Bunga Rampai
Permanent URI for this community
Browse
Browsing Bunga Rampai by Title
Now showing 1 - 20 of 91
Results Per Page
Sort Options
- ItemAktualisasi Teknologi Inovatif Pemanfaatan Lahan Pekarangan(IAARD Press, 2019) Mulyandari, Retno Sri Hartati; Ariani, Mewa; Hendayana, Rachmat; Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
- ItemAnalisa Usahatani dan Kelayakan Kemiri (Aleurites moluccana Willd.)(Unit Penerbitan dan Publikasi Balittri, 2019) Sudjarmoko, Bedy; Balai Penelitian Tanaman Industri dan PenyegarMengusahakan tanaman kemiri termasuk usaha yang bersifat jangka panjang, karena biaya sudah harus dikeluarkan sejak investasi dimulai, sedangkan penerimaan baru diperoleh pada tahun ke lima. Dengan sifat usaha seperti ini, menilai tingkat kelayakan usaha menjadi sangat penting untuk dilakukan. Berdasarkan standar harga tahun 2008, dalam periode pengusahaan selama sepuluh tahun, biaya yang dibutuhkan adalah Rp 15 613 250/Ha, sedangkan penerimaan mencapai Rp 93 750 000/Ha. Dengan demikian, keuntungan total mencapai Rp 78 136 750/Ha atau rata‐rata Rp 7 813 675/Ha/tahun. Besarnya Return on Invesment (ROI) mencapai 5.00%. Secara finansial, mengusahakan kemiri layak dilakukan karena hanya dalam sepuluh tahun (produksi belum optimal) telah memberikan nilai Net Present Value (NPV) adalah sebesar Rp 40 546 165, Internal Rate of Return (IRR) sebesar 61%, dan Net B/C Ratio sebesar 2.43.
- ItemAnalisis Sidik Jari DNA Kedelai Dengan Marka SSR(IAARD Press, 2018-11) Lestari ...[at al], Puji; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian
- ItemAplikasi Marka DNA Untuk Karakterisasi dan Pembentukan “Core Collection” Sumber Daya Genetik Tanaman(IAARD Press, 2018-11) Lestari ...[at al], Puji; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian
- ItemAplikasi Teknik Mikropropagasi Untuk Produksi Benih Varietas Unggul Nenas Secara Masal(IAARD Press, 2018-11) Roostika, Ika; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian
- ItemArah Pengembangan Kemiri Sunan(Unit Penerbitan dan Publikasi, 2019) Hasibuan, Abdul Muis; Ammatillah, Chery Soraya; Balai Penelitian Tanaman Industri dan PenyegarBahan bakar nabati merupakan salah satu alternatif penyediaan sumber energi pada masa yang akan datang mengingat cadangan minyak bumi yang semakin menipis serta kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh bahan bakar fosil. Kemiri sunan (Reutealis trisperma (Blanco) Airy Shaw) merupakan salah satu komoditas yang sangat potensial untuk dikembangkan sebagai sumber penghasil bahan bakar nabati. Tanaman ini memiliki produktivitas dan kadar minyak dalam biji yang tinggi. Buah kemiri sunan dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan biofuel dan biogas disamping produk turunan lainnya yang bernilai ekonomi seperti pernis, cat, sabun, resin, dan pelumas. Pengembangan komoditas ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan proyek clean development mechanism (CDM) sesuai dengan yang tertuang dalam protokol Kyoto. Dalam upaya pengembangannya, sebaiknya diarahkan pada upaya rehabilitasi dan konservasi lahan serta pemanfaatan lahan yang tidak produktif. Untuk itu, peran pemerintah dengan menciptakan kebijakan yang mendukung sistem agribisnis kemiri sunan sangat diperlukan.
