Prosiding Penyidikan Penyakit Hewan
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Prosiding Penyidikan Penyakit Hewan by Subject "AI"
Now showing 1 - 2 of 2
Results Per Page
Sort Options
- ItemReisolasi Kandidat Masterseed Virus Tantang High Pathogenic Avian Influenza Subtipe H5N1(Direktorat Kesehatan Hewan, 2018) Ramlah; K, Hidayanto; KKN, Natih; S, Suryanti; S, Suryati; S, MukartiniVirus AI subtype H5N1 masih menjadi perhatian utama. Berdasarkan hasil pertemuan IVM tahun 2015-2016 diperoleh 4 kandidat virus tantang yang akan dipergunakan untuk uji efikasi dan potensi vaksin AI yang beredar di Indonesia. Isolat masterseed virus AI diperoleh dari BBVet Wates, yang kemudian dimurnikan di BBPMSOH. Isolat virus AI H5N1 diberi kode A (A/chicken/Barru/ BBVM41-13/2013 clade 2.1.3), kode B (A/duck/Tanah Laut/0514095/2014 clade 2.3.2), kode C (A/ chicken/Semarang/04141225-07/2014 clade 2.3.2.1c) dan kode D (A/chicken/Sleman/BBVW-190812/2012 clade 2.1.3). Reisolasi virus AI dilakukan dengan pengenceran 102 dan 103. Virus AI H5N1 diinfeksi pada telur SPF umur 10 hari. Pengamatan terhadap telur terinfeksi dilakukan selama 2 hari. Terjadi kematian embrio pada hari pertama dan kedua post infeksi. Pada saat kematian embrio, telur terinfeksi selanjutnya disimpan pada suhu 4oC selama 12 jam, kemudian diambil cairan allantoisnya dan diamati gejala klinis embrio. Selanjutnya dilakukan uji aglutinasi dengan hasil positif aglutinasi cepat dan lambat. Kemudian dilakukan uji HA-HI untuk memastikan virus tidak terkontaminasi ND, EDS dan murni virus AI. Masterseed virus AI dilanjutkan sampai pasase ke 4 dengan prosedur limited dilution pada telur SPF dengan pengenceran 103 sampai dengan 108. Isolat virus Kode A dilakukan sampai pada pasase ke 3 dengan titer HA peningkatan titer sebesar 512 HAU (9log2). Isolat virus Kode B, C dan D dilanjutkan sampai pada pasase ke 4. Isolat virus Kode C menunjukkan peningkatan titer sebesar 256 HAU (8log2). Berdasarkan kenaikan titer pada tiap pasase dan gejala klinis embrio, isolat virus kode A dan C dipilih sebagai masterseed virus tantang AI. Selanjutnya virus AI kode A dan C dititrasi di telur SPF dan sel CEF. Titer virus AI kode A ditelur SPF adalah 108,3 EID50 dan pada kode C adalah 108,7 EID50. Titer virus AI kode A pada sel CEF adalah 108,5TCID50 dan pada kode C adalah 108,75 TCID50.
- ItemSurveilans Avian Inluenza (AI) di Pasar Unggas Hidup di Wilayah Kerja Balai Veteriner Subang Tahun 2016(Direktorat Kesehatan Hewan, 2018) SunarnoDinamika virus AI di Indonesia menunjukkan adanya perubahan yang signifikan seperti infeksi awal oleh virus clade 2.1.1, perkembangan menjadi clade 2.1.2 dan 2.1.3, mutasi virus, perubahan patogenesitas, fenomena escape mutant, reassortant sampai dengan introduksi jenis baru dari clade 2.3.2 dan HxNx. Untuk memonitor perkembangan virus AI di lapangan diperlukan suatu alat/tool, yaitu longitudinal surveilans di pasar unggas hidup (Live Birds Market Surveilans). Hal tersebut di dasarkan atas pertimbangan bahwa di pasar unggas hidup merupakan tempat berkumpulnya bermacam macam jenis unggas sehingga adanya mix infection dan reassorbment virus sangat tinggi. Kegiatan surveilans dilakukan oleh dinas setelah mendapatkan pelatihan oleh B-Vet Subang bekerjasama dengan FAO. Wilayah yang diambil sampel terdiri atas 13 kabupaten/kota di Propinsi Jawa Barat dan 3 kabupaten/kota di Propinsi Banten. Tujuan dari surveilans ini untuk memonitor kemajuan pengendalian AI secara nasional, memonitor sirkulasi virus AI dan mendeteksi awal dari munculnya virus influenza baru. Petugas sampling pasar (PSP) melakukan profiling pasar, penentuan pasar sesuai kriteria untuk diambil sampel. Satu pasar diambil sampel satu pool terdiri atas swab telenan, kain lap, pisau, meja display, bak sampah, ember dan mesin pencabut bulu. Sampel sampel tersebut diuji dengan menggunakan teknik Reverse Transcriptase Real Time PCR (RRT-PCR) dan sesuai tahapan alogaritma pengujian. Sampel yang diperoleh dari hasil surveilans di beberapa pasar unggas hidup di Propinsi Jawa Barat dan Banten sebanyak 512 sampel. Sampel tersebut diuji menggunakan RRT-PCR. Pengujian yang lain untuk mendapatkan isolat adalah uji isolasi virus menggunakan telur bertunas. Dari hasil pengujian RRT-PCR diperoleh hasil bahwa 30 sampel positif H5N1 clade 2.3.2.1 dan 6 sampel positif H9N2. Hasil isolasi virus diperoleh hasil bahwa sampel - sampel tersebut positif AI untuk clade 2.3.2.1, namun untuk H9N2 tidak bisa tumbuh di telur bertunas kemungkinan virus sudah mati. Hal ini mengindikasikan bahwa pasar unggas hidup memang merupakan faktor yang sangat penting terjadinya wabah AI di Indonesia.