gen cry1Ab. Proses konstruksi dilakukan dengan penyisipan gen cry1Ab pada vektor pCambia1301 menggunakan proses ligasi. Ligan ditransformasi ke dalam Escherichia coliDH5α dengan metode kejutan panas dan ke dalam Agrobacterium tumefaciens LBA4404 dengan metode kejutan dingin atau tri-parental mating. Hasil ligasi dan transformasi ke dalam bakteri diperoleh dua DNA plasmid dari dua koloni berbeda. DNA plasmid rekombinan tersebut sebagai pC1Ab dengan ukuran 14,8 kb berdasarkan uji pola restriksi dengan enzim HindIII yang membentuk dua fragmen DNA berukuran 11,8 kb dan 3,0 kb. Uji pola restriksi dengan enzim HindIII dan EcoRI diperoleh 3 fragmen DNA berukuran 11,8 kb, 2,7 kb, dan 0,3 kb. Uji pola restriksi dengan BamHI dan HindIII diperoleh 3 fragmen DNA berukuran 11,8 kb, 2,1 kb, dan 0,8 kb. Sedangkan, pemotongan dengan enzim EcoRI menunjukkan dua fragmen DNA berukuran 14,5 kb dan 0,3 kb dari kedua DNA plasmid pC1Ab yang menunjukkan arah yang sama, yaitu ke kiri. Hasil uji PCR dari plasmid pC1Ab diperoleh fragmen gen cry1Ab berukuran 1,0 kb. Hasil uji GUS terhadap plasmid pC1Ab yang ditrasformasikan ke eksplan kotiledon melalui A. tumefaciens menunjukkan reaksi GUS positip berwarna biru.
- ItemManajemen Benih Plasma Nutfah Tanaman Pangan(BB Biogen, 2005) Sutoro; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianKonservasi plasma nutfah tanaman berbiji dapat dilakukan secara ex situ dengan cara menyimpan benih dalam ruang dingin. Dalam rangka menjaga kelestarian plasma nutfah yang disimpan maka perlu dilakukan monitoring viabilitas benih secara periodik. Masalah yang dihadapi dalam penyimpanan benih dalam ruangan dingin, yaitu fasilitas listrik sering tidak kontinu sehingga akan mengganggu suhu dan kelembaban yang dapat mempengaruhi viabilitas benih yang disimpan. Berdasarkan informasi viabilitas benih dari hasil monitoring tersebut maka dapat ditentukan aksesi-aksesi plasma nutfah yang perlu segera direjuvenasi kembali. Kegiatan uji daya tumbuh dilaksanakan di Laboratorium Bank Gen dan Genetika Tanaman BB-Biogen Bogor. Sistem database manajemen benih disusun dengan menggunakan software Microsoft-ACCESS. Hasil pengamatan daya tumbuh benih plasma nutfah dari hasil panen tampaknya banyak yang tidak memenuhi persyaratan untuk disimpan sebagai konservasi ex situ. Oleh karena itu, perlu segera direjuvenasi lagi. Selain faktor tempat penyimpanan benih, faktor penanganan prosesing perlu mendapat perhatian yang lebih intensif. Monitoring benih plasma nutfah perlu dilakukan secara terus menerus agar koleksi benih dapat dipertahankan dan dapat dilestarikan.
