Perlindungan Perkebunan
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Perlindungan Perkebunan by Issue Date
Now showing 1 - 20 of 58
Results Per Page
Sort Options
- ItemBaku Operasional Pengendalian Terpadu Penyakit Karat Daun Kopi Hemileia vastatrix B. et Br.(Direktorat Bina Perlindungan Tanaman Perkebunan, 1992) Direktorat Bina Perlindungan Tanaman Perkebunan; Direktorat Bina Perlindungan Tanaman Perkebunan
- ItemBaku Operasional Pengendalian Hama Terpadu (PHT) Ulat Kipat (Cricula trifenestrata) Pada Tanaman Jambu Mete(Direktorat Bina Perlindungan Tanaman Perkebunan, 1992-12) Direktorat Bina Perlindungan Tanaman Perkebunan; Direktorat Bina Perlindungan Tanaman PerkebunanBaku Operasional Pengendalian Hama Terpadu (BO-PHT) Ulat Kipat (Cricula trifenestrata), pemakan daun tanaman jambu mete, merupakan pedoman dan sekaligus petunjuk teknis bagi para petugas di lapangan dalam usaha menanggulangi serangan hama utama pada tanaman jambu mete. Pengendalian hama tersebut dapat dilaksanakan secara terpadu dan diharapkan petani dapat melaksanakannya secara tepat dan membudaya, guna melindungi tanaman dari kerugian hasil sehingga pendapatan petani jambu mete lebih meningkat.
- ItemBaku Operasional Pengendalian Terpadu Hama Kumbang Kelapa (Oryctes rhinoceros L.)(Direktorat Bina Perlindungan Tanaman Perkebunan, 1993) Direktorat Bina Perlindungan Tanaman Perkebunan; Direktorat Bina Perlindungan Tanaman Perkebunan
- ItemBaku Operasional Pengendalian Terpadu Penyakit Colletotrichum Pada Kakao(Direktorat Bina Perlindungan Tanaman, 1994) Direktorat Bina Perlindungan Tanaman; Direktorat Bina Perlindungan Tanaman
- ItemBaku Operasional Pengendalian Terpadu Hama Kelapa, Sexava spp.(Direktorat Bina Perlindungan Tanaman, 1994) Direktorat Bina Perlindungan Tanaman; Direktorat Bina Perlindungan Tanaman
- ItemBaku Operasional Pengendalian Hama Terpadu (PHT) Kutu Hijau (Coccus viridis) Green Pada Tanaman Kopi(Direktorat Bina Perlindungan Tanaman Perkebunan, 1994) Direktorat Bina Perlindungan Tanaman Perkebunan; Direktorat Bina Perlindungan Tanaman Perkebunan
- ItemPengendalian Penggerek Buah Kakao Conopomorpha cramerella Snellen(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kendari, 1997) Sjafaruddin, Muhammad; Ratule, Muhammad Taufiq; Djamaluddin, Rahmatia; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kendari
- ItemMusuh Alami, Hama dan Penyakit Tanaman Jambu Mete(Direktorat Perlindungan Perkebunan, 2001) Direktorat Perlindungan PerkebunanDalam kehidupan di alam, setiap organisme pengganggu tumbuhan (OPT) mempunyai musuh alami. Biasanya perkembangan populasi OPT dikendalikan secara alami oleh musuh alaminya. Sejak tahun delapan puluhan, kehadiran musuh alami kembali dimanfaatkan dalam pengendalian OPT melalui pendekatan agro-ekosistem. Untuk kepentingan ini baik petani maupun penyuluh dan pengamat hama perlu mengenal semua jenis serangga yang ada di dalam kebun – baik hama maupun musuh alaminya. Buku ini dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman petani dan pembaca lainnya mengenai agro-ekosistem jambu mete menuju terlaksananya 4 prinsip dasar PHT: (a) budidaya tanaman sehat, (b) melestarikan musuh alami, (c) pengamatan sekali per minggu, dan (d) petani menjadi ahli PHT.
