Pembentukan Benih Somatik Dewasa Kedelai dan Aklimatisasi serta Uji terhadap Indikator Sifat Toleransi Kekeringan

No Thumbnail Available
Date
2005
Journal Title
Journal ISSN
Volume Title
Publisher
BB Biogen
Abstract
Seleksi untuk toleransi/ketahanan terhadap kekeringan sangat kompleks karena adanya pengaruh interaksi antara genotipa dengan lingkungan yang menimbulkan perbedaan tanggap terhadap kekeringan. Kesulitan lain adalah kemampuan tanaman untuk tetap berproduksi tinggi pada kondisi kekeringan ditentukan oleh banyak faktor dan komponen, setiap faktor berbeda pada kondisi yang berbeda pula. Untuk mendapatkan tanaman kedelai yang toleran terhadap cekaman kekeringan telah dilakukan penelitian seleksi in vitro tanaman kedelai untuk toleransi terhadap kekeringan. Seleksi dilakukan dengan irradiasi sinar gamma dan komponen penyeleksi PEG. Konsentrasi PEG ditentukan dengan penelitian penapisan in vitro pada genotipa-genotipa kedelai yang sudah diketahui tanggapnya terhadap cekaman kekeringan. Keberhasilan untuk mendapatkan kultivar atau varietas baru tanaman hasil kultur in vitro sangat ditentukan oleh keberhasilan memindahkan planlet yang dihasilkan ke lingkungan luar (aklimatisasi). Kondisi planlet yang berasal dari botol masih sangat rentan, terutama terhadap suhu dan kelembaban udara serta patogen dalam tanah. Keberhasilan tersebut sangat menentukan bisa tidaknya dilakukan pengamatan dan pengujian berikutnya terhadap keragaman yang diperoleh. Benih somatik muda tanaman kedelai varietas Sindoro dan Wilis yang toleran terhadap PEG dipindahkan ke media MS atau ½ MS tanpa zat pengatur tumbuh untuk perakaran sehingga terbentuk benih somatik dewasa. Benih somatik yang telah dewasa kemudian diaklimatisasi di rumah kaca dalam media campuran tanah dengan kompos (1 : 1) dan dipelihara sampai menghasilkan polong G1. Benih G1 diuji sifat toleransi kekeringannya dengan 2 komponen ketahanan, yaitu daya tembus akar dan kandungan prolin dalam daun. Uji daya tembus akar dilakukan menggunakan campuran parafin dengan vaselin setebal 3 cm dengan perbandingan 60% : 40% yang setara dengan 12 bar dan analisis kandungan prolin pada daun yang mendapat cekaman kekeringan. Hasil pengujian yang dilakukan terhadap 15 somaklon hasil generasi pertama (G1) dari G0 yang tahan terhadap cekaman kekeringan akibat perlakuan PEG 20% diperoleh bahwa terdapat variasi kemampuan daya tembus akar terhadap lapisan uji di antara somaklon yang diuji. Hanya 7 somaklon yang mempunyai kemampuan menembus lapisan campuran parafin dan vaselin. Tiga somaklon mempunyai daya tembus akar yang lebih cepat dibandingkan varietas pembanding (Tanggamus dan Nanti), yaitu somaklon No. 2, No. 8, dan No. 12. Pengamatan terhadap komponen pertumbuhan, tidak memperlihatkan adanya korelasi antara daya tembus akar dengan panjang dan diameter akar. Hasil analisis kandungan prolin diperoleh 1 somaklon yang mempunyai kadar prolin jauh lebih tinggi dibandingkan dengan varietas pembanding, yaitu somaklon No. 4 dengan jumlah 1545 μmol/g berat basah daun. Sifat ketahanan terhadap cekaman kekeringan semua somaklon meningkat yang ditunjukkan oleh kandungan prolinnya lebih tinggi dari tanaman asal (Sindoro)
Description
Keywords
Kedelai, aklimatisasi, toleransi kekeringan.
Citation