Surveilans Deteksi Antigenik Classical Swine Fever berbasis risiko : Dinamika Tingkat Aras dan Faktor faktor risiko dalam Penularan pada Babi di Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2018
dc.contributor.author | Hendrawati, Ferra | |
dc.contributor.author | Mutisari, Dewi | |
dc.contributor.author | Ratna | |
dc.contributor.other | Ramlan | en_US |
dc.date.accessioned | 2020-04-07T01:39:27Z | |
dc.date.available | 2020-04-07T01:39:27Z | |
dc.date.issued | 2019 | |
dc.description.abstract | Surveilans Classical Swine Fever (CSF) 2018 merupakan tindakan strategis dalam upaya pencapaian status bebas CSF di Provinsi Sulawesi Utara. Provinsi Sulawesi Utara saat ini masih dalam status daerah tertular CSF dengan intensitas kejadian yang beragam. Strategi Pengendalian CSF di tahun 2018 lebih diutamakan berbasis risiko sesuai prioritas tingkat prevalensi di tiap Kabupaten/Kota. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui viral prevalensi CSF berbasis risiko dan untuk mengidentifikasi faktor faktor risiko yang berperan dalam penularan virus penyebab CSF pada babi di Sulawesi Utara. Sampling rambang sederhana secara purposif dilakukan untuk memilih 256 ekor babi dalam deteksi antigenik CSF yang diambil pada kabupaten/kota berisiko (Kota Manado, Tomohon, Kabupaten Minahasa, Minahasa Tenggara, Minahasa Utara, Minahasa Selatan, Bitung, dan Kepulauan Talaud). Keberadaan antigenik CSF di deteksi dengan uji real time Polimerase Chain Reaction (rtPCR) dan ELISA Antigenik CSF secara seri. Individu babi dikatakan positif jika hasil uji rtPCR atau ELISA Antigenik CSF positif. Hasil Penelitian ini membuktikan bahwa provinsi Sulawesi Utara masih tertular dengan CSF dengan tingkat kejadian sebesar 1,87% yang kejadiannya menyebar di Kota Tomohon 4,76%, Kabupaten Minahasa 2,38%, Minahasa Selatan 4%, Minahasa Utara 1,67%, dan Kepulauan Talaud 5%. Faktor risiko yang yang dimungkinkan menimbulkan penularan virus CSF antara lain yaitu 1)Lokasi kandang yang saling berdekatan dengan peternakan babi lainnya; 2) Kandang peternakan babi tanpa pemisahan kelompok umur, 3) Kebersihan dan desinfeksi lingkungan yang lemah; 4) Pemberian pakan dari sisa restorant (swill feeding); 5) Vaksinasi CSF yang tidak rutin. Peternak perlu melakukan penilaian, monitoring dan evaluasi faktor risiko biosekuriti di peternakan mereka dan terus meningkatkan cakupan vaksinasi secara rutin, sedangkan Pemerintah daerah perlu meningkatkan pengawasan lalu lintas ternak babi, produk, dan limbah peternakan babi serta lalu lintas pakan dari sisa makanan (swill feeding), cakupan vaksinasi CSF dan sosialisasi biosekuriti di peternakan babi. Kata Kunci : Classical Swine Fever, Biosekuriti, Sulawesi Utara | en_US |
dc.identifier.issn | 0216-1486 | |
dc.identifier.uri | https://repository.pertanian.go.id/handle/123456789/9123 | |
dc.language.iso | id | en_US |
dc.publisher | Balai Besar Veteriner Maros | en_US |
dc.relation.ispartofseries | Vol. 18;No. 1 | |
dc.subject | Classical Swine Fever | en_US |
dc.subject | Biosekuriti | en_US |
dc.subject | Sulawesi Utara | en_US |
dc.subject | Babi | en_US |
dc.subject | Research Subject Categories::L Animal production/Produksi Hewan::L73 Animal diseases/Penyakit Hewan | en_US |
dc.title | Surveilans Deteksi Antigenik Classical Swine Fever berbasis risiko : Dinamika Tingkat Aras dan Faktor faktor risiko dalam Penularan pada Babi di Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2018 | en_US |
dc.type | Book | en_US |