- ItemMikropropagasi Sukun (Artocarpus communis Forst), Tanaman Sumber Karbohidrat Alternatif(BB Biogen, 2005) Mariska ...[at al], Ika; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianSukun (Artocarpus communis Forst) merupakan tanaman buah tropis yang mengandung karbohidrat sangat tinggi. Ketika persediaan pangan terbatas, di beberapa wilayah tertentu tanaman ini sering menjadi bahan pangan utama sebagai sumber karbohidarat. Kandungan karbohidrat pada tanaman tersebut hampir sama dengan ubi jalar atau talas tetapi lebih banyak dan pada kentang. Kendala utama dalam pengembangan sukun adalah terbatasnya persediaan bibit. Teknik kultur jaringan telah diakui keunggulannya karena dapat menghasilkan bibit dalam jumlah banyak, seragam dan relatif singkat. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biologi Sel dan Jaringan, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian (BB-Biogen) Bogor, mulai Februari 2003 sampai dengan Desember 2004. Penelitian terdiri dari beberapa tahap percobaan dengan berbagai kombinasi media sebagai perlakuan. Tahap pertama adalah multiplikasi tunas pada media Sk-2 dengan media WPM + BA (0; 0,5; 1,0; 1,5; dan 2,0 mg/l) + thidiazuron (0, 0,4 mg/l); tahap kedua, yaitu pemanjangan tunas pada media WPM + kinetin (1, 2, dan 3 mg/l) + GA3 (0 dan 5 mg/l); dan tahap ketiga adalah inisiasi dan perkembangan perakaran dengan membandingkan media WPM + BA (0, 2, 4, dan 6 mg/l) + arang aktif (0; 0,5%) dan media WPM (1; ½) + IBA (0; 1,5; dan 5 mg/l) atau NAA (1, 2, dan 3 mg/l). Hasil penelitian menunjukkan bahwa subkultur ke-2 dari tunas yang berukuran 1-2 cm pada media WPM + BA 0,5 mg/l + thidiazuron 0,4 dapat meningkatkan multiplikasi tunas menjadi 4,87-5,0. Subkultur dengan frekuensi tinggi, yaitu sampai 3 kali dapat menghasilkan jumlah tunas tertinggi, yaitu 15,5. Untuk elongasi tunas maka media WPM + kinetin I mg/l + GA3 5 mg/l merupakan formula yang terbaik. Persentase perakaran paling tinggi, yaitu 60% dengan jumlah akar berkisar 6,5 berasal dari media WPM + IBA 3 mg/l. Hasi aklimatisasi di rumah kaca telah dilakukan dengan tingkat keberhasilan 70%.
- ItemPelestarian In Vitro pada Plasma Nutfah Ubi Jalar, Ubi Kayu, dan Talas(BB Biogen, 2004) Dewi ...[at al], Nurwita; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianPlasma nutfah merupakan sumber gen dalam program pemuliaan dalam usaha meningkatkan kualitas tanaman. Keberadaan plasma nutfah diperlukan di masa kini maupun mendatang. Dalam upaya pelestariannya, plasma nutfah tanaman umbi-umbian harus ditanam di lapang sepanjang tahun. Cara ini berisiko terjadinya kehilangan plasma nutfah akibat cekaman lingkungan biotik dan abiotik. Untuk mengurangi risiko ini, pada koleksi plasma nutfah ubi jalar, ubi kayu, dan talas dilakukan pelestarian secara in vitro. Kegiatan dilakukan untuk menambah dan memelihara koleksi in vitro ubi jalar, ubi kayu, dan talas yang telah dimiliki. Hasil kegiatan pada tahun 2004 menunjukkan bahwa dari 70 nomor aksesi ubi jalar yang disterilisasi diperoleh 50 nomor aksesi yang steril. Dari 40 nomor aksesi ubi kayu yang disterilisasi, diperoleh 20 nomor aksesi yang steril. Dari 10 nomor aksesi yang disterilisasi, diperoleh 1 nomor aksesi yang steril. Pemeliharaan telah dilakukan pada koleksi yang baru diperoleh maupun pada koleksi yang telah dimiliki sebelumnya dengan cara mensubkultur tanaman pada media tumbuh yang baru. Hasil aklimatisasi pada koleksi yang telah dikonservasi selama beberapa tahun menunjukkan bahwa tanaman kultur khususnya talas dan ubi jalar dapat tumbuh normal kembali.
- ItemPembentukan Benih Somatik Dewasa Kedelai dan Aklimatisasi serta Uji terhadap Indikator Sifat Toleransi Kekeringan(BB Biogen, 2005) Husni ...[at al], Ali; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianSeleksi untuk toleransi/ketahanan terhadap kekeringan sangat kompleks karena adanya pengaruh interaksi antara genotipa dengan lingkungan yang menimbulkan perbedaan tanggap terhadap kekeringan. Kesulitan lain adalah kemampuan tanaman untuk tetap berproduksi tinggi pada kondisi kekeringan ditentukan oleh banyak faktor dan komponen, setiap faktor berbeda pada kondisi yang berbeda pula. Untuk mendapatkan tanaman kedelai yang toleran terhadap cekaman kekeringan telah dilakukan penelitian seleksi in vitro tanaman kedelai untuk toleransi terhadap kekeringan. Seleksi dilakukan dengan irradiasi sinar gamma dan komponen penyeleksi PEG. Konsentrasi PEG ditentukan dengan penelitian penapisan in vitro pada genotipa-genotipa kedelai yang sudah diketahui tanggapnya terhadap cekaman kekeringan. Keberhasilan untuk mendapatkan kultivar atau varietas baru tanaman hasil kultur in vitro sangat ditentukan oleh keberhasilan memindahkan planlet yang dihasilkan ke lingkungan luar (aklimatisasi). Kondisi planlet yang berasal dari botol masih sangat rentan, terutama terhadap suhu dan kelembaban udara serta patogen dalam tanah. Keberhasilan tersebut sangat menentukan bisa tidaknya dilakukan pengamatan dan pengujian berikutnya terhadap keragaman yang diperoleh. Benih somatik muda tanaman kedelai varietas Sindoro dan Wilis yang toleran terhadap PEG dipindahkan ke media MS atau ½ MS tanpa zat pengatur tumbuh untuk perakaran sehingga terbentuk benih somatik dewasa. Benih somatik yang telah dewasa kemudian diaklimatisasi di rumah kaca dalam media campuran tanah dengan kompos (1 : 1) dan dipelihara sampai menghasilkan polong G1. Benih G1 diuji sifat toleransi kekeringannya dengan 2 komponen ketahanan, yaitu daya tembus akar dan kandungan prolin dalam daun. Uji daya tembus akar dilakukan menggunakan campuran parafin dengan vaselin setebal 3 cm dengan perbandingan 60% : 40% yang setara dengan 12 bar dan analisis kandungan prolin pada daun yang mendapat cekaman kekeringan. Hasil pengujian yang dilakukan terhadap 15 somaklon hasil generasi pertama (G1) dari G0 yang tahan terhadap cekaman kekeringan akibat perlakuan PEG 20% diperoleh bahwa terdapat variasi kemampuan daya tembus akar terhadap lapisan uji di antara somaklon yang diuji. Hanya 7 somaklon yang mempunyai kemampuan menembus lapisan campuran parafin dan vaselin. Tiga somaklon mempunyai daya tembus akar yang lebih cepat dibandingkan varietas pembanding (Tanggamus dan Nanti), yaitu somaklon No. 2, No. 8, dan No. 12. Pengamatan terhadap komponen pertumbuhan, tidak memperlihatkan adanya korelasi antara daya tembus akar dengan panjang dan diameter akar. Hasil analisis kandungan prolin diperoleh 1 somaklon yang mempunyai kadar prolin jauh lebih tinggi dibandingkan dengan varietas pembanding, yaitu somaklon No. 4 dengan jumlah 1545 μmol/g berat basah daun. Sifat ketahanan terhadap cekaman kekeringan semua somaklon meningkat yang ditunjukkan oleh kandungan prolinnya lebih tinggi dari tanaman asal (Sindoro)