- ItemBAHAN TANAMAN DAN TEKNIK BUDIDAYA(Unit Penerbitan dan Publikasi, 2019) Luntungan, Henkie T.; Herman, Maman; hadad, M.; Balai Penelitian Tanaman Industri dan PenyegarPemerintah berperan sebagai pengambil kebijakan dalam pengembangan bahan bakar nabati. Departemen Pertanian telah menyusun beberapa rencana untuk mendukung program bahan bakar minyak nabati. Prioritas pertama substitusi bahan bakar akan diambil dari minyak kelapa sawit dan jarak pagar. Selain kelapa sawit dan jarak pagar ada beberapa jenis tanaman lain yang berpotensi menghasilkan minyak nabati untuk keperluan bahan bakar, diantaranya adalah tanaman Kemiri Sunan. Balai Penelitian Rempah dan Aneka Tanaman Industri (Balittri) berinisiatif mengembangkan tanaman ini sebagai penghasil biofuel. Prioritas pertama ditujukan pada perakitan varietas dengan menyusun suatu roadmap jangka pendek dan panjang dari pengembangan tanaman Kemiri Sunan. Dalam rangka penyediaan bahan tanaman, saat ini Balittri mempunyai koleksi plasma nutfah ATRI 0001 s/p 0004. Eksplorasi meningkatkan keragaman materi genetik selain Kabupaten Majalengka dilanjutkan ke Kabupaten Sumedang dan populasi‐populasi lainnya di Indonesia. Dari hasil pengamatan produktivitas beberapa populasi Kemiri Sunan pada berbagai tingkat umur, kemiri ini berpotensi untuk menghasilkan bahan bakar nabati minyak kasar mencapai 10 ton/ha/tahun dengan asumsi bahan tanaman, budidaya dan managemen pengelolaannya sesuai dengan agroklimatnya. Dari segi bahan tanaman menggunakan mutu yang tinggi, artinya memenuhi persyaratan mutu genetik, fisiologik, fisik dan patologik. Untuk budidaya agar memperhatikan manajemen pertanaman yang sesuai agroklimat yang dimulai dari persemaian, pembibitan, persiapan lahan, penanaman, penyiangan, pemupukan, pemberantasan hama dan penyakit.
- ItemBAHAN TANAMAN UNGGUL MENDUKUNG BIOINDUSTRI KAKAO(IAARD Press, 2014) Setiyono, Rudi; Badan Penelitian dan Pengembangan PertanianTanaman kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas yang cukup penting di Indonesia. Sampai saat ini, Indonesia dikenal sebagai negara penghasil kakao terbesar ketiga di dunia. Lebih dari 90% dari keseluruhan luas areal tanaman kakao yang ada di Indonesia merupakan perkebunan rakyat. Meskipun demikian, produktivitas kakao masih tergolong rendah, yaitu hanya mencapai rata-rata 900 kg/ha/thn. Penyebab rendahnya produktivitas tanaman kakao adalah masih beragamnya adopsi petani terhadap teknologi budidaya, keterbatasan tersedianya bahan tanam unggul, serta serangan hama dan penyakit utama. Penemuan bahan tanaman kakao unggul seperti ICCRI 07 dan Sulawesi 03 yang tahan terhadap hama penggerek buah kakao (PBK) serta klon hibrida ICCRI 06H yang tahan terhadap penyakit vascular streak dieback (VSD) merupakan salah satu solusi dalam mengatasi masalah hama dan penyakit utama yang menjadi permasalahan serius pada tanaman kakao saat ini. Bahan tanaman kakao unggul tersebut dapat digunakan pada pengembangan tanaman kakao dalam rangka penerapan inovasi teknologi bioindustri kakao, serta dapat digunakan sebagai tolok ukur dalam kegiatan perakitan bahan tanam kakao tahan PBK dan VSD di Indonesia. Keberhasilan penanganan masalah VSD dan PBK tersebut tentu tidak hanya mengandalkan pada bahan tanamnya saja, akan tetapi juga tergantung pada penerapan cara budidaya yang baik. Pemuliaan ketahanan terhadap PBK dan VSD selanjutnya akan tergantung pada seberapa besar tingkat keragaman genetik yang dapat terbentuk melalui persilangan dengan memanfaatkan klon-klon tahan tersebut, serta manajemen proses seleksinya.
- ItemBIAYA PRODUKSI PEMBUATAN BIODISEL(Unit Penerbitan dan Publikasi, 2019) Listyati, Dewi; Balai Penelitian Tanaman Industri dan PenyegarKrisis energi di Indonesia semestinya tidak terjadi karena sumber energi tidak hanya minyak bumi yang berasal dari fosil yang persediannya semakin menipis. Sumber energi alternatif masih banyak, namun agak terabaikan sehingga kurang berkembang, seperti energi surya/tenaga matahari, air, angin dan sumber energi nabati yang dapat diperbarui. Indonesia memiliki banyak spesies tanaman yang minyaknya dapat digunakan sebagai bahan baku biodeisel (sumber energi nabati), salah satu diantaranya yaitu kemiri sunan (Reutealis trisperma (Blanco) Airy Shaw). Prosesing minyak kasar kemiri sunan (MKKS) menjadi bahan bakar nabati (biodisel) belum banyak dilaporkan. Untuk mengetahui besarnya harga pokok biodiesel, maka dilakukan analisis biaya produksi biodisel dari kemiri sunan yang dilakukan di KIJP Pakuwon Sukabumi (Balittri). Hasil analisis menunjukkan bahwa harga pokok untuk setiap liter biodiesel adalah sebesar Rp 3.494,72,‐. Keuntungan lainnya berupa gliserol dan bungkil yang bisa diproses untuk biogas, pupuk organik dan briket.
- ItemBioprospeksi Berbasis Sumber Daya Genetik Mikroba Untuk Pengelolaan Penyakit Tanaman(IAARD Press, 2018-11) Suryadi ...[at al], Yadi; Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian
- ItemBudidaya dan Pasca Panen Kemiri (Aleurites Moluccana Willd.) sebagai Bahan Bakar Bioenergi(Unit Penerbitan dan Publikasi Balittri, 2019) Ferry, Yulius; Towaha, Juniaty; Rusli, Rusli; Balai Penelitian Tanaman Industri dan PenyegarTanaman kemiri (Aleurites moluccana Willd ) tersebar di hampir seluruh wilayah Indonesia. Terbukti dengan beragamnya nama daerah dari kemiri. Tanaman kemiri ditanam sebagai tanaman reboisasi untuk menutupi bukit‐bukit di Jawa, buah kemiri banyak digunakan sebagai bumbu masak, minyaknya berkualitas tinggi. Tanaman ini dapat tumbuh baik pada ketinggian 0 – 800 meter dpl dengan curah hujan 1 500 – 2 400 mm per tahun. Kemiri dapat diperbanyak secara generatif dan vegetatif. Tanaman kemiri mulai berbuah pada umur 3 – 4 tahun bila benih berasal dari biji (generatif) dan 2 tahun bila benih berasal dari perbanyakan vegetatif. Produksi pohon kemiri dewasa yang tumbuh baik dapat mencapai 200 kg biji kupasan per pohon. Rendemen minyak kemiri mencapai 55 – 65%, sehingga berpotensi digunakan sebagai sumber bahan baker bioenergi.
- ItemBUDIDAYA KAKAO BERWAWASAN KONSERVASI(IAARD Press, 2014) Sobari, Iing; Herman, Maman; Saefudin, Saefudin; Badan Penelitian dan Pengembangan PertanianTanaman kakao (Theobroma cacao L.) termasuk salah satu komoditas perkebunan yang mempunyai peran penting di Indonesia. Perkembangan luas arealnya tergolong pesat dengan penambahan hampir 10% per tahun. Perkembangannya yang pesat tersebut menyebabkan banyak penanaman yang dilakukan tidak sesuai dengan syarat tumbuh tanaman serta tidak mengikuti budidaya anjuran. Hal tersebut mengakibatkan pertumbuhan dan produksi kakao menjadi rendah dan lahan mengalami degradasi. Degradasi tanah terjadi karena erosi, menurunnya bahan organik, dan berkurangnya unsur hara melalui panen dan pencucian. Erosi yang tinggi pada daerah lereng, pencucian unsur hara maupun kerusakan pada tanaman kakao akibat tidak memperhatikan pola tanam menjadi permasalahan mendasar yang harus diselesaikan secara terintegrasi. Upaya untuk mengurangi kerusakan lahan tersebut adalah dengan menerapkan budidaya kakao berwawasan konservasi. Penerapan pengelolan tanaman penaung, teknik pembuatan teras pada budidaya kakao, polatanam yang sesuai, pemanfaatan bahan organik, dan penggunaan pupuk hayati dapat menjadi solusi dalam mencegah degradasi lahan dan menjaga kelestarian lingkungan. Budidaya konservasi pada prinsipnya adalah budidaya yang mengutamakan keberhasilan usahatani secara berkelanjutan.
