Buku
Permanent URI for this community
Browse
Browsing Buku by Title
Now showing 1 - 20 of 3251
Results Per Page
Sort Options
- Item100 Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi Daerah Istimewa Yogyakarta(IAARD Press, 2013) Sudarmadji; Kalyki, Rahima; Gunawan; Rustijarno, Sinung; Budhi Lestari, Sri
- Item13. V Kompleksitas Permasalahan Lahan Rawa(IAARD Press, 2015) Herman Subagio Muhammad Noor Wahida Annisa Yusuf Izhar Khairullah, Balittra; Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa
- Item3 Tahun Capaian Kinerja Kementerian Pertanian Republik Indonesia(Biro Hubungan Masyarakat dan Informasi Publik, 2017) Biro Hubungan Masyarakat dan Informasi Publik; Perpustakaan Sekretariat Jenderal Kementerian PertanianBooklet ini merupakan penjabaran ringkas Capaian Kinerja Kementerian Pertanian Republik Indonesia pada tahun ketiga kepemimpinan Menteri Pertanian Kabinet Kerja (2014–2019) Dr. Ir. H. Andi Amran Sulaiman, M.P.
- Item313 Kreasi Inspiratif Masyarakat Karomah Pari (Kawasan Rumah Pangan Lestari) di Jawa Tengah(BPTP Jateng / KAN, 2013) Hermawan, Agus; Pramono, Joko; hartoyo, Budi; Dyah Ariani, Forita; Prayudi, Bambang; Ambarsari, Indrie; Jauhari, Sodiq; Subiharta; Qanytah; Sarjana; Sularno; Muryanto; Bahri, Syamsul; Maharso Yuwono, Dian; Suhendra, Tota; Aryana, Citra; Kormalawati; Dewi Anomsari, Selvia; Prasetianti, Dwinta; Kumianto, Heri; Khosiyah, Parti; Fitriana, Nur; Ernawati; Iswanto; Susila, Arif; Anwar, Hairil; Oelviani, Reni; E, Herwinarni Mumpuni; BPTP JatengKaromah Pari merupakan salah satu program strategis Kementerian Pertanian untuk mendorong terciptanya Rumah Pangan Lestari (RPL) dengan memanfaatkan halaman atau pekarangan secara intensif, ramah lingkungan, dan berkelanjutan untuk memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga. RPL dapat diterapkan pada rumah dengan pekarangan sempit, sedang maupun luas. RPL diupayakan dapat diterapkan bersama-sama dalam satu kawasan, baik RT, RW, dusun, atau desa. Tujuan ideal dari Karomah Pari meliputi: 1)peningkatan keterampilan keluarga dan masyarakat dalam pemanfaatan lahan pekarangan untuk budidaya tanaman, ternak dan ikan, serta melaksanakan diversifikasi pangan, pengolahan hasil dan pengolahan limbah rumah tangga menjadi kompos, 2) pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi keluarga dan masyarakat melalui optimalisasi pemanfaatan pekarangan secara lestari. 3) pengembangan kegiatan ekonomi produktif sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan keluarga, 4) pengembangan sumber benih/bibit untuk menjaga keberlanjutan pemanfaatan pekarangan, pelestarian tanaman pangan lokal untuk masa depan, serta 5) penciptaan lingkungan hijau yang bersih dan sehat secara mandiri.
- Item4 Tahun Go Organic 2010(Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian/PPHP, 2005) Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian/PPHP; Perpustakaan Sekretariat Jenderal Kementerian PertanianSajian informasi 4 Tahun Go Organic 2010 ini merupakan bentuk laporan tentang perjalanan kegiatan pengembangan pertanian organik di Direktorat Jenderal Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Departemen Pertanian yang dimulai sejak tahun 2001.
- Item40 Inovasi Kelembagaan Diseminasi Teknologi Pertanian: Catatan Perjalanan 40 Tahun Balitbangtan(IAARD Press, 2014) Syahyuti; Sutater, Toto; Istriningsih; Wuryaningsih, SriTahun ini Balitbangtan memasuki usia ke-empat puluh tahun, dan dalam kiprahnya telah banyak Inovasi Teknologi yang dikenalkan serta dimanfaatkan masyarakat banyak. Selain inovasi teknologi, dalam upaya percepatan penyampaian invensi ke tengah masyarakat, berbagai inovasi kelembagaan juga telah dikembangkan Balitbangtan. Inovasi kelembagaan dalam bentuk model pengembangan, telah berperan nyata dalam proses diseminasi inovasi. Ada beragam inovasi kelembagaan yang telah dimasyarakatkan dan beberapa diantaranya masih dirasakan manfaatnya sampai saat ini. Penyusunan buku 40 inovasi kelembagaan ini dimaksudkan sebagai upaya pendokumentasian semua model pengembangan yang telah dihasilkan dan diterapkan selama ini. Melalui pendokumentasian ini diharapkan didapat pembelajaran berharga bagi kegiatan sejenis ke depan, dan dapat disampaikan apresiasi kepada para pihak yang telah berperan dalam pengembangan model.