- ItemPengembangan Sistem Pangkalan Data (Database) Plasma Nutfah Tanaman Pangan(BB Biogen, 2005) Kurniawan ...[at al], Hakim; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianKegiatan pengelolaan plasma nutfah tanaman pangan melibatkan cukup banyak kegiatan mulai dari eksplorasi/introduksi, registrasi, konservasi, karakterisasi, evaluasi hingga pemanfaatan plasma nutfah yang bersangkutan bagi kegiatan penelitian pemuliaan. Pada setiap kegiatan tersebut dihasilkan banyak sekali data dan informasi penting yang harus didokumentasikan. Perkembangan peningkatan aktivitas bank gen dari waktu ke waktu menuntut tersedianya sistem basis data dan informasi yang dapat diakses secara mudah, cepat dan akurat. Sejak tahun 2000 telah dilakukan penyusunan sistem database plasma nutfah tanaman pangan yang dikelola menggunakan Microsoft Access. Sampai dengan Februari 2005, database plasma nutfah tanaman pangan telah menampung sebanyak 9.423 record dari 16 komoditas yang meliputi 3.653 aksesi padi (41 deskriptor), 734 aksesi jagung (29 deskriptor), 210 aksesi sorgum (22 deskriptor), 771 aksesi kedelai (28 deskriptor), 619 aksesi kacang tanah (19 deskriptor), 1.024 aksesi kacang hijau (20 deskriptor), 434 aksesi ubi kayu (23 deskriptor), 1.426 aksesi ubi jalar (35 deskriptor), 112 aksesi kacang tunggak (22 deskriptor), 34 aksesi ubi kelapa (5 deskriptor), 33 aksesi gembili (5 deskriptor), 48 aksesi ganyong (5 deskriptor), 115 aksesi talas (5 deskriptor), 58 aksesi belitung (5 deskriptor), 88 aksesi padi liar (5 deskriptor), dan 64 aksesi terigu (5 deskriptor). Informasi yang dihasilkan selanjutnya dihimpun dan dicetak dalam bentuk katalog plasma nutfah tanaman pangan yang senantiasa diperbarui setiap tahun. Diharapkan katalog plasma nutfah tanaman pangan yang dihasilkan akan dapat disebarluaskan ke berbagai kalangan pengguna. Saat ini juga telah dikembangkan penyusunan katalog plasma nutfah tanaman pangan dalam compact disc serta sedang dikembangkan sistem database berbasis web untuk memudahkan akses data secara langsung bagi para pengguna melalui jaringan internet.
- ItemPengembangan Teknik Produksi dan Aplikasi Antibodi Monoklonal Ralstonia Solanacearum (RS)(BB Biogen, 2005) Machmud, M.; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianKomponen dasar yang penting dan menentukan keberhasilan pengendalian suatu penyakit tanaman adalah informasi tentang patogen secara dini, cepat dan akurat, serta epidemi penyakit di lapang. Teknik serologi, khususnya ELISA, merupakan salah satu teknik yang menjanjikan untuk keperluan tersebut, karena relatif mudah dan murah, serta berpeluang untuk digunakan secara langsung di lapang. Kepekaan teknik serologi sangat tergantung pada kespesifikan reaksi antibodi yang digunakan. Antibodi poliklonal memiliki kespesifikan yang tinggi. Penelitian dilakukan untuk membuat, menyeleksi, dan mengkarakterisasi sel hibridoma penghasil antibodi monoklonal Ralstonia solanacearum (MAb RS). Produksi hibridoma dilakukan melalui fusi sel mieloma SP2 dengan limposit mencit hibrida Balb c yang telah diimunisasi dengan antigen RS. Biakan hibridoma berhasil diperoleh dari fusi sel mieloma dengan limposit mencit. Delapan nomor hibridoma yang potensial menghasilkan MAb RS telah diperoleh melalui seleksi dengan teknik DAS-ELISA dan disimpan secara kriogenik. Uji kespesifikan reaksi masih memerlukan pengujian lebih lanjut. Setelah pengujian, hibridoma penghasil MAb spesifik RS dapat disimpan dalam waktu lama, sebagai sumber untuk produksi MAb RS secara massal dan berkesinambungan.
