Kumpulan Makalah Seminar Hasil Penelitian BB Biogen
Permanent URI for this collection
Browse
Recent Submissions
Now showing 1 - 5 of 20
- ItemPengembangan Teknik Produksi dan Aplikasi Antibodi Monoklonal Ralstonia Solanacearum (RS)(BB Biogen, 2005) Machmud, M.; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianKomponen dasar yang penting dan menentukan keberhasilan pengendalian suatu penyakit tanaman adalah informasi tentang patogen secara dini, cepat dan akurat, serta epidemi penyakit di lapang. Teknik serologi, khususnya ELISA, merupakan salah satu teknik yang menjanjikan untuk keperluan tersebut, karena relatif mudah dan murah, serta berpeluang untuk digunakan secara langsung di lapang. Kepekaan teknik serologi sangat tergantung pada kespesifikan reaksi antibodi yang digunakan. Antibodi poliklonal memiliki kespesifikan yang tinggi. Penelitian dilakukan untuk membuat, menyeleksi, dan mengkarakterisasi sel hibridoma penghasil antibodi monoklonal Ralstonia solanacearum (MAb RS). Produksi hibridoma dilakukan melalui fusi sel mieloma SP2 dengan limposit mencit hibrida Balb c yang telah diimunisasi dengan antigen RS. Biakan hibridoma berhasil diperoleh dari fusi sel mieloma dengan limposit mencit. Delapan nomor hibridoma yang potensial menghasilkan MAb RS telah diperoleh melalui seleksi dengan teknik DAS-ELISA dan disimpan secara kriogenik. Uji kespesifikan reaksi masih memerlukan pengujian lebih lanjut. Setelah pengujian, hibridoma penghasil MAb spesifik RS dapat disimpan dalam waktu lama, sebagai sumber untuk produksi MAb RS secara massal dan berkesinambungan.
- ItemProduksi Antibodi Monoklonal untuk Deteksi Dini Rice Tungro Virus (RTV)(BB Biogen, 2005) Manzila ...[at al], Ifa; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianRice Tungro Virus (RTV) merupakan penyakit penting yang dapat menyebabkan kehilangan hasil sebesar 10% sampai puso. Dalam upaya pengendaliannya dilakukan deteksi dengan antibodi monoklonal. Mencit Balb/c disuntikan dengan antigen RTV secara berkala dengan interval seminggu. Sel limposit dipanen dari limpa mencit yang telah diimunisasi, selanjutnya difusikan dengan sel mieloma SP2 untuk memperoleh hibridoma yang selanjutnya diseleksi untuk memperoleh hibridoma penghasil McAb RTV. Dari 22 hibridoma yang terbentuk dilakukan uji kandungan antibodinya menggunakan metode ELISA. Ternyata hanya dua hibridoma yang memproduksi antibodi, yaitu antibodi monoklonal RTV-2B2 (McAb-RTV2B2) dan RTV-3D7(McAb-RTV3D7). Koloni hibridoma ini disimpan secara kriogenik dalam tabung yang berisi nitrogen cair. Hibridoma ini akan digunakan sebagai sumber untuk kloning guna memperoleh koloni satu sel hibridoma yang potensial memproduksi McAb tinggi, stabil dan mempunyai reaksi spesifik.
- ItemIsolasi Gen Penyandi Toksin Insektisidal dari Bakteri Simbion Nematoda Patogen Serangga(BB Biogen, 2005) Pratiwi ...[at al], Etty; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianPhotorhabdus sp. merupakan bakteri simbion nematoda patogen serangga yang diketahui memiliki toksin insektisidal berspektrum luas yang dapat membunuh beberapa macam serangga hama tanaman pangan, di antaranya Cylas, Schirpophaga, Ostrinia, Spodoptera litura, dan Lirhiomyza. Toksin tersebut berpotensi besar sebagai agen biokontrol, bahan sprayable products maupun sebagai sumber gen untuk tanaman transgenik. Sebagai tahap awal dari pengklonan gen yang berhubungan dengan toksin insektisidal dilakukan beberapa penelitian pendahuluan, yaitu pemurnian toksin insektisidal dan disain primer PCR spesifik. Hasil pemurnian toksin dari tiga isolat Photorhabdus sp. dengan teknik kromatografi (filtrasi gel) menggunakan AKTA Purifier menunjukkan pola kromatogram yang hampir sama, yakni terelusi pada volume 38-40 ml. Selain itu telah diperoleh dua primer PCR spesifik untuk Photorhabdus yang dapat digunakan untuk mendeteksi keberadaan gen mcf atau makes caterpillars floppy. Urutan nukleotida masing-masing primer ini adalah sebagai berikut: primer 1: 5’-ACGCTCATCACCCCAAAA-3’, primer 2: 5’-TGTCAATGCCCGCTACAA-3’. Amplifikasi menggunakan kedua primer ini menghasilkan amplikon tunggal berukuran 789 bp. Diperolehnya toksin insektisidal yang sudah murni serta primer PCR yang spesifik ini diharapkan dapat mempercepat waktu kloning gen penyandi toksin insektisidal dari Photorhabdus sp.