- Item400 Teknologi Inovatif Pertanian(IAARD Press, 2013) Purmiyanti, Sri; Supriyadi; Inounou, Ismeth; Hermanto; Bermawie, Nurliana; Hermawanto, V. Rino; Sutater, Toto; Istriningsih; Tresnawati, Kania; Yuliana, Eva; Kailaku, Tigia ElokaSetiap tahun, ratusan invensi telah dihasilkan peneliti dan perekayasa Balitbangtan dan sebagian besar diantaranya telah diterapkan sebagai inovasi unggulan oleh berbagai kalangan. Kebijakan Kementerian Pertanian yang mensyaratkan penyusunan kebijakan berbasis hasil riset, telah menempatkan Balitbangtan dalam posisi strategis dalam pembangunan pertanian ke depan. Pengembangan sistem modeling merupakan salah satu bentuk dari aplikasi hasil riset dalam penyusunan kebijakan pertanian, selain berbagai output lainnya yang juga telah diacu para pihak di lingkup Kementerian Pertanian. Dalam upaya makin mendekatkan hasil penelitian Balitbangtan dengan pengguna, baik yang ada di lingkup Kementerian Pertanian maupun masyarakat luas, kami terus mengembangkan berbagai media diseminasi, sehingga memudahkan akses dan penggunaan invensi yang kami hasilkan. Penerbitan buku “400 Teknologi Inovatif Badan Litbang Pertanian”, merupakan salah satu bentuk dari upaya kami untuk mendiseminasikan hasil invensi Balitbangtan kepada pengguna.
- Item500 Teknologi Inovatif Pertanian(IAARD Press, 2015) Editor: Erizal Jamal, Istriningsih; Toto Sutater; Riko Bintari P.; Nuning Nugrahani; Nurliani Bermawie; Heru Praptana; Sanuki Pratikno; Hasanatun Hasinah; Ume Humaedah; Ifan Muttaqien; Widhya Adhy; Kendri Wahyuni; Ida Orbani; Dody Dwi Handoko; Sri Utami; Yeni Suryani; SyahyutiBadan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) melakukan berbagai perubahan mendasar dalam paradigma penelitian dan pengembangan. Upaya membuat teknologi yang dihasilkan para peneliti tersedia sesuai dengan yang dibutuhkan pengguna dan memenuhi 6 tepat (waktu, jumlah, jenis, mutu, harga dan tempat), menjadi target utama dalam setiap program yang dilakukan. Untuk itu ketersediaan informasi teknologi serta proses mendapatkannya mejadi penting dan perlu terus di perbaharui dari waktu ke waktu. Terkait dengan penyediaan informasi teknologi ini, Balitbangtan sejak empat tahun yang lalu telah menerbitkan buku seri Teknologi Inovatif Badan Litbang Pertanian, mulai dari 100 Teknologi Inovatif Badan Litbang Pertanian sampai 400 Teknologi Inovatif Badan Litbang Pertanian. Informasi yang disediakan dikemas dalam bentuk ringkas tentang invensi yang telah dihasilkan selama ini, serta keunggulannya dalam menjawab permasalahan yang dihadapi petani dan pelaku usaha pertanian.