- ItemPerakitan Tanaman Padi Transgenik untuk Ketahanan terhadap Hama Penggerek Batang(BB Biogen, 2005) Ambarwati ...[at al], A. Dinar; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianPenggerek batang padi (Scirpophaga sp.) merupakan salah satu hama utama yang menyerang pertanaman padi di Indonesia dan menyebabkan penurunan produksi. Pemuliaan secara konvensional sulit dilakukan karena belum ditemukannya sumber gen ketahanan pada plasma nutfah padi. Rekayasa genetika melalui teknik transformasi menawarkan peluang untuk memindahkan gen ketahanan yang diisolasi dari organisme lain ke dalam genom tanaman padi. Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan untuk perakitan tanaman padi tahan hama yang meliputi 3 kegiatan, yaitu analisis molekuler tanaman putatif transgenik padi cryIA(b) Taipei-309 generasi T5, bioasai tanaman putatif transgenik padi cryIA(b) Taipei-309 generasi T5 serta analisis molekuler dan bioasai lanjutan tanaman putatif transgenik Taipei-309 generasi T4. Analisis molekuler untuk mengkonfirmasi keberadaan gen cryIA(b) dilakukan dengan menggunakan teknik PCR sedangkan untuk mendeteksi ekspresi protein gen cryIA(b) dilakukan dengan pengujian immunostrip. Dari 165 tanaman padi putatif transgenik T-309 generasi T5 diperoleh 85 tanaman (51,1%) yang positif mengandung gen cryIA(b) melalui pengujian PCR dan 50 tanaman (30,3%) mengekspresikan protein cryIA(b) dengan konsentrasi yang rendah melalui pengujian immunostrip. Sedangkan dari 83 tanaman padi putatif transgenik T-309 generasi T4 diperoleh 38 tanaman (45,8%) yang positif mengandung gen cryIA(b) melalui pengujian PCR dan 31 tanaman (37,4%) mengekspresikan protein cryIA(b) dengan konsentrasi yang rendah melalui pengujian immunostrip. Hasil bioasai secara in planta menunjukkan adanya variasi tingkat ketahanan tanaman terhadap hama penggerek batang padi. Dari 50 tanaman padi transgenik T-309 generasi T5 yang diuji ternyata ada 13 tanaman yang menunjukkan tingkat ketahanan sangat tahan pada tahap vegetatif (gejala sundep) maupun generatif (gejala beluk), yaitu 4 tanaman nomor T5-93 (2, 3, 4, dan 5), 3 tanaman nomor T5-95 (2, 3, dan 9), 5 tanaman nomor T5-103 (4, 8, 12, 14, dan 15), 1 tanaman nomor T5-105-3 dan 1 tanaman nomor T5-112-1. Tanaman yang menunjukkan tingkat ketahanan dengan kategori tahan ada 1 tanaman, yaitu nomor T5-73-6. Sedangkan dari 31 tanaman padi transgenik T-309 generasi T4 yang diuji ternyata ada 8 tanaman yang menunjukkan tingkat ketahanan sangat tahan pada tahap vegetatif (gejala sundep) maupun generatif (gejala beluk), yaitu 5 tanaman nomor T4-1 (5, 16, 21, 23, dan 24), 1 tanaman nomor T4-2-12, 1 tanaman nomor T4-3-1, dan 1 tanaman nomor T4-4-10. Tanaman yang menunjukkan tingkat ketahanan dengan katagori tahan ada 9 tanaman, yaitu nomor T4-1-12, 2 tanaman, yaitu nomor T4-2 (15 dan 18), 1 tanaman nomor T4-3-8 dan 5 tanaman nomor T4-4 (13,16, 17, 22, dan 30).