- ItemMusuh Alami, Hama dan Penyakit Tanaman Lada(Direktorat Perlindungan Perkebunan, 2002) Direktorat Perlindungan PerkebunanDalam kehidupan di alam, setiap organisme pengganggu tumbuhan (OPT) mempunyai musuh alami. Biasanya perkembangan populasi OPT dikendalikan secara alami oleh musuh alaminya. Sejak tahun delapan puluhan, kehadiran musuh alami kembali dimanfaatkan dalam pengendalian OPT melalui pendekatan agro-ekosistem. Untuk kepentingan ini baik petani maupun penyuluh dan pengamat hama perlu mengenal semua jenis serangga yang ada di dalam kebun – baik hama maupun musuh alaminya. Buku ini dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman petani dan pembaca lainnya mengenai agro-ekosistem jambu mete menuju terlaksananya 4 prinsip dasar PHT: (a) budidaya tanaman sehat, (b) melestarikan musuh alami, (c) pengamatan sekali per minggu, dan (d) petani menjadi ahli PHT.
- ItemMusuh Alami, Hama dan Penyakit Tanaman Kopi(Direktorat Perlindungan Perkebunan, 2002) Direktorat Perlindungan PerkebunanDalam kehidupan di alam, setiap organisme pengganggu tumbuhan (OPT) mempunyai musuh alami. Biasanya perkembangan populasi OPT dikendalikan secara alami oleh musuh alaminya. Sejak tahun delapan puluhan, kehadiran musuh alami kembali dimanfaatkan dalam pengendalian OPT melalui pendekatan agro-ekosistem. Untuk kepentingan ini baik petani maupun penyuluh dan pengamat hama perlu mengenal semua jenis serangga yang ada di dalam kebun – baik hama maupun musuh alaminya. Buku ini dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman petani dan pembaca lainnya mengenai agro-ekosistem jambu mete menuju terlaksananya 4 prinsip dasar PHT: (a) budidaya tanaman sehat, (b) melestarikan musuh alami, (c) pengamatan sekali per minggu, dan (d) petani menjadi ahli PHT.
- ItemMusuh Alami, Hama dan Penyakit Tanaman Teh(Direktorat Perlindungan Perkebunan, 2002) Direktorat Perlindungan PerkebunanDalam kehidupan di alam, setiap organisme pengganggu tumbuhan (OPT) mempunyai musuh alami. Biasanya perkembangan populasi OPT dikendalikan secara alami oleh musuh alaminya. Sejak tahun delapan puluhan, kehadiran musuh alami kembali dimanfaatkan dalam pengendalian OPT melalui pendekatan agro-ekosistem. Untuk kepentingan ini baik petani maupun penyuluh dan pengamat hama perlu mengenal semua jenis serangga yang ada di dalam kebun – baik hama maupun musuh alaminya. Buku ini dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman petani dan pembaca lainnya mengenai agro-ekosistem jambu mete menuju terlaksananya 4 prinsip dasar PHT: (a) budidaya tanaman sehat, (b) melestarikan musuh alami, (c) pengamatan sekali per minggu, dan (d) petani menjadi ahli PHT.
- ItemMusuh Alami, Hama dan Penyakit Tanaman Kakao(Direktorat Perlindungan Perkebunan, 2002) Direktorat Perlindungan PerkebunanDalam kehidupan di alam, setiap organisme pengganggu tumbuhan (OPT) mempunyai musuh alami. Biasanya perkembangan populasi OPT dikendalikan secara alami oleh musuh alaminya. Sejak tahun delapan puluhan, kehadiran musuh alami kembali dimanfaatkan dalam pengendalian OPT melalui pendekatan agro-ekosistem. Untuk kepentingan ini baik petani maupun penyuluh dan pengamat hama perlu mengenal semua jenis serangga yang ada di dalam kebun baik hama maupun musuh alaminya. Buku ini dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman petani dan pembaca lainnya mengenai agro-ekosistem kopi menuju terlaksananya 4 prinsip dasar PHT: (a) budidaya tanaman sehat, (b) melestarikan musuh alami, (c) pengamatan sekali per minggu, dan (d) petani menjadi ahli PHT.