- Item600 Teknologi Inovatif Pertanian(IAARD PRESS, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2018-09) Balitbangtan
- Item700 Teknologi Inovatif + 10 Model Penerapan Inovasi Kolaboratif(Balitbangtan, 2021-11-02) Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian; Balitbangtan
- ItemADAPTASI BEBERAPA JENIS SAYURAN DI LAHAN RAWA PASANG SURUT(Balittra, 2007) Koesrini, Eddy William dan Linda IndrayatiPulau Jawa sebagai wilayah yang memiliki produktivitas tinggi untuk budidaya sayuran, telah mengalami tekanan iingkungan berupa penyusutan lahan subur akibat penggunaan untuk keperluan non pertanian. Oleh karena itu perlu dicari alternatif sumber pertumbuhan lahan barudi luar Pulau Jawa. Lahan rawa pasang surut memiliki potensi untuk budidaya sayuran. Dari uji adaptasi 7 jenis sayuran di lahan rawa pasang surut di Kalimantan Selatan menunjukkan bahwa terung dan kacang panjang tergolong jenis sayuran adaptif, tomat, cabai dan kubis tergolong cukup adaptif serta buncis dan mentimun tergolong kurang adaptif di lahan rawa pasang surut. Diantara varietas yang diuji menunjukkan bahwa terung varietas Mustang (29,6 tlha), kacang panjang varietas Empe (14,9 tlhaO, tomat varietas Permata (11,5 t/ha), cabai varietas Hot Chili (8,4 t/ha), kubis varietas KK Cross (9,7 t/ha), buncis varietas Lebat (4,9 t/ha) dan mentimun varietas Hercules (4,9 t/ha), selain memiliki hasil yang tinggi juga adaptif di lahan rawa pasang surut. Dengan pengelolaan lahan, hara dan tanaman yang tepat, dapat menjadikan lahan rawa pasang surut sebagai sumber pertumbuhan baru untuk budidaya beragam jenis sayuran
- ItemAdaptasi dan Mitigasi Dampak Perubahan Iklim Subsektor Hortikultura(Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian, 2022) Mulyandari, Retno Sri Hartati; Sunusi, Muhammad Agung; Purwaningsih, Yuliastuti; Hermami, Aneng; Setiawan, Antoni; Razak, Armilawaty; Pratiwi, Rahmadianti Chynthia; Steviano, Okky; Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi PertanianBuku “Adaptasi dan Mitigasi Dampak Perubahan Iklim Subsektor Hortikultura” ini menampilkan informasi mengenai tantangan dampak perubahan iklim bagi pertanian Indonesia secara komprehensif, serta grand strategi yang telah, sedang, dan akan dilakukan oleh Direktorat Jenderal Hortikultura, Kementerian Pertanian dalam menjawab tantangan tersebut. Buku ini juga menampilkan teknologi pertanian yang dapat diaplikasikan, termasuk pemanfaatan teknologi informasi 4.0. Semoga buku ini dapat menjadi semangat baru dan acuan bagi para petugas lapangan dan petani untuk bersama-sama menjaga ketahanan pangan dan kelestarian pertanian hortikultura Indonesia.
- ItemADAPTASI DAN MITIGASI PERUBAHAN IKLIM DI LAHAN RAWA LEBAK(IAARD Press, 2014-08) 1. Dedi Nursyamsi 2. Suaidi Raihan 3. Muhammad Noor 4. Khairil Anwar 5. Muhammad Alwi 6. Eni Maftuah 7. Izhar Khairullah 8. Isdijanto Ar-Riza 9. R. Smith Simatupang 10. Noorginayuwati 11. Yanti RinaEl Nino adalah gejala iklim akibat naiknya suhu perairan Samudra Pasifik sehingga hujan banyak turun di Samudra Pasifik, sedangkan di Australia dan Indonesia menjadi kering. La Nina adalah gejala iklim sebaliknya yaitu turunnya suhu di perairan Samudra Pasifik dibandingkan dengan daerah sekitarnya sehingga hujan turun lebih banyak di Samudra Pasifik sebelah barat Australia dan Indonesia.
- ItemADAPTASI EMPAT VARIETAS UNGGUL BARU JAGUNG HIBRIDA PADA SISTEM OLAH TANAH MINIMUM (OTM) DI SUMATERA BARAT(BB Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2016-05-31) Atman; Yardha; BPTP JambiProduktivitas jagung di Propinsi Sumatera Barat menduduki peringkat kedua tertinggi di Indonesia dan berada di atas rata-rata nasional. Kedepan, prioritas utama di daerah ini adalah peningkatan produktivitas sekaligus pendapatan petani jagung, diantaranya melalui pemakaian varietas unggul baru (VUB) jagung hibrida pada sistem olah tanah minimum (OTM). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaan adaptasi empat VUB jagung hibrida pada sistem OTM di Sumatera Barat. Penelitian telah dilaksanakan pada lahan sawah tadah hujan di Kecamatan Lima Kaum, Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat dari bulan Juni sampai Oktober 2013. Percobaan ditata menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan lima kali ulangan. Perlakuannya adalah empat VUB jagung hibrida yang dilepas oleh Balitbangtan, yaitu: Bima-5, Bima-6, Bima-14 Batara, dan Bima-19 URI. Tanah diolah hanya pada barisan tanaman (olah tanah minimum). Petakan berukuran 4x6 meter. Benih jagung sebanyak 2 biji/lubang ditanam pada jarak 75x40 cm. Pupuk diberikan sebanyak 300-50-150 kg/ha Phonska-SP36-Urea. Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh VUB yang diuji pada sistem OTM memberikan hasil pipilan kering lebih rendah dibanding rata-rata hasil pada deskripsinya, yaitu: hasil tertinggi pada Bima-6 (8,94 t/ha, deskripsinya 9,36 t/ha), diikuti Bima-5 (8,70 t/ha, deskripsinya 9,30 t/ha), Bima-14 Batara (8,41 t/ha, deskripsinya 10,10 t/ha), dan Bima-19 URI (8,39 t/ha, deskripsinya 10,60 t/ha). Namun demikian, keempat VUB jagung hibrida ini mampu berdaptasi baik dan sangat berpotensi untuk dikembangkan pada lahan sawah tadah hujan dengan sistem OTM di kawasan Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat.
- ItemADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DI LAHAN RAWA LEBAK UNTUK TANAMAN PANGAN(IAARD Press, 2017) Eni Maftu'ah, Wahida Annisa Yusuf, dan Siti Nurzakiah (Balai Penelitin Pertanian Lahan Rawa)Fenomena perubahan iklim sudah terjadi dan saat ini sedang berlangsung sampai waktu yang akan datang. Perubahan iklim terjadi akibat peningkatan konsentrasi gas rumah kaca (GRK) terutama co2, sehingga menyebabkan peningkatkan suhu udara secara global. perubahan pola hujan, peningkatan muka air laut, dan meningkatnya kejadian iklim ekstrim seperti El-Nino dan La- Nina. Perubahan iklim di lahan rawa lebak menimbulkan dampak positif dan negatif. EI Nino dapat berdampak positif terhadap luas areal tanam di lahan rawa lebak (terutama lebak tengahan dan dalam), namun pada lebak dangkal dapat menyebabkan kekeringan, serta meningkatkan kerentanan terhadap kebakaran lahan. Teknologi adaptasi menghadapi perubahan iklim di lahan raw a lebak antara lain melalui pengaturan air sistem tabat bertingkat, pemanfaatan Kalender Tanam Rawa (Ketam Rawa), penataan lahan sistem surjan, pengelolaan lahan tanpa bakar, sistem pertanian terpadu, serta sistem mina padi
- ItemAdditional References Supporting Jamu as an Indonesian Brand(Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian/PPHP, 2012-10-01) Perpustakaan Sekretariat Jenderal Kementerian PertanianAs a cultural heritage, Jamu is one of Indonesia's cultural produces based on local resources and the creativity of the nation. Jamu needs co be maintained and further developed as it not only provides economic benefits such as the creation of markets both domestic market and international market, import substitution, creation of employment, and the increase in the farmers' income, but it will also have an impact on the improvement of the quality of life (health, fitness, beauty) as well as giving an image of Indonesia as a Nation. Jamu as an Indonesian Brand has been declared by the stakeholders of Jamu (Government, Businessmen in the Jamu seccor, academics, historians, etc.) on March 4, 2008. This book "Additional References Supporting Jamu as an Indonesian Brand" expected to be a reference for the various parties in developing and promoting "Jamu" as one of the wisdom of Indonesia for the World.
- ItemAgenda Nasional (2009 - 2015) dan Rencana Aksi (2008-2009) Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca Sektor Pertanian(Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian/PPHP, 2007) Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian/PPHP; Perpustakaan Sekretariat Jenderal Kementerian PertanianBuku ini berisi Agenda Nasional dan Rencana Aksi untuk mengurangi Emisi Gas Rumah Kaca Sektor Pertanian. Tujuan agenda nasional dan rencana aksi tersebut adalah untuk mengurangi emisi gas rumah kaca yang ditimbulkan oleh kegiatan-kegiatan di sektor pertanian sekaligus meningkatkan peranan pertanian sebagai penyerap gas rumah kaca terutama C02. Adapun sasaran yang ingin dicapai sampai pada tahun 2015 adalah termanfaatkannya 80% potensi gas methan dari kotoran ternak. ruminansia besar dan babi, tertutupinya 50% lahan terbuka terbengkalai dengan vegetasi permanen atau campuran, diterapkannya secara luas sistem pertanian organik untuk berbagai komoditi pertanian dan peternakan, serta diterapkannya secara luas teknologi pertanian dan agroindustri yang ramah lingkungan (eco-agribusiness) oleh para pelaku di seluruh Indonesia.
- ItemAgribisnis aren, penyadapan air nira, dan pengolahan gula semut(BPTP Banten, 2014) Kartono; Siagian, Viktor; Haryani, Dewi
- ItemAgribisnis itik turi Bantul(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta, 2005-09) Sarjono; Harwono, Rudy; Winarti, Erna
- ItemAgribisnis Tanaman Lada(Balittro, 2002-02-12) Balittro; Balittro