- ItemInisiasi dan Perkembangan Perakaran serta Aklimatisasi Belimbing Dewi (Averrhoa carambola L.)(BB Biogen, 2005) Supriati ...[at al], Yati; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianBelimbing (Averrhoa carambola L) sebagai buah sumber vitamin C merupakan tanaman tropika yang berasal dari Semenanjung Malaya. Oleh masyarakat Cina buah belimbing telah diyakini dapat menurunkan tekanan darah. Biasanya belimbing dikonsumsi dalam bentuk segar, akan tetapi saat ini juga digunakan sebagai bahan baku industri untuk pembuatan jam, manisan buah, dan jus. Salah satu kendala dalam pengembangan tanaman ini untuk skala besar adalah terbatasnya ketersediaan bibit yang berkualitas baik dan seragam. Dari penelitian sebelumnya telah diperoleh media untuk insiasi dan multiplikasi tunas belimbing secara in vitro, dan penelitian ini diarahkan untuk mencari media perakaran dan aklimatisasi. Untuk menstimulir perakaran, tunas in vitro ditanam pada media WPM yang dikombinasikan dengan tiga taraf IBA dan IAA (0, 1, dan 3 mg/l) dan pada media MS yang dikombinasikan dengan 4 taraf IBA dan NAA (0, 1, 2, dan 3 mg/l). Untuk tujuan efisiensi garam makro dari WPM diturunkan konsentrasinya dan dikombinasikan dengan 5 taraf IBA (0, 1, 3, 5, dan 7 mg/l). Pada uji aklimatisasi telah dicoba tiga macam media (tanah, pupuk kandang, dan kompos) yang diaplikasi secara tersendiri atau secara kombinasi. Peubah yang diamati adalah persentase tunas yang membentuk akar, jumlah dan panjang akar, penampilan perakaran, dan persentase keberhasilan tumbuh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian IBA dan IAA dengan konsentrasi 1-3 mg/l pada media dasar WPM tidak dapat menginisiasi terjadinya akar. Pada media dasar MS yang diberi zeatin 2 mg/l, pemberian IBA 3 mg/l dapat membentuk akar akan tetapi jumlahnya sangat terbatas. Pengurangan sebagian garam makro pada media dasar WPM yang diberi IBA 3 mg/l merupakan media terbaik untuk inisiasi dan perkembangan akar belimbing Dewi. Tanah dan kompos dengan komposisi 1 : 2 merupakan media tumbuh terbaik untuk aklimatisasi planlet belimbing dirumah kaca. Aklimatisasi planlet belimbing dapat langsung dilakukan tanpa melalui fase pengakaran dengan memberikan perlakuan celup cepat dalam larutan IBA 100 ppm selama 1 jam.
- ItemMikropropagasi Sukun (Artocarpus communis Forst), Tanaman Sumber Karbohidrat Alternatif(BB Biogen, 2005) Mariska ...[at al], Ika; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik PertanianSukun (Artocarpus communis Forst) merupakan tanaman buah tropis yang mengandung karbohidrat sangat tinggi. Ketika persediaan pangan terbatas, di beberapa wilayah tertentu tanaman ini sering menjadi bahan pangan utama sebagai sumber karbohidarat. Kandungan karbohidrat pada tanaman tersebut hampir sama dengan ubi jalar atau talas tetapi lebih banyak dan pada kentang. Kendala utama dalam pengembangan sukun adalah terbatasnya persediaan bibit. Teknik kultur jaringan telah diakui keunggulannya karena dapat menghasilkan bibit dalam jumlah banyak, seragam dan relatif singkat. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biologi Sel dan Jaringan, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian (BB-Biogen) Bogor, mulai Februari 2003 sampai dengan Desember 2004. Penelitian terdiri dari beberapa tahap percobaan dengan berbagai kombinasi media sebagai perlakuan. Tahap pertama adalah multiplikasi tunas pada media Sk-2 dengan media WPM + BA (0; 0,5; 1,0; 1,5; dan 2,0 mg/l) + thidiazuron (0, 0,4 mg/l); tahap kedua, yaitu pemanjangan tunas pada media WPM + kinetin (1, 2, dan 3 mg/l) + GA3 (0 dan 5 mg/l); dan tahap ketiga adalah inisiasi dan perkembangan perakaran dengan membandingkan media WPM + BA (0, 2, 4, dan 6 mg/l) + arang aktif (0; 0,5%) dan media WPM (1; ½) + IBA (0; 1,5; dan 5 mg/l) atau NAA (1, 2, dan 3 mg/l). Hasil penelitian menunjukkan bahwa subkultur ke-2 dari tunas yang berukuran 1-2 cm pada media WPM + BA 0,5 mg/l + thidiazuron 0,4 dapat meningkatkan multiplikasi tunas menjadi 4,87-5,0. Subkultur dengan frekuensi tinggi, yaitu sampai 3 kali dapat menghasilkan jumlah tunas tertinggi, yaitu 15,5. Untuk elongasi tunas maka media WPM + kinetin I mg/l + GA3 5 mg/l merupakan formula yang terbaik. Persentase perakaran paling tinggi, yaitu 60% dengan jumlah akar berkisar 6,5 berasal dari media WPM + IBA 3 mg/l. Hasi aklimatisasi di rumah kaca telah dilakukan dengan tingkat keberhasilan 70%.