Perlindungan Perkebunan
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Perlindungan Perkebunan by Author "Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat"
Now showing 1 - 5 of 5
Results Per Page
Sort Options
- ItemBIOLOGI TANAMAN KENAF(Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat, 2009) SETYOBUDI, Untung; Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat
- ItemEVALUASI KETAHANAN AKSESI-AKSESI WIJEN (Sesamum indicum L.) TERHADAP PENYAKIT Phytophthora sp.(Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, 2007) SUHARA, Cece; Titiek Yulianti; Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan SeratPenelitian yang bertujuan untuk mengetahui ketahanan beberapa aksesi wijen (Sesamum indicum L.) terhadap Phytophthora sp., telah dilaksanakan di Laboratorium dan Rumah Kasa Penyakit Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat, Malang, mulai bulan April 2005 sampai dengan Juli 2005. Percobaan disusun dalam rancangan acak lengkap (RAL) dengan tiga ulangan. Perlakuan terdiri dari 32 aksesi wijen termasuk kontrol tahan dan rentan. Unit perlakuan 40 tanaman tiap aksesi. Parameter pengamatan dengan menghitung luas serangan. Media yang digunakan untuk isolasi dan pemurnian jamur Phytophthora sp. adalah CMA dan apel manalagi yang digunakan sebagai sumber inokulum. Inoku-lasi dilakukan pada 1 minggu setelah tanam dengan menggunakan suspensi murni Phytophthora sp., kerapatan 106 konidia/ml, tiap baris diberi 10 ml suspensi 40 ml tiap bak. Dari hasil penelitian diperoleh 1 aksesi moderat; 18 aksesi rentan, dan 11 aksesi sangat rentan terhadap Phytophthora sp.
- ItemMODEL KEMITRAAN DALAM AGRIBISNIS TEMBAKAU: REALITA SAAT INI DAN HARAPAN KE DEPAN(Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat, 2008) SUWARSO; Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan SeratBisnis tembakau sangat menguntungkan sehingga menarik minat pihak-pihak tertentu untuk mendapat keun-tungan sebesar-besarnya. Sayangnya hal tersebut mengurangi keuntungan petani, sedangkan industri rokok tidak men-dapatkan tembakau yang sesuai. Untuk memperbaiki kondisi tersebut maka industri rokok melakukan kemitraan dengan petani. Hingga saat ini terdapat dua model kemitraan, yaitu kemitraan penuh atau kemitraan terbatas. Berdasarkan pe-ngalaman, sebagian besar model tersebut tidak efektif karena industri rokok tidak menyiapkan petugas lapangan bagi petani. Petani kurang informasi tentang kebutuhan industri rokok. Sulitnya adopsi teknologi disertai dengan penerapan teknologi yang beragam juga menambah keragaman produk. Di sisi lain, jeleknya manajemen pembelian tembakau oleh beberapa industri memberikan peluang para spekulan memanfaatkan situasi tersebut sehingga merugikan petani mitra, sedangkan pola hidup konsumtif petani menyebabkan lemahnya penyediaan modal usaha tani pada setiap musim tem-bakau. Untuk mencapai kemitraan yang lebih baik perlu perhatian dan perbaikan agar dapat menguntungkan industri ro-kok dan memotivasi petani menjadi lebih profesional serta mandiri. Untuk itu sebaiknya industri yang bermitra menye-diakan petugas lapangan yang cukup, dapat berfungsi sebagai penyuluh untuk menyampaikan inovasi teknologi dan ke-butuhan industri. Pelatihan dan uji coba di lapangan akan meningkatkan keterampilan dan profesionalisme petugas la-pangan. Pemberian penghargaan bagi petani yang berprestasi akan memotivasi pencapaian kemitraan.
- ItemPATOGENISITAS Sclerotium rolfsii, Rhizoctonia solani, DAN R. bataticola DARI BEBERAPA SUMBER INOKULUM TERHADAP KECAMBAH WIJEN (Sesamum indicum L.)(Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, 2007) YULIANTI, Titiek; Cece Suhara; Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan SeratSclerotium rolfsii, Rhizoctonia solani, dan R. bataticola merupakan patogen penyebab rebah kecambah wijen. Gejala yang ditimbulkan adalah benih mati sebelum berkecambah atau muncul ke permukaan tanah atau kecambah rebah/layu. Uji patogenisitas jamur-jamur tersebut terhadap kecambah wijen dilakukan untuk mengetahui media yang paling baik untuk memperbanyak patogen dan dalam menyebabkan penyakit. Media yang diuji adalah media pasir jagung, biji kapas, gabah beras, dan sekam. Kecambah yang terserang S. rolfsii paling banyak (87,3%) ketika biji wijen ditanam dalam pasir yang diinfestasi oleh S. rolfsii yang dibiakkan pada media sekam atau biji kapas. Sedangkan untuk R. solani media terbaik adalah biji kapas atau pasir jagung dengan keparahan penyakit yang ditimbulkan masing-masing (100%) dan 93,3%. Media terbaik untuk R. bataticola adalah sekam. Namun, jamur-jamur tersebut memiliki patogeni-sitas yang tinggi dan tidak berbeda ketika diinokulasikan ke benih wijen yang ditanam pada media water agar.
- ItemPERMASALAHAN PENGEMBANGAN TEMBAKAU DI JAWA TIMUR(Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat, 2003) Dinas Perkebunan Propinsi Jawa Timur; Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat