Tanaman Industri Potensial Penghasil Bioetanol dan Biodiesel

Browse

Recent Submissions

Now showing 1 - 5 of 16
  • Item
    Prospek Ekonomi Budidaya Ganyong (Canna edulis KERR) Sebagai Sumber Pangan Dan Bahan Bakar Nabati
    (Unit Penerbitan dan Publikasi, 2019) Ammatillah, Chery Soraya; Hasibuan, Abdul Muis; Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar
    Ganyong merupakan umbi‐umbian yang berprospek cerah untuk dikembangkan, baik sebagai tanaman pangan maupun sebagai sumber biodiesel. Tanaman ini memiliki kegunaan yang cukup banyak, yaitu dapat dijadikan sebagai bahan pangan dengan mengolahnya lebih dulu atau untuk diambil patinya. Sisa umbinya yang tertinggal setelah diambil patinya dapat digunakan sebagai kompos. Sedangkan pucuk dan tangkai daun muda dapat dipakai untuk pakan ternak. Bunga daunnya yang cukup indah juga dapat dimanfaatkan sebagai tanaman hias. Selain itu, ganyong juga sangat prospektif untuk digunakan sebagai bahan baku bioetanol. Tanaman memiliki kandungan kadar pati yang tinggi berkisar 39,36 ‐ 52,25%, dimana pati tersebut memiliki kadar karbohidrat 80% yang dapat difermentasi menjadi etanol. Namun, pengembangan ganyong sebagai bahan baku bioetanol memiliki kendala antara lain persaingan dengan fungsinya sebagai bahan diversifikasi pangan. Namun demikian, tanaman ini memiliki prospek yang cukup cerah untuk diusahakan baik untuk bahan sumber diversivikasi pangan, maupun sumber bahan bakar nabati bioetanol. Tanaman ini juga berpeluang sebagai sumber penghasilan tambahan bagi petani dan untuk meningkatkan ekonomi warga pedesaan. Untuk itu, pengembangan tanaman ini layak menjadi perhatian para pengambil kebijakan.
  • Item
    Hama Utama Pada Pertanaman Ganyong (Canna edulis KERR)
    (Unit Penerbitan dan Publikasi, 2019) Soesanthy, Funny; Ibrahim, Meynarti Sari Dewi; Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar
    Ganyong sangat potensial digunakan sebagai sumber karbohidrat pengganti beras atau jagung. Kandungan gizi umbi ganyong tidak lebih buruk dari bahan pangan yang dikomsumsi masyarakat. Tanaman ganyong dapat tumbuh dengan baik diberbagai jenis lahan dengan produksi rata‐rata 30 ton/ha. Dalam pertanamannya ganyong relative bebas dari serangan penyakit, namun didaerah‐daerah yang telah membudidayakan ganyong secara intensif telah ditemui penyakit Fusarium spp, Puccinia cannae dan Rhizoctonia spp. Tidak seperti penyakit, pengendalian hama perlu diperhatikan dalam budidaya ganyong, hal ini dikarenakan walaupun serangannya masih rendah namun memerlukan penanganan yang serius. Jenis‐ jenis hama yang sering menyerang pertanaman ganyong antara lain; Ulat Calpodes ethlius, Agrotis ipsilon Hufnagel, Popilia japonica Newman, Tungau merah (Tetranycus urticae), Keong dan Belalang (Orthoptera). Tehknik pengendalian hama yang digunakan dapat menggunakan musuh alami, pengendalian secara mekanis dan menggunakan insektisida bila tingkat serangan sudah tidak dapat dikendalikan.
  • Item
    Budidaya Tanaman Ganyong (Canna edulis KERR)
    (Unit Penerbitan dan Publikasi, 2019) Sasmita, Kurnia Dewi; Taher, Syahrial; Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar
    Ganyong (Canna edulis KERR.) adalah sejenis tumbuhan penghasil umbi yang cukup populer sebagai sumber pangan alternatif. Selain itu tanaman ini juga mempunyai potensi sebagai bahan penghasil bioetanol. Umbi ganyong mengandung karbohidrat 22,60 gram per 100 gram umbi ganyong serta kadar gula yang cukup tinggi sehingga dapat digunakan sebagai bahan bioetanol, Dengan demikian ganyong sangat potensial untuk dikembangkan secara luas apalagi tanaman ini masih belum banyak dibudidayakan. Budidaya ganyong tidak terlampau sulit karena tanaman ini mudah tumbuh disegala jenis tanah dan suhu udara serta toleran pada naungan. Tanaman ini juga tidak membutuhkan perawatan yang intensif. Namun demikian apabila ingin mendapatkan hasil umbi yang tinggi maka perlu diperhatikan teknik budidaya yang baik. Dalam satu hektare lahan bisa menghasilkan ganyong sebanyak 60 ton dengan masa tanam delapan bulan lebih. Dengan potensi yang cukup besar sebagai sumber energi alternatif maka ganyong dan tanaman‐tanaman lain penghasil bioetanol yang tersebar diseluruh pelosok Negara kita ini masih perlu dikembangkan lebih lanjut.
  • Item
    Morfologi Tanaman Ganyong (Canna edulis KERR)
    (Unit Penerbitan dan Publikasi, 2019) Syafaruddin, Syafaruddin; Udarno, Laba; Randriani, Enny; Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar
    Dalam upaya mengatasi krisis energi, pemerintah terus berusaha, sehingga pemerintah mengeluarkan Kebijakan Energi Nasional melalui Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2006, yang berisi penyediaan biofuel sebesar 5 % pada tahun 2025 dengan cara memanfaatkan komoditi pertanian sebagai sumber energi alternatif, diantaranya adalah Jarak Pagar dan Kelapa Sawit sebagai penghasil bio diesel untuk substitusi solar. Tanaman tebu, ubi kayu dan sorghum sebagai penghasil bio ethanol untuk substitusi premium. Selain itu pemerintah juga mengeluarkan Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2006, sebagai upaya agar penyelenggara negara baik pusat maupun daerah mendukung program pengembangan energi nabati (bio energy) sebagai bahan bakar lain (bio fuel). Bioenergi didefinisikan sebagai energi yang dapat diperbaharui yang diturunkan dari biomassa yaitu bahan yang dihasilkan oleh mahluk hidup (tanaman, hewan, dan mikroorganisme). Kelebihan dari bioenergi adalah dapat diperbaharui, bersifat ramah lingkungan, dapat terurai, mampu mengeliminasi efek rumah kaca, kontinuitas vahan bakunya terjamin (asalkan kita mau menanam, budidaya dan memelihara ternak). Tanaman lain yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi alternatif adalah ganyong (Canna edulis KERR.) dimana ganyong termasuk kedalam jenis energi nabati (bio‐energy) yaitu energi nabati yang dihasilkan dari proses fotosintesis, kemudian melalui rantai makanan dibawa ke energi akhir.
  • Item
    PLASMA NUTFAH DAN PEMULIAAN ILES‐ILES (Amorphophallus spp.)
    (Unit Penerbitan dan Publikasi, 2019) Ajijah, Nur; Setiyono, Rudi T; Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar
    Iles‐iles (Amorphophallus spp) merupakan tanaman umbi‐umbian asli Indonesia yang termasuk famili Araceae. Amorphophallus merupakan genus yang besar dengan jumlah spesies lebih dari 170 spesies, 20 diantaranya terdapat di Indonesia dan 9 spesies terdapat di Jawa. Hasil karakterisasi morfologi ditemukan adanya 8 bentuk variasi morfologi pada A. onchopyllus, 16 bentuk variasi morfologi pada A. campanulatus dan 7 bentuk variasi morfologi pada A. variabilis. Hasil analisis kekerabatan yang dilakukan terhadap 50 aksesi A. muelleri yang ada di Jawa menunjukkan adanya keragaman genetik namun lebih rendah dibandingkan pada A. titanum. Secara umum keragaman genetik dari kultvar dan landrace Amorphophallus yang ada sangat terbatas. A. campanulatus var. sylvestris memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai bahan baku penghasil bioenergi karena memiliki kandungan pati yang lebih tinggi namun tidak dipergunakan sebagai sumber pangan. Sedangkan A. campanulatus var. hortensis sekalipun memiliki kandungan pati yang tinggi namun dipergunakan sebagai bahan pangan. Program pemuliaan Amorphophallus yang ada sekarang ditujukan untuk mengembangkan kultivar dengan kandungan asam oksalat yang rendah, kandungan mannan yang tinggi, produksi tinggi dan berumur genjah. Apabila akan dikembangkan sebagai tanaman sumber energi baru (bioetanol) maka program pemuliaan tanaman iles‐iles sebaiknya diarahkan untuk menghasilkan varietas dengan kandungan pati yang tinggi. Program pemuliaan lainnya yang harus dikembangkan adalah peningkatan keragaman genetik baik melalui persilangang antar spesies maupun mutasi.