- ItemBudidaya Tanaman Ganyong (Canna edulis KERR)(Unit Penerbitan dan Publikasi, 2019) Sasmita, Kurnia Dewi; Taher, Syahrial; Balai Penelitian Tanaman Industri dan PenyegarGanyong (Canna edulis KERR.) adalah sejenis tumbuhan penghasil umbi yang cukup populer sebagai sumber pangan alternatif. Selain itu tanaman ini juga mempunyai potensi sebagai bahan penghasil bioetanol. Umbi ganyong mengandung karbohidrat 22,60 gram per 100 gram umbi ganyong serta kadar gula yang cukup tinggi sehingga dapat digunakan sebagai bahan bioetanol, Dengan demikian ganyong sangat potensial untuk dikembangkan secara luas apalagi tanaman ini masih belum banyak dibudidayakan. Budidaya ganyong tidak terlampau sulit karena tanaman ini mudah tumbuh disegala jenis tanah dan suhu udara serta toleran pada naungan. Tanaman ini juga tidak membutuhkan perawatan yang intensif. Namun demikian apabila ingin mendapatkan hasil umbi yang tinggi maka perlu diperhatikan teknik budidaya yang baik. Dalam satu hektare lahan bisa menghasilkan ganyong sebanyak 60 ton dengan masa tanam delapan bulan lebih. Dengan potensi yang cukup besar sebagai sumber energi alternatif maka ganyong dan tanaman‐tanaman lain penghasil bioetanol yang tersebar diseluruh pelosok Negara kita ini masih perlu dikembangkan lebih lanjut.
- ItemBudidaya Tanaman Kesambi (Schleichera oleosa, (LOUR.) Oken)(Unit Penerbitan dan Publikasi Balittri, 2019) Daras, Usman; Heryana, Nana; Balai Penelitian Tanaman Industri dan PenyegarTanaman kesambi {Schleichera oleosa, (LOUR.) Oken} merupakan tanaman introduksi berasal dari dataran Deca Himalaya. Tanaman ini dapat tumbuh dari ketinggian 0 sampai 1000 m di atas permukaan laut (dpl), tetapi umumnya tumbuh baik pada ketinggian < 600 m dpl. Tanaman kesambi menghendaki curah hujan tahunan 750 – 2.500 mm, temperatur maksimum 35 – 47.5 oC dan minimum – 2.5 oC. Di pulau Jawa, tanaman ini dapat dijumpai sampai ketinggian 1.200 m dpl. Hampir semua bagian tanaman kesambi memiliki memfaat, mulai dari kayu, kulit, daun sampai buah dan bijinya. Kulit batangnya mengandung 6.1‐14.3% zat penyamak, sehingga digunakan sebagai bahan penyamak kulit. Buahnya yang masih hijau dapat dimakan atau diolah menjadi asinan. Sementara itu, bijinya mengandung sekitar 70% minyak, dapat digunakan dalam pembuatan minyak gosok, obat kudis, salep luka, anti rontok rambut, serta pengharum ruangan. Biji kesambi dapat diolah menjadi minyak pelumas, pembuatan lilin, industri batik, dan bahan pembuatan sabun. Selain itu, bijinya yang mengandung minyak yang tinggi, dapat dimanfaatkan secara sebagai sumber alternatif biodisel.
- ItemBunga Rampai Sistem Integrasi Tanaman-Ternak(Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, 2011) Penyunting: Kusuma Diwyanto; Bambang Setiadi; Wisri PuastutiSistem integrasi tanaman-ternak (SITT) merupakan usaha pertanian terpadu yang sangat efisien dan telah menjadi bagian dari budaya bertani masyarakat petani di Indonesia. Kearifan lokal ini perlu terus untuk dikembangkan dan dibina dengan baik sehingga mampu meningkatkan pendapatan petani. Salah satu variasi model integrasi usahatani ini adalah integrasi sapi di lahan perkebunan kelapa sawit (SISKA). Potensi lahan perkebunan sawit yang sangat besar di Indonesia tidak dapat dipungkiri mampu menjadi sumber pakan bagi usaha ternak sapi. Melalui implementasi program SITT berbasis tanaman sawit, diharapkan program nasional menuju swasembada daging sapi dapat terwujud. Buku Bunga Rampai “Sistem Integrasi Tanaman-Ternak” disusun dengan tujuan untuk menyediakan informasi terkait dengan pengembangan sistem integrasi ternak-tanaman, salah satunya adalah sapi-sawit. Buku ini mencakup berbagai kegiatan penelitian dan pengkajian di beberapa wilayah yang sebagian diantaranya merupakan paper yang sudah dipresentasikan di workshop nasional ”Dinamika dan Keragaan Sistem Integrasi Ternak-Tanaman: Padi, Sawit, Kakao” pada tanggal 10 Agustus 2009 oleh Puslitbang Peternakan, Bogor.
- ItemBunga Rampai Teknik Produksi Benih Kedelai(IAARD Press, 2017) Penyunting: Novita Nugrahaeni; Abdullah Taufiq; Joko Susilo UtomoBenih bermutu adalah garansi sukses usahatani, sekaligus sebagai wahana ekspresi keunggulan teknologi, baik varietas maupun budi daya. Benih bermutu didapatkan melalui serangkaian proses sejak di lapangan, prosesing hingga penyimpanan. Pada setiap tahapan proses tersebut, terdapat fase kritis yang harus diperhatikan agar didapatkan benih bermutu tinggi. Guna mendukung program Mandiri Benih, Balitkabi menerbitkan buku Bunga Rampai Teknik Produksi Benih Kedelai, yang berisi pengalaman Balitkabi dalam memproduksi benih dan informasi keilmuan yang mendasarinya.
- ItemDAMPAK KERUSAKAN OLEH JAMUR KONTAMINAN PADA BIJI KAKAO SERTA TEKNOLOGI PENGENDALIANNYA(IAARD Press, 2014) Amaria, Widi; Iflah, Tajul; Harni, Rita; Badan Penelitian dan Pengembangan PertanianMutu biji kakao kering dapat dipengaruhi oleh beberapa hal di antaranya kerusakan yang disebabkan oleh jamur kontaminan penghasil toksin (mikotoksin). Keberadaan jamur tersebut dapat dideteksi sejak kegiatan panen dan pasca panen, seperti sortasi, fermentasi, pencucian, pengeringan, dan penyimpanan. Jenis jamur kontaminan yang sering ditemukan selama tahapan ini berlangsung antara lain marga Aspergillus, Penicillium, Fusarium, Rhizopus, dan Mucor. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan jamur antara lain: suhu dan kelembaban, kadar air, aktivitas serangga, dan penanganan pascapanen. Mikotoksin dihasilkan dari metabolit jamur-jamur kontaminan, dan jenis yang mendominasi pada biji kakao adalah aflatoksin dan okratoksin. Kedua jenis mikotoksin tersebut selain dapat menurunkan mutu maupun kuantitas biji dan produk olahannya, juga bersifat toksik/racun yang berbahaya bagi manusia karena dapat menyebabkan gangguan kesehatan seperti kanker hati dan ginjal. Oleh karena itu, perlu dilakukan pencegahan dan pengendalian terhadap jamur kontaminan penghasil mikotoksin pada semua tahapan kegiatan untuk memperoleh biji kakao kering dengan mutu terbaik.
- ItemDESKRIPSI DAN STRATEGI PEMULIAAN(Unit Penerbitan dan Publikasi, 2019) Wicaksono, Ilham N.A.; Yuniati, Nurya; Syafaruddin, Syafaruddin; Balai Penelitian Tanaman Industri dan PenyegarKemiri sunan (Reutealis trisperma (Blanco) Airy Shaw) termasuk tanaman trimonoecious. Banyak daerah yang berpotensi mengembangkan tanaman tersebut sebagai sumber bahan bakar nabati (BBN) masalahnya adalah belum tersedianya varietas unggul nasional kemiri sunan. Oleh karena itu, strategi pemuliaan tanaman jangka pendek diorientasikan pada pemanfaatan materi‐materi yang telah ada (indigenous materials). Melalui pendekatan ini diharapkan siklus program pemuliaan menjadi lebih efektif dan efisien. Atas dasar tersebut di atas maka langkah‐langkah perbaikan tanaman melalui teknik pemuliaan yang akan ditempuh adalah sebagai berikut: (1). Seleksi populasi tanaman untuk penentuan Blok Penghasil Tinggi (BPT) ditinjau dari produksi, (2). Seleksi individu tanaman dari BPT berdasarkan produksi biji dan kandungan minyak yang tinggi, (3). Seleksi karakter yang berhubungan erat dengan produksi biji dan kandungan minyak yang tinggi serta karakter‐karakter unggul lainnya, (4). Perbanyakan secara vegetatif, generatif, dan in vitro dari individu‐individu terpilih, (5). Progeny test dari individu‐individu yang terseleksi.
