Prosiding Seminar Nasional Mekanisasi Pertanian
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Prosiding Seminar Nasional Mekanisasi Pertanian by Author "Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian"
Now showing 1 - 11 of 11
Results Per Page
Sort Options
- ItemAnalisis Pembuatan Biogas Hasil Diversifikasi Bioenergi dan Renewable Energy Sebagai Salah Satu Solusi Alternatif Pencegahan Pencemaran Logam Berat pada Tanah(Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian, 2012-10) Elizabeth, Roosganda; Rusdiana, S; Balai Besar Pengembangan Mekanisasi PertanianKotoran ternak ruminansia sebagai salah satu energi alternatif memiliki prospek cukup cerah yang diperoleh melalui fermentasi kotoran ternak menjadi biogas. Biogas sebagai bioenergi ini mempunyai beberapa keuntungan potensial bila dibandingkan dengan energi nuklir maupun energi batu bara, karena disamping berpolusi rendah juga meningkatkan sanitasi dan menjaga kebersihan lingkungan. Dengan teknologi biogas, kandungan zat-zat alami dalam kotoran ternak dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi alternatif untuk memasak, lampu penerangan, dan lainnya yang membutuhkan energi, disamping untuk meningkatkan sanitasi lingkungan. Pemanfaatan limbah kotoran ternak menjadi sumber bahan baku biogas, diharapkan dapat menjadi salah satu solusi alternatif pencegahan pencemaran logam berat pada tanah. Perlunya pengembangan beberapa aspek terkait, seperti: penanganan bahan dasar, manajemen proses, dan pemilihan jenis mikroorganisme yang ikut aktif dalam proses pembentukan biogas, pemahaman mengenai variabel-variabel yang mempengaruhi proses pembentukan biogas, komposisi gas, dan cara penanganan gasnya secara aman, dan penyusunan strategi pemasyarakatan sistem biogas, khususnya di daerah pedesaan. Biogas dapat digunakan sebagai bahan pengganti energi dari fosil (bahan bakar minyak dan gas alam). Teknologi biogas merupakan pilihan yang tepat untuk mengubah limbah peternakan untuk menghasilkan energi dan pupuk sehingga diperoleh keuntungan ganda (multi margin) baik secara sosial ekonomi maupun dari segi kelestarian lingkungan. Kata Kunci : analisis, biogas, bioenergi, kotoran ternak, efisiensi biaya bahan bakar.
- ItemModifikasi dan Uji Kinerja Mesin Perontok Padi Tipe Throw-in untuk Perontokan Padi dengan Sistem Panen Potong Bawah(Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian, 2012-10) Suparlan, Suparlan; Suprapto, Anjar; Balai Besar Pengembangan Mekanisasi PertanianDalam beberapa tahun terakhir sedang berkembang mesin pemanen padi tipe gendong (paddy mower) dengan sistem panen padi potong bawah (potong panjang). Perontokan padi hasil pemotongan dengan mower dapat dilakukan dengan cara digebot atau menggunakan alat dan mesin perontok. Namun demikian untuk perontokan padi dengan sistem panen potong bawah dengan menggunakan mesin perontok yang telah berkembang masih belum memberikan hasil secara optimal (kapasitas perontokan berkisar 200 - 240 kg/jam), karena mesin tersebut umumnya dirancang untuk perontokan padi dengan sistem panen potong atas (potong pendek). Tujuan penelitian ini adalah melakukan modifikasi dan menguji kinerja mesin perontok padi tipe throw-in yang dapat digunakan untuk perontokan padi dengan sistem panen potong bawah. Modifikasi dilakukan dengan penambahan ayakan getar di bagian bawah drum silinder perontok, penambahan ayakan di bagian pengeluaran gabah, perubahan lubang concave, perubahan sudut kemiringan sirip pengarah, dan penggantian tenaga penggerak motor diesel. Pengujian dilakukan dengan bahan uji padi hasil panen potong bawah, dengan jumlah sampel setiap ulangan sebanyak 250 kg padi dan jumlah ulangan sebanyak 5 kali. Parameter yang diamati meliputi bobot padi sebelum dirontok, bobot gabah hasil perontokan, waktu perontokan, putaran silinder perontok, konsumsi bahan bakar, bobot gabah yang tercecer dan terikut jerami, dan tingkat kebersihan gabah. Hasil uji kinerja memperlihatkan bahwa kapasitas kerja output mesin perontok padi sebesar 448,1 kg/jam, sehingga kapasitasnya mengalami kenaikan antara 86,7 % - 124,1 % dibandingkan kapasitas mesin sebelum dimodifikasi. Sedangkan tingkat kebersihan gabah hasil perontokan sebesar 91,9 %, dan besarnya susut hasil perontokan sebesar 1,28 %. Kebutuhan konsumsi bahan bakar solar sebesar 0,99 l/jam.