- ItemProduksi Antibodi Monoklonal untuk Deteksi Dini Rice Tungro Virus (RTV)(BB Biogen, 2005) Manzila ...[at al], Ifa; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianRice Tungro Virus (RTV) merupakan penyakit penting yang dapat menyebabkan kehilangan hasil sebesar 10% sampai puso. Dalam upaya pengendaliannya dilakukan deteksi dengan antibodi monoklonal. Mencit Balb/c disuntikan dengan antigen RTV secara berkala dengan interval seminggu. Sel limposit dipanen dari limpa mencit yang telah diimunisasi, selanjutnya difusikan dengan sel mieloma SP2 untuk memperoleh hibridoma yang selanjutnya diseleksi untuk memperoleh hibridoma penghasil McAb RTV. Dari 22 hibridoma yang terbentuk dilakukan uji kandungan antibodinya menggunakan metode ELISA. Ternyata hanya dua hibridoma yang memproduksi antibodi, yaitu antibodi monoklonal RTV-2B2 (McAb-RTV2B2) dan RTV-3D7(McAb-RTV3D7). Koloni hibridoma ini disimpan secara kriogenik dalam tabung yang berisi nitrogen cair. Hibridoma ini akan digunakan sebagai sumber untuk kloning guna memperoleh koloni satu sel hibridoma yang potensial memproduksi McAb tinggi, stabil dan mempunyai reaksi spesifik.
- ItemRejuvenasi dan Karakterisasi Morfologi Plasma Nutfah Tanaman Pangan(BB Biogen, 2005) Rais ...[at al], Sri A.; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianTujuan penelitian untuk memperbaharui viabilitas benih dan mengkarakterisasi sifat-sifat tanaman dari koleksi tanaman pangan. Karakterisasi sifat-sifat morfologi, agronomi merupakan informasi penting untuk dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi para pengguna. Rejuvenasi tanaman telah dilaksanakan pada MH dan MK 2004 meliputi sejumlah 5569 aksesi tanaman pangan telah ditanam di Inlitbio Cikeumeuh, IP Muara, Inlitbio Pacet, rumah kaca BB-Biogen, dan IP Pusakanegara. Setiap komoditas ditanam 2 baris tanaman, sejumlah 20-100 tanaman, tanpa ulangan. Budi daya tanaman sesuai dengan anjuran masing-masing komoditas tanaman. Rejuvenasi penelitian memperoleh hasil benih plasma nutfah padi budi daya berkisar antara 10-1000 g/5 m2; padi liar 57,5-732,6 g; terigu 0,90-593,6 g; kacang tanah 110-1500 g/3 m2; kacang hijau 3,35-17,03 g; kacang tunggak 0,1-0,5 kg, dan sorgum 207-780 g/10 malai. Hasil karakterisasi sifat morfologi dan agronomi penting adalah didapatkan 10 aksesi plasma nutfah padi mempunyai potensi hasil tinggi >520 g/5 m2, 10 aksesi mempunyai jumlah anakan banyak >21/tanaman; 10 aksesi mempunyai kehampaan rendah <4,89%. Hasil sibbing di atas 1 kg diperoleh pada 10 aksesi plasma nutfah jagung; plasma nutfah kedelai No. B3681 (lokal Karang Asem, Bali) menghasilkan polong isi terbanyak (101 buah), dan lokal Tulung Agung menghasilkan berat biji 732,6 g per 3 m2. Didapatkan sejumlah 12 aksesi ubi kayu mempunyai berat umbi lebih dari 3,0 kg/tanaman di antaranya varietas Bogo, Yorong, No. 520-41 dan 547-9-10 mempunyai berat antara 4-45 kg per tanaman. Pada plasma nutfah ubi jalar didapatkan 10 aksesi menghasilkan umbi 1300-1700 g/tanaman di antaranya Mantang Biru, Helalekue Lama A, Ulupuklon, dan Kiruluk mempunyai berat umbi 1500-1700 g/tanaman. Sejumlah 5 aksesi plasma nutfah terigu, yaitu varietas Madona, Sw Quatro, Anemos, Sigma dan V235 mempunyai anakan produktif 7-8 dan varietas Perdix memiliki hasil tertinggi 593,6 g/plot. Sejumlah 40 aksesi plasma nutfah kacang tanah mempunyai berat polong <700 g/3 m2 dan sejumlah 44 aksesi memiliki jumlah polong <15 per tanaman. Pada plasma nutfah kacang hijau dijumpai 3 aksesi, yaitu VR176, VR178, VR151 berumur genjah 58 hari, terhadap jumlah polong didapatkan 6 aksesi mempunyai polong 39-65 per tanaman, dan sejumlah 15 aksesi menghasilkan bobot biji tinggi antara 12,07-17,03 g; plasma nutfah kacang tunggak memberikan sejumlah 29 aksesi memiliki bobot biji seberat >500 g. Plasma nutfah talas varietas B(600) memiliki berat umbi 1680 g/tanaman sedang umbi balitung varietas 29-BLT-ungu mempunyai umbi anakan sejumlah 57 buah, dan varietas 26-MLG-364, 56-Balitung, dan 35-MLG 392 memiliki berta umbi <4250 g/tanaman. Pada plasma nutfah sorgum dijumpai 5 aksesi dengan umur masak sangat genjah (<80 hari) dan 18 aksesi berumur genjah (80-90 hari), 1 aksesi ICSV91014 mempunyai tangkai malai panjang dan 15 aksesi memiliki berat biji 701-800 g per 10 malai.
