Hasil kapas berbiji dan indeks kepekaan terhadap kekeringan beberapa galur kapas

Abstract
Kekeringan atau kekurangan air merupakan kendala utama produksi kapas di lahan kering. Kapas kebanyakan di tanam setelah panen jagung. Pada saat tersebut, curah hujan biasanya tidak mencukupi kebutuhan, sehingga produktivitas menurun hingga 30-60% tergantung pada persediaan air (AΝΟΝ, 1973).
Description
Kekurangan air merupakan kendala utama dalam pengembangan kapas di lahan kering. Untuk mengatasi hal tersebut telah dilakukan seleksi ketahanan terhadap kekeringan dan sampai sekarang telah diperoleh 28 palur yang potensial untuk dikembangkan sebagai palor-galur tahun kering Ke-28 galur tersebut, dalam penelitian diuji produktivitasnya serta indeks kepekaannya terhadap kekeringan. Sebagai pembanding digunakan BPA 68 dan BJA 592 sebagai tetua tahan kering serta Kunesia 1. Kanesia 2 dan ERA 5166 schngai tetua komersial. Pengujian dilakukan di Kebun Percobaan Hajerng, Sulawesi Selatan, pada dua set lingkungan yang berbeda keadaan curah hujannya Lingkungan pertama (1.1) adalah penanaman bulan Maret-Agustus 1995 (curah hujan 400 mm selama pertum-buhan) dan lingkungan kedua (1.2) adalah penanaman bulan Mei-Oktober 1995 (curah hujan <400 mm, selama pertum-buhan). Rancangan yang digunakan adalah neak kelompok dengan tiga ulangan dan 13 perlakuan. Hasil pengujian menun-jukkan bahwa terdapat sembilan palur yang berdaya hasil tinggi pada 1.1, yaitu: 12,626 11, 12.809.01 12.809.11. 12.815.1M; 14.1068.10B: 14.470 101, 14.515.DI.; 14.486.DI. dan 15.487.DB. Sebelas galur harapan yang dapat diarahkan pada lingkungan yang curah hujannya terbatas sepanjang tahun. Galur-galur tersebut adalah 12.700.11., 12.626.TB; 12.629.DB: 13.899.DL.; 13.838.TB: 13.556.DB: 13.556.DL: 15 362.101.: 15,487.DI.; 16.587.DB. dan 16.381.DI. Galur-galur ini mempunyai nilai indeks kepekaan terhadap kekering-an yang lebih kecil dari 1 (satu).
Keywords
A Agriculture/Pertanian
Citation
Collections