- ItemDIVERSIFIKASI KEGUNAAN MINYAK KASAR(Unit Penerbitan dan Publikasi, 2019) Towaha, Juniaty; Tjahjana, Bambang Eka; Balai Penelitian Tanaman Industri dan PenyegarMinyak kemiri sunan (Reutealis trisperma (Blanco) Airy Shaw) merupakan trigliserida yang tersusun dari asam palmitat, asam oleat, asam linoleat dan asam α‐elaeostearat Selain berpotensial diolah menjadi bahan bakar alternatif biodiesel, juga dapat diolah lebih lanjut menjadi produk oleokimia untuk bahan baku maupun bahan additif berbagai industri. Produk oleokimia yang penting yaitu fatty acid, glycerol, fatty acid esters, fatty alcohol, fatty amides dan fatty amines. Fatty acid merupakan produk dasar untuk pembuatan produk turunan oleokimia lainnya dan fatty acid merupakan bahan baku yang sangat dibutuhkan dalam industri pembuatan sabun, glycerol banyak digunakan sebagai bahan baku dalam industri farmasi, kosmetika dan makanan, produk turunan fatty acid esters dapat digunakan dalam industri minyak pelumas dan minyak wangi, produk turunan fatty alcohol dapat digunakan dalam industri tinta printer, cat, pernis, minyak pelumas, minyak rem, minyak hidrolik, cream, lipstick dan semir, produk turunan fatty amides banyak digunakan dalam industri sampo dan detergen, produk turunan fatty amines banyak digunakan dalam industry pembuatan softener dan sampo. Berbagai industri tersebut mempunyai prospek pasar yang cukup bagus, oleh karena itu diversifikasi pendayagunaan minyak kemiri sunan sebagai bahan baku produk oleokimia sangat mungkin untuk dikembangkan.
- ItemDIVERSIFIKASI PRODUK KAKAO SEBAGAI BAHAN BAKU BIOFARMAKA(IAARD Press, 2014) Towaha, Juniaty; Badan Penelitian dan Pengembangan PertanianSecara umum struktur anatomis buah kakao terdiri dari empat bagian, yaitu kulit buah (pod) sebanyak 73,7%, pulpa 10,1%, plasenta 2,0%, dan biji 14,2%. Komponen kimia yang terdapat dalam buah kakao di antaranya adalah lemak kakao, polifenol, theobromin, kafein, pektin, dan kompleks lignin karbohidrat. Lemak kakao umumnya digunakan dalam kosmetika sebagai emolien. Polifenol kakao mempunyai aktivitas antioksidan, antimikroba, immunomodulator, efek kemopreventif untuk pencegahan penyakit jantung koroner dan kanker. Theobromin memiliki efek diuretik, stimulan otot jantung dan relaksasi otot halus dan vasodilator. Kafein dapat dimanfaatkan dalam pengobatan jantung, stimulan pernafasan dan juga sebagai peluruh air seni. Pektin dapat dimanfaatkan untuk mencegah hiperlipedemia dan kanker usus, di samping merupakan salah satu bahan baku yang cukup luas dimanfaatkan dalam bidang farmasi sebagai bahan pensuspensi, adsorben, bahan pembentuk gel dalam sediaan tablet, emulsi, dan suspensi. Lignin karbohidrat kompleks mempunyai aktivitas anti HIV (human immunodeficiency virus) dan anti HSV (herves simplex virus). Oleh karena itu, berdasarkan kemampuan aktivitas dari komponen kimia dalam buah kakao tersebut maka dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku sediaan biofarmaka.