PENGEMBANGAN TANAMAN WIJEN (Sesamum indicum L.) DI KABUPATEN SUKOHARJO
dc.contributor.author | TIRTOSUPROBO, Supriyadi | |
dc.contributor.other | Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat | en_US |
dc.date.accessioned | 2022-05-11T07:36:15Z | |
dc.date.available | 2022-05-11T07:36:15Z | |
dc.date.issued | 2007 | |
dc.description.abstract | Wijen (Sesamum indicum L.) termasuk tanaman penghasil minyak industri, produk yang dihasilkan berupa biji yang mengandung 15–17% minyak dengan kandungan asam lemak jenuh rendah, 19–25% serat dan abu. Tanaman wi-jen dapat menyesuaikan diri dalam keadaan kurang air, bahkan pada lahan yang kurus tanaman wijen dapat mengha-silkan dengan mutu produk tetap baik. Di daerah Sukoharjo semula tanaman wijen diusahakan secara tumpang sari de-ngan tanaman palawija (jagung atau kedelai) dan merupakan tanaman tambahan. Selanjutnya dengan meningkatnya permintaan pasar dan berkembangnya industri berbahan baku wijen, banyak petani yang mengusahakan secara mono-kultur. Sistem tanam tumpang sari dengan jagung dapat menghasilkan pendapatan Rp1.253.265,00/ha. Apabila ditum-pangsarikan dengan kedelai dapat menghasilkan pendapatan yang lebih tinggi yaitu Rp1.650.249,00/ha. Penanaman wi-jen secara monokultur lebih menguntungkan karena dapat menghasilkan pendapatan Rp2.653.159,00/ha dan tingkat pendapatan ini lebih tinggi dibandingkan pendapatan usaha tani jagung monokultur yang hanya Rp1.694.440,00/ha, ber-arti tanaman wijen mempunyai keunggulan kompetitif terhadap tanaman jagung. Prospek budi daya wijen di Sukoharjo cukup cerah karena peluang peningkatan produktivitasnya masih terbuka. Dalam periode tahun 1997–2001 produktivi-tasnya berkisar antara 40,7–219,8 kg/ha, sedangkan di tingkat petani Indonesia dapat mencapai 400 kg/ha yang masih sebanding dengan produktivitas di Thailand sebagai negara penghasil wijen 430–630 kg/ha. Prospek tersebut juga terli-hat dari potensi areal 1.000 ha hanya sekitar 100 ha yang secara rutin diusahakan petani tiap musim untuk penanaman wijen. Selain itu, dalam tahun 1950-an Sukoharjo menjadi sentra produksi wijen di Jawa Tengah. Keterbatasan penggu-naan benih unggul wijen dengan daya hasil tinggi masih merupakan kendala, hal ini terlihat masih banyaknya penggu-naan jenis lokal yang produktivitasnya relatif rendah. Kurangnya penguasaan teknologi budi daya, bahkan tanaman wi-jen masih dianggap sebagai tanaman sela dan belum diusahakan sebagai tanaman pokok yang disertai adanya kesen-jangan harga produk antarmusim juga merupakan serangkaian kendala dalam pengembangan tanaman wijen secara ber-kelanjutan. | en_US |
dc.identifier.isbn | 979-8451-43-0 | |
dc.identifier.uri | https://repository.pertanian.go.id/handle/123456789/15755 | |
dc.language.iso | id | en_US |
dc.publisher | Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan | en_US |
dc.relation.ispartofseries | 2007; | |
dc.subject | Wijen, | en_US |
dc.subject | Sesamum indicum L., | en_US |
dc.subject | pendapatan, | en_US |
dc.subject | pemasaran | en_US |
dc.title | PENGEMBANGAN TANAMAN WIJEN (Sesamum indicum L.) DI KABUPATEN SUKOHARJO | en_US |
dc.type | Article | en_US |
Files
Original bundle
1 - 1 of 1
Loading...
- Name:
- MP 4 - Pengembangan.pdf
- Size:
- 170.52 KB
- Format:
- Adobe Portable Document Format
- Description:
- Makalah Penunjang : Seminar Memacu Pengembangan Wijen untuk Mendukung Agroindustri
License bundle
1 - 1 of 1
Loading...
- Name:
- license.txt
- Size:
- 1.71 KB
- Format:
- Item-specific license agreed upon to submission
- Description: