Sumber Daya Genetik Tanaman Papua
Loading...
Date
2016-01-01
Journal Title
Journal ISSN
Volume Title
Publisher
BPTP Papua
Abstract
Indonesia merupakan negara mega biodiversitas
(biodiversity), karena memiliki kawasan hutan tropika basah
dengan tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi di dunia
(Warta Plasma Nutfah Indonesia, 2011). Papua merupakan
salah satu provinsi yang mempunyai sumber daya hayati
tumbuhan maupun hewan yang sangat beranekaragam dan
belum banyak diketahui manfaatnya.
Beberapa tanaman yang saat ini dikembangkan secara
nasional tetuanya berasal dari Papua seperti tebu. Hingga saat
ini masyarakat lokal di beberapa kabupaten memelihara sumber
daya genetik (SDG) beberapa tanaman yang bersifat endemik di
Papua seperti tebu, sagu, matoa, buah merah, ubi jalar, pokem
(juwawut), gembili, talas dan keladi, namun belum
dikembangkan sebagai SDG. SDG tersebut merupakan kekayaan
sumber daya hayati yang perlu dieksplorasi untuk memperkaya
keragaman plasma nutfah.
SDG merupakan sumber genetik dan modal utama dalam
pembentukan varietas unggul baru (VUB) yang sangat
diperlukan karena memiliki keanekaragaman genetik yang luas.
Sumber genetik ini berguna untuk mengatasi permasalahan
cekaman biotik (hama, penyakit) dan abiotik (kekeringan,
serangan salinitas dan suhu tinggi). Saat ini erosi genetik terus
berlangsung sebagai akibat gangguan alam dan ulah manusia
berupa penebangan liar yang tidak bertanggung jawab (Rifai,
1983). Semakin meningkatnya kebutuhan manusia telah
mengarahkan ketidakpedulian mereka terhadap lingkungan yang
semakin terbatas dan akan mendorong terjadinya perambahan
dan perusakan hutan. Salah satu bentuk perlindungan terhadap
keanekaragaman hayati adalah dengan melaksanakan
konservasi secara in situ maupun ex situ. Menurut Mac Kinnon
dalam Alikodra (2000), sistem konservasi dapat dicapai melalui
cara berikut (1) menjaga proses dan menopang kehidupan yang
penting bagi kelangsungan hidup manusia dan pembangunan,
(2) melestarikan keanekaragaman plasma nutfah yang penting
bagi program pemuliaan, dan (3) menjamin kesinambungan
pendayagunaan spesies dan ekosistem oleh manusia yang
mendukung kehidupan jutaan penduduk pedesaan serta dapat
menopang sejumlah besar industri.
Dalam pemenuhan kebutuhan akan pangan, sebetulnya
kita tidak perlu bergantung kepada ketersediaan bahan pangan
dari negara lain. Hal ini dapat dilakukan dengan
mengembangkan SDG, di samping sebagai sumber pangan, juga
menjadi bahan baku industri untuk sandang, papan, dan obatobatan.
Dengan kata lain, yang harus segera dikembangkan adalah teknologi-teknologi yang dapat meningkatkan nilai tambah sumber daya tersebut, sekaligus diikuti dengan upaya pelestariannya (Balitbangtan, 2002).
Tahap awal program pemuliaan adalah menyediakan keragaman yang luas (Poehlman, 1991). Keragaman genetik dapat diketahui melalui
arakterisasi varietas-varietas unggul modern yang dibentuk melalui program pemuliaan. Varietas pada dasarnya merupakan rakitan SDG dengan menggunakan benih yang ada. Oleh karena itu, SDG perlu dipelihara dan dilestarikan agar dapat dimanfaatkan pada saat diperlukan. Gengen yang pada saat ini belum berguna mungkin pada masa yang akan datang sangat diperlukan sebagai sumber tetua dalam
perakitan VUB (Tickoo et al.,1987). Sumarno (1996) mengemukakan beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan sumber daya genetik, adalah: 1) menyusun konsep kebijakan pengelolaan SDG secara
nasional, 2) mengkoordinasikan pengelolaan SDG yang terdapat
di semua institusi pemerintah (Puslit, Balit), 3) membina dan
meningkatkan kemampuan teknis pengelolaan SDG bagi tenaga
pengelola, 4) melakukan kerjasama internasional dalam
pengelolaan SDG, 5) mengelola SDG secara profesional oleh
peneliti yang berdedikasi.
Description
Keywords
Research Subject Categories::A Agriculture/Pertanian::A50 Agricultural research/Penelitian Pertanian, Research Subject Categories::C Education, extension, and advisory work/Pendidikan, Penyuluhan Pertanian::C30 Documentation and information/Dokumentasi dan Informasi