- ItemModifikasi dan Uji Mesin Pencacah Kakao Segar untuk Pakan Ternak(Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian, 2012-10) Harsono, Harsono; Widodo, Puji; Nurhasanah, Ana; Kinkin, Gambuh Asmara; Balai Besar Pengembangan Mekanisasi PertanianKendala utama petani dalam pengembangan ternak disebabkan oleh keterbatasan pakan ternak terutama pada musim kemarau. Limbah kulit buah kakao segar yang dicacah dapat berperan sebagai penyediaan bahan pakan ternak , disamping hijauan lainnya. Mesin pencacah (Chopper) telah banyak digunakan, namun penggunaan mesin tersebut untuk kakao tidak sesuai sehingga pada bagian tertentu mesin pencacah perlu dilakukan modifikasi untuk meningkatkan kualitas hasil cacahan. Modifikasi mesin pencacah dilakukan pada sistim pengumpan (hopper), jarak antar pisau pemotong dan saringan hasil cacahan. Tujuan penelitian ini adalah untuk memodifikasi dan menguji mesin pencacah kulit kakao segar untuk penyediaan pakan ternak. Pengujian menggunakan mesin pencacah kulit kakao segar yang telah dimodifikasi. Hasil pengujian menunjukkan bahwa kapasitas mesin pencacah kakao rata-rata 837,2 kg/jam pada putaran rata-rata 1666,7 rpm dengan beban dan ukuran hasil potongan kulit kakao 1 cm.
- ItemPengembangan Mesin Pencacah Tanda Sawit Tipe Pisau Sirkular(Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian, 2012-10) Wijaya, Elita Rahmarestia; Asari, Ahmad; Hoesen, Yanyan A.; Sasmito, Dony Anggit; Balai Besar Pengembangan Mekanisasi PertanianProses pemanfaatan tandan kosong sawit (TKS) untuk bahan bakar biomassa, kompos ataupun pemanfaatan sebagai bahan serat memerlukan proses pendahuluan berupa penguraian dan pencacahan untuk mempermudah pengolahan. Mesin pencacah tandan kosong sawit, telah dikembangkan di Malaysia dan Indonesia dengan menggunakan berbagai jenis pisau dengan tipe satu baris pisau atau dua baris pisau. Pengembangan mesin pencacah tandan kosong sawit (TKS) dilakukan di BBP Mekanisasi Pertanian Serpong dengan menggunakan pisau berbentuk cakram (piringan sirkuler) dengan 10 buah pisau sirkuler terdiri dari 5 buah pisau yang bermata 120 per pisau dan 5 pisau bermata 60 per pisau, disusun berselang-seling pada satu poros pisau. Penggunaan mata pisau yang berbeda berfungsi untuk mengurai (mata 60) dan mencacah serabut (mata 120). Bagian utama mesin lainnya terdiri dari rangka utama, hopper dan outlet keluaran bahan. Penggerak mesin menggunakan motor diesel 8,5 HP (6.3 kW) dengan sistem transmisi sabuk dan pulley. Uji kinerja dilakukan pada putaran poros penggerak pisau 2000 RPM dengan menggunakan tandan kosong sawit pada kadar air 39.5% dan 22,5%. Hasil uji menunjukkan kapasitas kerja yang lebih besar pada kadar air yang lebih tinggi, di mana rata-rata kapasitas 248 kg/jam pada kadar air TKS sebesar 39,5 % BB dan kapasitas kerja rata-rata 73 kg/jam pada kadar air TKS sebesar 22,5 % BB. Hasil cacahan TKS mempunyai rata-rata panjang 8 cm. Tidak terjadi perbedaan rata-rata panjang cacahan pada kadar air yang berbeda.
- ItemPengembangan Mesin Pengering Hybrid Chip Mocaf(Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian, 2012-10) Nurhasanah, Ana; Nuryawati, Titin; Harsono, Harsono; Balai Besar Pengembangan Mekanisasi PertanianPenelitian ini bertujuan untuk mengembangkan prototipe mesin pemipil jagung berkelobot (tanpa kupas kulit) dan melakukan uji kinerja mesin baik dari aspek teknis dan ekonomi. Pengembangan prototipe mesin dilakukan dengan memodifikasi mesin pemipil jagung yang sudah direkayasa sebelumnya oleh BBP Mektan. Modifikasi dilakukan pada bagian ayakan getar (sudut kemiringan, lubang ayakan, dan panjang langkah eksentrik), dan putaran blower pembersih. Pengujian dilaksanakan di sentra produksi jagung di Lampung dengan varietas jagung Bisi-816 dan Bisi-2, dimana ukuran dimensi tongkol jagungnya berbeda. Hasil uji lapang memperlihatkan bahwa kinerja mesin pemipil jagung berkelobot secara teknis cukup baik dan secara ekonomi menguntungkan karena dapat menekan biaya pengupasan kelobot dan penjemuran tongkol jagung. Kapasitas kerja pemipilan dipengaruhi oleh kadar air jagung dan ukuran dimensi tongkol jagung. Pemipilan jagung varietas Bisi-816 dengan kadar air awal 34% dan ukuran tongkolnya lebih kecil diperoleh kapasitas kerja pemipilan sebesar 884 kg/jam, dengan tingkat kebersihan 98 %, tingkat kerusakan biji 3,4%, dan konsumsi bahan bakar 0,96 l/jam. Sedangkan pemipilan jagung varietas Bisi-2, dengan kadar air awal 26%, dengan ukuran tongkol lebih besar diperoleh kapasitas kerja sebesar 1.213 Kg/jam; dengan tingkat kebersihan 99 %, tingkat kerusakan biji 1,0% dan konsumsi bahan bakar 0,90 l/jam. Besarnya biaya operasional mesin adalah Rp 35/kg jagung pipil. Besarnya nilai B/C rasio dan BEP berturut-turut adalah 1,14 dan 1,62 tahun. Penggunaan mesin tersebut dapat memberikan keuntungan secara ekonomi jika luas cakupan lahan tanaman jagung minimal seluas 25 ha per musim, dengan jumlah musim tanam per tahun minimal dua kali.
- ItemPengembangan Paket Teknologi Mesin Perontok Padi Lipat di Daerah Terasering untuk Menekan Losses dan Mengurangi Kejernihan Kerja(Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian, 2012-10) Sulistiadji, Koes; Wiyono, Joko; Balai Besar Pengembangan Mekanisasi PertanianMerontok padi secara mekanis menggunakan mesin perontok selain mampu menekan besarnya angka losses, juga mampu mengurangi kejerihan kerja. Mendekatkan mesin perontok ke areal panen akan menekan besarnya angka losses yaitu mengurangi susut tercecer saat pengangkutan menuju tempat perontokan dan untuk daerah terasering hal ini sulit dilakukan karena belum tersedianya mesin perontok dengan mobilitas tinggi. Mesin Perontok yang populer dan beredar di pasaran adalah mesin perontok dengan kapasitas kerja besar yaitu 600 kq/jam, dengan power antara 5.5 HP sampai 7,5 HP dan akan menjumpai kesulitan bila dioperasikan di daerah sawah terasering, karena bobotnya yang cukup berat dan tidak tersedianya jalan yang memadai. Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan desain prototipe mesin perontok padi lipat bermotor, dengan kriteria parameter desain : (a) kecepatan putar optimum drum perontok 300 rpm, (b) kapasitas kerja teoritis 200 sampai 300 kg per jam untuk komoditas padi, (c) bobot keseluruhan prototipe relatif ringan, (d) menggunakan penggerak motor bensin 3.5 Hp, 4000 rpm dan (e) mampu mengurangi kejerihan kerja relatif dibanding cara gebot. Rancang bangun prototipe mesin perontok padi lipat bermotor telah dilakukan dengan dasar kriteria yang telah ditentukan. Komponen drum perontok digunakan bahan kayu berbentuk silinder dg ukuran 3 x 4 x 50 cm berjumlah 8 buah. Gigi perontokan digunakan tipe wire diameter 5 mm berbahan tahan karat dan dipasang zig-zag. Sistem transmisi dari engine penggerak menuju drum perontok digunakan pully dan v-belt dengan 2 (dua) kali penurunan kecepatan (dari 4000 rpm menjadi 300 rpm). Hasil uji fungsional di laboratorium BBP Mektan menunjukkan bahwa performance komponen-komponen utama sudah baik, serta penggunaan engine 3.5 Hp juga dapat berfungsi dengan baik Kegiatan uji lapang dilaksanakan di lahan terasering Desa Nusa Kecamatan Kahu Kabupaten Bone Sulawesi Selatan. Varietas padi yang digunakan sebagai bahan uji adalah sembada 168 (hibrida). Umur panen adalah 105 hari, rata-rata panjang malai (setelah di panen) adalah 85 cm, rata-rata kadar air gabah sebesar 18,6 – 20,4 %. Produksi ubinan sebesar 13.31 ton/ha dan nisbah gabah terhadap jerami + gabah sebesar 34.28 %. Kapasitas kerja pengumpanan relatif masih kecil 108,66 kg/jam untuk Perdal thresher lipat, dan 245,22 kg/jam untuk Thresher lipat bermotor. Sedangkan Kapasitas perontokan 34,52 kg/jam dan 79,95 kg/jam masing masing untuk Perdal thresher lipat dan Threher Lipat Bermotor. Prosentase Susut tercecer saat perontokan (yang diakibatkan oleh mesin perontok) berupa gabah tidak terontok, besarnya rata rata untuk Thresher tipe pedal 0,86 %, dan untuk Thresher pedal bermotor 0,69 %. Hasil analisa laboratorium terhadap kualitas gabah menunjukkan bahwa rata-rata prosentase gabah isi adalah 94.5 % dan butir retak 7/100 butir. Dari analisa Finansial Mesin Thresher Lipat Bermotor, melalui asumsi, harga mesin Rp.4 juta,-, umur teknis 5 tahun, upah operator Rp. 30.000,- per hari, Konsumsi BBM 0,833 l/jam, harga Bensin Premium Rp.4.500,-/liter, harga gabah Rp. 3.000,- per kg, kapasitas kerja mesin 79,95 kg/jam diperoleh Biaya Pokok Operasional mesin senilai Rp. 203,- per kg, gabah masih lebih murah dibanding dengan ongkos Gebot di Kab. Bone sebesar Rp.334,- per kg.
- ItemPengembangan Teknologi Pengolahan Tempe Higienis(Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian, 2012-10) Budiharti, Uning; Sulistyosari, Novi; Sirait, Parlahutan; Samudiantono, Arif; Balai Besar Pengembangan Mekanisasi PertanianIndustri tempe di Indonesia saat ini mencapai 32.171 unit dengan 83.352 orang tenaga kerja. Nilai bahan baku dan bahan pembantu industri ini saja mencapai Rp 54,9 triliun. Sedangkan nilai produksinya sebesar Rp 92,3 triliun dengan nilai tambah mencapai Rp 37,3 triliun. Industri tempe di Indonesia merupakan industri yang dirajai oleh produsen kecil dan menengah yang jumlahnya sangat besar. Namun sebagian besar kondisi industri tempe selama ini masih kurang higienis. Pengolahan dilakukan menggunakan peralatan sederhana, dimana material yang digunakan tidak memenuhi standar food grade. Sementara itu seiring dengan kemajuan teknologi dan ekonomi, maka tuntutan konsumen terhadap produk yang higienis semakin tinggi. Untuk menjaga kehigienisan produk, maka alat mesin yang digunakan pada setiap tahapan metode harus terbuat dari material yang memenuhi standar food grade. Hal yang juga perlu diperhatikan yaitu untuk menjaga lingkungan atau tempat pengolahan tetap dalam keadaan higienis. Model pengembangan yang diterapkan, ditargetkan melalui perbaikan sistem manajemen dan sistem kelembagaan yang melibatkan instansi terkait dengan fungsi masing-masing, yaitu terbentuknya kelompok/lembaga yang dapat membantu dalam menerapkan teknologi pengolahan tempe yang higienis secara berkelanjutan. Koordinasi dilakukan dengan beberapa lembaga daerah terkait diantaranya BPTP memiliki fungsi sebagai pengawal inovasi teknologi, BAPPEDA, Dinas Perindustrian Perdagangan dan koperasi, serta aparat desa (Camat dan Kades) yang berfungsi sebagai Pembina dan Pendamping. Mesin yang diterapkan adalah mesin pengupas kulit ari kedelai, serta alat pendukung lainnya yaitu pemisah kulit ari, rak fermentasi, perata tempe lembaran bahan kripik tempe. Kelebihan mesin pengupas yang diterapkan jika dibandingkan dengan mesin yang ada adalah materialnya terbuat dari material yang food grade yaitu stainless steel dan dalam pengoperasiannya tidak diperlukan penambahan air lagi. Kapasitas kerja mesin ini adalah. Kapasitas pengupasan rata-rata (berdasar input): 374 kg/jam dan (berdasar output): 342 kg/jam dengan persentase kedelai terkupas 98 %.
