Prosiding Seminar Nasional Mewujudkan Kedaulatan Pangan pada Lahan Sub Optimal Melalui Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Prosiding Seminar Nasional Mewujudkan Kedaulatan Pangan pada Lahan Sub Optimal Melalui Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi by Subject "Bawang Merah"
Now showing 1 - 4 of 4
Results Per Page
Sort Options
- ItemAnalisis Usaha Tani Tanaman Bawang Merah Di Kabupaten Seram Bagian Barat(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2017) Lou, Aksan; Latuconsina, Rizal; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuBawang merah merupakan komoditas prioritas dalam pengembangan sayuran dataran rendah di Indonesia, yang cukup strategis dan ekonomis dipandang dari dari segi keuntungan usahatani. Salah satu masalah dalam budidaya bawang merah adalah produktivitas yang rendah yang disebabkan karena petani melakukan budidaya bawang merah menggunakan komponen teknologi yang kurang tepat. Untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan penggunaan PTT yang mengintegrasikan sumberdaya lahan, air, OPT dan iklim secara tepat dan berimbang untuk meningkatkan produktivitas tanaman. Berdasarkan hasil pengkajian ini, di Desa Waimital, Kecamatan Kairatu Barat, Kabupaten Seram Bagian Barat, didapatkan bahwa produktivitas bawang merah menggunakan varietas Bima terbukti lebih baik dibandingkan Super Philips. Budidaya bawang merah menggunakan PTT memberikan produktivitas, penerimaan, pendapatan dan rasio R/C yang lebih baik dibandingkan dengan pola petani sehingga budidaya bawang merah layak untuk dikembangkan
- ItemAnalisis Usahatani Dan Pola Kemitraan Kelembagaan Pemasaran Bawang Merah Di Sulawesi Selatan (Studi Kasus Kabupaten Jeneponto)(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2017) Suddin, Andi Faisal; Husnah, Nurdiah; Mahu, Hamid; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuPengkajian ini bertujuan 1) Menganalisis kelayakan usahatani komoditi bawang merah 2) Mengidentiifkasi pola distribusi dan kelembagaan pemasaran bawang merah di Sulawesi Selatan. Pengkajian ini dilaksanakan Kabupaten Jeneponto selama dua bulan yaitu mulai Maret sampai dengan Mei 2015. Analisis data yang digunakan 1) Analisis Revenue Cost Ratio (R/C Ratio), 2) Analisis Deskriptif, yaitu untuk mengidentifikasi dan mendeskripsikan fenonema berdasarkan data yang terkumpul, yang digambarkan secara deskripsi tentang keadaan aktual yang terkait dengan pola distribusi kelembagaan pemasaran bawang merah. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa Dari sisi hasil analisis R/C ratio usahatani bawang merah sebesar 2,4. Dengan demikian tingkat efektifitas pengembalian modal usahatani cukup tinggi, sehingga usahatani bawang merah secara ekonomis sangat layak untuk dikembangkan. Dari hasil analisis diskripsi bahwa t erdapat dua pola saluran distribusi dan kelembagaan pemasaran bawang merah sampai kepada konsumen akhir yaitu ; Pola pertama : dari petani ke pedagang pengumpul local/pengecer kemudian ke pasar tradisional kabupaten dan selanjutnya ke konsumen akhir. Pola kedua : dari petani ke pedagang besar/pengumpul dari luar daerah kemudian ke pasar tradisional provinsi dan selanjutnya ke konsumen akhir.
- ItemInovasi Teknologi Dan Respon Petani Dalam Pengembangan Bawang Merah Mendukung Kawasan Hortikultura Di Pulau Timor(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2017) Da Silva, Helena; Kote, Mode; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuKomoditas bawang merah telah ditetapkan sebagai komoditas pangan penting di Indonesia dewasa ini. Komoditas tersebut dapat berpengaruh terhadap tingkat inflasi dan perekonomian makro. Dalam tahun 2014, BPTP NTT telah melakukan pendampingan dalam rangka mendukung pengembangan kawasan komoditas tersebut. Kegiatan pendampingan tersebut bertujuan : (a) melaksanakan perbanyakan bawang merah melalui KBI di BPTP NTT, (b) mengintroduksikan varietas unggul bawang merah, dan (c) Mengetahui respon petani terhadap introduksi bawang merah. Hasil pendampingan yaitu sebagai berikut: (1) Kegiatan perbenihan bawang merah di KBI BPTP NTT dapat dilaksanakan dan menghasilkan benih bawang merah varietas Tadayung, Mentes, Bima, Sembrani dan Pikatan, (2) Dua varietas yang diintroduksi ke petani yaitu varietas Tadayung dan Bima, masing-masing dengan produktivitas sebesar 29 t/ha dan 17 t/ha, (3) Respon petani menunjukkan bahwa 31,43% petani lebih memilih bawang merah yang berumbi besar, sedangkan 20% petani memilih hasil produksi cukup tinggi, dan (4) Berdasarkan keseluruhan karakteristik bawang merah yang dinilai, yaitu umbi, warna umbi, bentuk umbi, dan daya hasil, diketahui bahwa varietas Tadayung lebih disukai oleh petani.
- ItemPembuatan Kompos Granul Ela Sagu Diperkaya Pupuk Majemuk 15:15:15 Dan Aplikasinya Pada Budidaya Tanaman Bawang Merah(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2017) Habi, Maimuna La; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian MalukuUpaya untuk dapat mengurangi tingginya ketergantungan petani terhadap pupuk urea yang paling murah yaitu dengan penambahan pupuk organik komposatau kompos granul. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan pupuk organik diperkaya bentuk granul dari kompos ela sagu dan mengevaluasi efektifitasnya pada budidaya tanaman bawang merah. Rancangan Penelitian yang digunakan yaitu Rancangan Acak Kelompok dengan tiga kali ulangan. Perlakuan terdiri atas: tanpa pupuk (KGES1), kompos granul (8 t ha-1) (KGES2), pupuk anorganik (Urea, SP-36, dan KCl) dosis anjuran (KGES3), pupuk anorganik + kompos granul (8 t ha-1) (KGES4), ½ x dosis pupuk anorganik + kompos granul (8 t ha-1) (KGES5), 2 kali dosis pupuk anorganik+ kompos granul (8 t ha-1) (KGES6), ½ x dosis pupuk anorganik + kompos granul (12 t ha) (KGES7) dan 2 kali dosis pupuk anorganik + kompos (4 t ha) (KGES8). Pupuk kompos granul diperkaya dengan pupuk phonska yang digunakan dalam penelitian memiliki karakteristik sebagai berikut: kandungan N = 2.43 %, P = 0.59 % dan K= 0.87 %. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa pengurangan setengah dosis pupuk anorganik yang dikombinasikan dengan kompos granul 12 t ha-1 menghasilkan bobot kering umbi tertinggi (13 t ha-1) atau meningkatkan hasil 32% dari aplikasi pupuk anorganik