- ItemSeleksi In Vitro dan Identifikasi Tanaman Padi Varietas Gajahmungkur, Towuti, dan IR64 yang Tahan Kekeringan(BB Biogen, 2005) Lestari ...[at al], Endang G.; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianKebutuhan beras akhir-akhir ini terus meningkat, sementara itu produksi terus menurun yang disebabkan oleh kemarau panjang yang melanda beberapa daerah seperti di NTB, Jawa Tengah, Jawa Barat, dan lain-lain. Selain itu, beralihnya lahan subur menjadi pemukiman dan industri menyebabkan lahan potensial menjadi berkurang. Salah satu masalah yang dihadapi petani saat ini adalah masih terbatasnya bibit padi yang tahan kekeringan dan berproduksi tinggi sedangkan varietas padi gogo yang dikembangkan saat ini produksinya masih rendah selain itu tidak tahan terhadap serangan penyakit blas. Untuk mengatasi hal ini perlu dilakukan penelitian untuk mendapatkan varietas padi yang berproduksi tinggi dan tahan cekaman kekeringan seperti pada varietas IR64. Untuk mengatasi kebutuhan bibit unggul tersebut, telah dilakukan penelitian induksi mutasi menggunakan sinar gamma dikombinasikan dengan kultur in vitro dan seleksi in vitro pada padi varietas Gajahmungkur, Towuti, dan IR64. Dari hasil penelitian berhasil diperoleh somaklon yang menunjukkan keragaman genetik yang tinggi dan tahan kekeringan. Untuk mengetahui mekanisme masingmasing genotipe terhadap cekaman kekeringan dan mendapatkan nomor yang tahan cekaman kekeringan telah dilakukan pengujian secara bertahap terhadap somaklon yang didapatkan, yaitu (1) penapisan dini menggunakan larutan PEG konsentrasi 20%, (2) uji daya tembus akar menggunakan lapisan lilin, (3) analisis kandungan prolin, (5) uji produksi pada kondisi cekaman kekeringan di rumah kaca. Hasil evaluasi tersebut telah diperoleh 23 somaklon Gajahmungkur, 9 somaklon Towuti, dan 13 somaklon dari varietas IR64 yang diduga tahan kekeringan berdasar uji PEG dan uji tembus akar serta kandungan prolinnya tinggi. Pemberian cekaman kekeringan pada somaklon yang diduga tahan kekeringan tersebut diperoleh 9 somaklon asal Towuti, 5 somaklon asal Gajahmungkur, dan 8 somaklon asal IR64 yang unggul. Pada varietas Towuti dihasilkan tanaman dengan anakan lebih banyak dan tanaman lebih tinggi demikian pula produksi gabah. Pada varietas IR64 diperoleh somaklon yang dapat berbulir dalam kondisi cekaman kekeringan, sedangkan tanaman yang berasal dari benih tidak berbulir. Tanaman hasil seleksi tersebut menghasilkan anakan dan gabah isi lebih tinggi dibandingkan tanaman induknya.