- ItemPERMASALAHAN PENGEMBANGAN TEMBAKAU DI JAWA TIMUR(Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat, 2003) Dinas Perkebunan Propinsi Jawa Timur; Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat
- ItemPedoman Teknis Pengendalian Hama Penggerek Buah Kakao (PBK) pada Taman Kakao(Direktorat Jenderal Perkebunan, 2006-10) Direktorat Jenderal Perkebunan; Perpustakaan Sekretariat Jenderal Kementerian PertanianBuku Pedoman Teknis ini menyediakan informasi yang memadai tentang pengenalan hama penggerek buah kakao (PBK) serta teknologi pengendaliannya yang efektif, murah, dan mudah dilaksanakan oleh petani.
- ItemDUKUNGAN TEKNOLOGI PENGEMBANGAN WIJEN DI LAHAN KERING DAN LAHAN SAWAH SESUDAH PADI(Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, 2007) ROMLI, Moch.; Budi Hariyono; Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat, Malang; Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat, MalangWijen (Sesamum indicum L.) dibudidayakan di Indonesia terutama di daerah kering iklim kering. Namun akhir-akhir ini wijen mulai banyak dikembangkan di lahan sawah sesudah padi pada musim kemarau terutama di Kabupaten Nganjuk (Jawa Timur), Kabupaten Sragen dan Sukoharjo (Jawa Tengah). Rata-rata produktivitas wijen di Indonesia se-kitar 400 kg/ha, dengan umur panen antara 2,5–5 bulan. Selama pertumbuhannya wijen membutuhkan curah hujan an-tara 400–650 mm, dan menghendaki suhu tinggi, dan udara kering. Budi daya wijen tergolong relatif mudah dengan ri-siko kegagalan kecil, di samping mudah ditumpangsarikan dengan tanaman pangan atau tanaman industri. Saat ini Balittas telah menghasilkan paket teknologi budi daya yang sesuai untuk pengembangan di wilayah kering. Paket tekno-logi ini meliputi penggunaan varietas unggul dan benih bermutu, pengolahan tanah harus sesuai, waktu tanam yang se-suai, populasi yang optimal, dosis pupuk sesuai anjuran, pengendalian organisme pengganggu yang tepat. Sedangkan paket teknologi untuk pengembangan di lahan sawah sesudah padi masih terbatas pada varietas unggul saja.
- ItemPENCABUTAN SUBSIDI EKSPOR NEGARA MAJU TERHADAP EKONOMI KAPAS INDONESIA(Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, 2007) ARIFIN, Bustanul; Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Jakarta; Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Jakarta
- ItemPERAN TEKNOLOGI DAN KELEMBAGAAN DALAM PENGEMBANGAN KAPAS DAN RAMI(Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, 2007) HASNAM; Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, Bogor; Emy Sulistyowati; Nurheru; Sudjindro; Rr. Sri Hartati; Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, Bogor - Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan SeratTeknologi-teknologi sudah tersedia untuk meningkatkan produktivitas dan pendapatan usaha tani kapas dan rami, adopsinya dapat ditingkatkan jika dilakukan pembinaan yang intensif, peningkatan pelayanan lembaga keuangan pedesaan, dan penguatan lembaga pendukung lainnya. Dengan status benih kapas dan rami yang masih bersifat barang publik, pengadaan benih seharusnya menjadi tanggung jawab pemerintah. Untuk reformasi sistem perbenihan perlu dikembangkan suatu sistem yang melibatkan semua potensi nasional. Pengembangan kapas dan rami harus diintegrasikan dengan agro-industri dan penumbuhan industri hilirnya. Untuk itu perlu disusun rencana induk yang holistik; tanpa pengintegrasian tersebut usaha tani kapas dan rami tidak akan menarik petani, karena nilai produk primer yang semakin turun. Selain itu, perlu segera diambil langkah-langkah untuk implementasi UU no. 13/2005 dan Perpres no. 8/2005 untuk meningkatkan akses petani terhadap permodalan/dana. Perlu diambil langkah-langkah untuk mengefektifkan penyuluhan dengan meningkatkan mutu SDM, peran P4S, dan BPP; pertukaran aktivitas peneliti-penyuluh secara periodik diharapkan akan mempercepat proses alih-teknologi.
- ItemEVALUASI KETAHANAN AKSESI-AKSESI WIJEN (Sesamum indicum L.) TERHADAP PENYAKIT Phytophthora sp.(Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, 2007) SUHARA, Cece; Titiek Yulianti; Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan SeratPenelitian yang bertujuan untuk mengetahui ketahanan beberapa aksesi wijen (Sesamum indicum L.) terhadap Phytophthora sp., telah dilaksanakan di Laboratorium dan Rumah Kasa Penyakit Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat, Malang, mulai bulan April 2005 sampai dengan Juli 2005. Percobaan disusun dalam rancangan acak lengkap (RAL) dengan tiga ulangan. Perlakuan terdiri dari 32 aksesi wijen termasuk kontrol tahan dan rentan. Unit perlakuan 40 tanaman tiap aksesi. Parameter pengamatan dengan menghitung luas serangan. Media yang digunakan untuk isolasi dan pemurnian jamur Phytophthora sp. adalah CMA dan apel manalagi yang digunakan sebagai sumber inokulum. Inoku-lasi dilakukan pada 1 minggu setelah tanam dengan menggunakan suspensi murni Phytophthora sp., kerapatan 106 konidia/ml, tiap baris diberi 10 ml suspensi 40 ml tiap bak. Dari hasil penelitian diperoleh 1 aksesi moderat; 18 aksesi rentan, dan 11 aksesi sangat rentan terhadap Phytophthora sp.
- ItemBaku Operasional Pengendalian Hama Terpadu Tanaman Kelapa Sawit(Direktorat Perlindungan Perkebunan, 2007) Widarto, Heru Tri; Direktorat Perlindungan PerkebunanKomoditi kelapa sawit merupakan salah satu penyumbang devisa terbesar bagi Indonesia. Dari tahun ke tahun perkembangannya menunjukkan peningkatan yang pesat. Oleh karena itu, kelapa sawit merupakan salah satu dari komoditi yang termasuk dalam Program Revitalisasi Perkebunan. Salah satu prioritas dalam peningkatan produksi perkebunan adalah meminimalkan faktor-faktor pembatas produksi antara lain serangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT). Dalam mengendalikan OPT kelapa sawit telah digariskan kebijakan untuk menerapkan sistem Pengendalian Hama Terpadu (PHT).
- ItemPATOGENISITAS Sclerotium rolfsii, Rhizoctonia solani, DAN R. bataticola DARI BEBERAPA SUMBER INOKULUM TERHADAP KECAMBAH WIJEN (Sesamum indicum L.)(Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, 2007) YULIANTI, Titiek; Cece Suhara; Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan SeratSclerotium rolfsii, Rhizoctonia solani, dan R. bataticola merupakan patogen penyebab rebah kecambah wijen. Gejala yang ditimbulkan adalah benih mati sebelum berkecambah atau muncul ke permukaan tanah atau kecambah rebah/layu. Uji patogenisitas jamur-jamur tersebut terhadap kecambah wijen dilakukan untuk mengetahui media yang paling baik untuk memperbanyak patogen dan dalam menyebabkan penyakit. Media yang diuji adalah media pasir jagung, biji kapas, gabah beras, dan sekam. Kecambah yang terserang S. rolfsii paling banyak (87,3%) ketika biji wijen ditanam dalam pasir yang diinfestasi oleh S. rolfsii yang dibiakkan pada media sekam atau biji kapas. Sedangkan untuk R. solani media terbaik adalah biji kapas atau pasir jagung dengan keparahan penyakit yang ditimbulkan masing-masing (100%) dan 93,3%. Media terbaik untuk R. bataticola adalah sekam. Namun, jamur-jamur tersebut memiliki patogeni-sitas yang tinggi dan tidak berbeda ketika diinokulasikan ke benih wijen yang ditanam pada media water agar.
- «
- 1 (current)
- 2
- 3
- »