PELINDIAN TANAH SULFAT MASAM DAN PERANAN PURUN TIKUS (ELEOCHARIS DULCIS) SERTA BULU BABI (ELEOCHARIS RETROFLAXA) UNTUK MEMPERBAIKI KUALITAS AIR LINDIAN
Loading...
Date
2019
Authors
Journal Title
Journal ISSN
Volume Title
Publisher
Balai Pengunjian Standar Instrumen Pertanian Lahan Rawa
Abstract
Pengembangan pertanian di lahan rawa pasang surut semakin penting dan strategis dalam kaitannya dengan perkembangan penduduk, industri, dan berkurangnya lahan subur karena berbagai penggunaan non pertanian. Potensi lahan pasang surut di Indonesia sekitar 8,35 juta hektar, dari luasan tersebut yang berpotensi untuk dijadikan areal pertanian sekitar 7,00 juta hektar, yang sudah direklamasi sampai tahun 2000 baru sekitar 4,18 juta hektar, sisanya masih merupakan lahan yang belum dimanfaatkan. Reklamasi lahan rawa pasang surut untuk dijadikan lahan pertanian dimulai dari pembuatan saluran air dalam skala besar Keadaan ini menyebabkan terjadinya proses oksidasi dan reduksi pada tanah sulfat masam karena adanya pergantian pasang surut air dan musim. Proses ini akan menghasilkan ion-ion Fe (besi) dan SO2 (sulfat) yang larut bersama dengan air drainase yang pada konsentrasi tinggi dapat mengganggu pertumbuhan dan hasil tanaman. Tanah sulfat masam adalah tanah yang mengandung mineral besi sulfida (bahan sulfidik) atau senyawa- senyawa hasil transformasi mineral sulfida. Tanah ini merupakan endapan marin yang dicirikan oleh kandungan bahan sulfidik, memiliki horison sulfurik, terdapat bercak jarosit dan mengandung bahan penetral berupa karbonat atau basa tukar lainnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan besi dan sulfur yang cukup tinggi dari beberapa gulma rawa. yaitu purun tikus (Eleocharis dulcis), bulu babi (Eleocharis retroflaxa), teratai (Nymphoides indica), ganggang (Hydrilla verticillita), rumput air (Hydrotrophus echinospermus), dan benta (Leersia hexandra Sw.). Berdasarkan daya adaptasi gulma tersebut di lapang, maka purun tikus dan bulu babi dapat dijadikan sebagai biofilter, karena daya adaptasi dan kemampuannya menyerap Fe dan SO2 tinggi. Oleh karena itu, pemanfaatan purun tikus dan bulu babi sebagai biofilter dalam menekan kelarutan Fe2+ dan SO2 pada air lindian di lahan rawa pasang surut perlu mendapat perhatian dalam kaitannya dengan perbaikan kualitas air dan lingkungan sekitarnya