PENGEMBANGAN TANAMAN WIJEN (Sesamum indicum L.) DI KABUPATEN SUKOHARJO

Loading...
Thumbnail Image
Date
2007
Journal Title
Journal ISSN
Volume Title
Publisher
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
Abstract
Wijen (Sesamum indicum L.) termasuk tanaman penghasil minyak industri, produk yang dihasilkan berupa biji yang mengandung 15–17% minyak dengan kandungan asam lemak jenuh rendah, 19–25% serat dan abu. Tanaman wi-jen dapat menyesuaikan diri dalam keadaan kurang air, bahkan pada lahan yang kurus tanaman wijen dapat mengha-silkan dengan mutu produk tetap baik. Di daerah Sukoharjo semula tanaman wijen diusahakan secara tumpang sari de-ngan tanaman palawija (jagung atau kedelai) dan merupakan tanaman tambahan. Selanjutnya dengan meningkatnya permintaan pasar dan berkembangnya industri berbahan baku wijen, banyak petani yang mengusahakan secara mono-kultur. Sistem tanam tumpang sari dengan jagung dapat menghasilkan pendapatan Rp1.253.265,00/ha. Apabila ditum-pangsarikan dengan kedelai dapat menghasilkan pendapatan yang lebih tinggi yaitu Rp1.650.249,00/ha. Penanaman wi-jen secara monokultur lebih menguntungkan karena dapat menghasilkan pendapatan Rp2.653.159,00/ha dan tingkat pendapatan ini lebih tinggi dibandingkan pendapatan usaha tani jagung monokultur yang hanya Rp1.694.440,00/ha, ber-arti tanaman wijen mempunyai keunggulan kompetitif terhadap tanaman jagung. Prospek budi daya wijen di Sukoharjo cukup cerah karena peluang peningkatan produktivitasnya masih terbuka. Dalam periode tahun 1997–2001 produktivi-tasnya berkisar antara 40,7–219,8 kg/ha, sedangkan di tingkat petani Indonesia dapat mencapai 400 kg/ha yang masih sebanding dengan produktivitas di Thailand sebagai negara penghasil wijen 430–630 kg/ha. Prospek tersebut juga terli-hat dari potensi areal 1.000 ha hanya sekitar 100 ha yang secara rutin diusahakan petani tiap musim untuk penanaman wijen. Selain itu, dalam tahun 1950-an Sukoharjo menjadi sentra produksi wijen di Jawa Tengah. Keterbatasan penggu-naan benih unggul wijen dengan daya hasil tinggi masih merupakan kendala, hal ini terlihat masih banyaknya penggu-naan jenis lokal yang produktivitasnya relatif rendah. Kurangnya penguasaan teknologi budi daya, bahkan tanaman wi-jen masih dianggap sebagai tanaman sela dan belum diusahakan sebagai tanaman pokok yang disertai adanya kesen-jangan harga produk antarmusim juga merupakan serangkaian kendala dalam pengembangan tanaman wijen secara ber-kelanjutan.
Description
Keywords
Wijen,, Sesamum indicum L.,, pendapatan,, pemasaran
Citation