- ItemPengkajian Teknologi Pengolahan Roti dengan Penambahan Tepung Pisang(Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian, 2012-10) Histifarina, Dian; Rahman, Adetya; Rahadian, Didit; Balai Besar Pengembangan Mekanisasi PertanianTepung pisang merupakan produk antara yang cukup prospektif dalam pengembangan sumber pangan lokal. Selain itu tepung merupakan salah satu bentuk alternatif produk setengah jadi yang dianjurkan, karena lebih tahan disimpan, mudah dicampur (dibuat komposit), diperkaya zat gizi (difortifikasi), dan dibentuk. Tepung pisang mempunyai rasa dan bau yang khas sehingga dapat digunakan pada pengolahan berbagai jenis makanan yang mengggunakan tepung (tepung beras, terigu). Dalam hal ini, tepung pisang menggantikan sebagian atau seluruhnya dari tepung jenis lainnya. Salah satu pemanfaatan tepung pisang dalam subtitusi tepung terigu yaitu dalam pembuatan roti. Tujuan pengkajian adalah untuk mendapatkan karakteristik sifat kimia produk roti dan tingkat kesukaan panelis. Pengkajian dilaksanakan di Laboratorium Pascapanen BPTP Jawa Barat dan Laboratorium Seafast Center (Unit Bakery) di IPB Bogor dari bulan Mei hingga Oktober 2010. Metodologi penelitian yang digunakan yaitu metode deskriptif melalui kegiatan teknologi pengolahan roti. Jenis roti yang dibuat yaitu roti tawar dan roti manis. Data yang diamati meliputi kualitas roti yang dihasilkan yaitu meliputi sifat kimia (kadar air, kadar abu, protein, serat pangan, lemak, gula, kadar karbohidrat serta nilai energi) dan uji organoleptik (rasa, tekstur, aroma dan warna). Hasil pengkajian menunjukkan bahwa nilai kalori roti tawar dan roti manis yang disubstitusi dengan tepung pisang lebih tinggi (261,29-375,81 kkal/100g) dibandingkan dengan roti twar dari tepung terigu (248 kkal/100g), namun memiliki kandungan lemak lebih tinggi dari standar yaitu sebesar 3,25% (standar maks. 3,0); kadarair dan kadar abu roti yang dihasilkan sudah memenuhi standar roti (maks 40,0 dan 3,0); sedangkan nilai kandungan protein dan karbohidrat tidak berbeda. Penerimaan panelis terhadap produk roti tawar yang disubstitusi dengan tepung menunjukkan tingkatan agak suka (skor 1,95 – 2,4) baik dari segi warna, rasa, aroma dan tekstur, sedangkan untuk produk roti manis, hasil uji organoleptik terhadap rasa, warna, aroma dan tekstur, menunjukkan tingkat penerimaan suka (skor 3 – 4).
- ItemPengujian dan Modifikasi Mesin Sangrai Kopi di Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur(Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian, 2012-10) Widodo, Puji; Arustiarso, Arustiars; Hamaisa, Hamaisa; Balai Besar Pengembangan Mekanisasi PertanianKendala utama dalam prosesing kopi di kabupaten Alor yaitu keterbatasan sumber daya listrik dan gas sehingga proses pengolahan kopi masih dilakukan secara tradisional dengan produktivitas dan kualitas terbatas. Upaya peningkatan poduktivitas dan kualitas kopi sangrai dilakukan melalui introduksi mesin, pelatihan dan pengujian mesin sangrai kopi menggunakan sumber pemanas arang kayu di desa Kelaisi Tengah. Modifikasi dilakukan pada sistim pembakaran Uji fungsional mesin sangrai kopi dilakukan dengan perlakuan yaitu : suhu ruang pengering 70, 80 dan 90oC, lama waktu sangrai 20, 30 dan 45 menit , bahan baku biji kopi kering 2,5 , 5 dan 10 kg dengan kadar air awal 12,5% bb , putaran silinder sangrai 20 rpm, pengamatan kadar air biji kopi sangrai dilakukan setiap 5 menit dan perlakuan sangrai kopi tanpa sumber pemanas masing-masing dilakukan selama 15 menit. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan kinerja mesin sangrai kopi dengan sumber pemanas arangkayu. Hasil uji fungsional yang terbaik digunakan sebagai acuan untuk melakukan uji kinerja mesin sangrai dan hasil uji kinerja menunjukkan bahwa perlakuan suhu ruang pengering 90oC selama 45 menit, bahan baku biji sangrai 10 kg, menggunakan arangkayu 2.10 kg dan menghasilkan warna kopi coklat tua dan kadar air biji sangrai 2,4% bb.
- ItemTeknik Produksi Bioetanol sebagai Bahan Bakar pada Skala Pedesaan(Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian, 2012-10) Lay, Abner; Balai Besar Pengembangan Mekanisasi PertanianPengolahan bioetanol dapat dilakukan pada skala pedesaan dalam bentuk usaha kelompok tani/gapoktan/UKM. Model pengembangan produksi bioetanol sebagai bahan bakar yang dapat dicontohi antara lain Model Agromakmur Jawa Tengah, Model Poopo Sulawesi Utara dan Model Introduksi. Aplikasi model-model pengembangan ini, perlu memperhatikan sistem proses pengolahan (bahan baku, fermentasi, destilasi, dehidrasi, alat pengolahan yang digunakan) dan sistem pengelolaan usaha (pembinaan, pengadaan alat pengolahan, modal kerja, pemasaran, dll), agar pengembangannya dapat memberi manfaat yang optimal. Pemanfaatan bioetanol sebagai bahan bakar akan berdampak pada peningkatkan intensifikasi dan perluasan aren tanaman penghasil bioetanol, memperluas lapangan kerja, mengurangi pencemaran udara, menurunkan konsumsi BBM sekaligus sebagai ketahanan energi nasional.
- ItemUji Kinerja Mesin Pengiris Ubi kayu Tipe Piringan Berputaruntuk Produksi Tepung Kasava Termodifikasi(Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian, 2012-10) Iswari, Kasma; Harnel, Harnel; Wijaya, Elita Rahmarestia; Balai Besar Pengembangan Mekanisasi PertanianTepung kasava termodifikasi merupakan salah satu alternative tepung yang dikembangkan sebagai substitusi terigu. Untuk mendukung pengembangan tepung kasava termodifikasi, dibutuhkan mesin-mesin yang mendukung proses pengolahannya, di antaranya mesin pengiris yang berfungsi untuk memperkecil ukuran bahan. Uji kinerja mesin pengiris ubikayu rancangan BBP Mekanisasi Pertanian Serpong telah dilakukan untuk dapat diterapkan di kelompok pengolahan tepung kasava termodifikasi skala pedesaan. Tipe mesin pengiris adalah tipe piringan berputar vertical dengan diameter piringan 40 cm, mempunyai 4 baris pisau dan daya penggerak motor bensin 6,5 HP. Uji kinerja dilakukan pada kombinasi putaran piringan pisau (700, 600 dan 450 RPM) dan jarak celah pisau (2 mm dan 3,5 mm) terhadap pengaruhnya pada kapasitas dan ketebalan hasil sawutan. Analisis data pengujian menggunakan metode statistic model regresi linier berganda. Berdasarkan kapasitas yang diharapkan 1 ton/jam dan ketebalan sawutan rata-rata 4 mm didapatkan parameter kinerja yang optimum pada putaran piringan pisau 490 RPM dan jarak celah pisau 4,3 mm. Uji kinerja lapang menghasilkan rata-rata kapasitas mesin 929 kg/jam ubi kayu kupas. Penggunaan mesin pengiris ini menghasilkan biaya pokok pengirisan sebesar Rp 19,31/kg ubikayu kupasan.