Prosiding Seminar Nasional Mewujudkan Kedaulatan Pangan melalui Penerapan Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi pada Kawasan Pertanian
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Prosiding Seminar Nasional Mewujudkan Kedaulatan Pangan melalui Penerapan Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi pada Kawasan Pertanian by Subject "bercak cokelat"
Now showing 1 - 1 of 1
Results Per Page
Sort Options
- ItemUJI EFEKTIVITAS BAHAN AKTIF FUNGISIDA UNTUK PENGENDALIAN PENYAKIT BERCAK COKELAT PADA TANAMAN PADI(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2018) Sipi, Surianto; Subiadi; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua BaratPenyakit bercak cokelat disebabkan oleh cendawan Bipolaris oryzae Breda de Hann (Sinonim: Helminthosporium oryzae Breda de Hann, anamorph (Cochliobolus miyabeanus Drechsler). B. oryzae menyerang pada semua fase tanaman padi, mulai dari persemaian sampai pada masa pematangan bulir dan merusak malai. Kerusakan akibat penyakit ini dapat menyebabkan penurunan hasil dari 6-90 % di Asia. Saat ini penggunaan fungisida untuk mengendalikan penyakit bercak cokelat masih menjadi salah satu teknik pengendalian yang paling efektif. Terdapat banyak bahan aktif fungisida yang beredar dipasaran. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian terhadap beberapa jenis bahan aktif fungisida yang paling dominan digunakan oleh petani pada dilokasi sekitar tempat penelitian. Hasil penelitian menunjukkan semua perlakuan berbeda nyata dengan petak kontrol pada pengamatan 4 MST. Sedangkan pada pengamatan 6 dan 8 MST berbeda nyata pada bahan aktif Benomil (6 MST = 43.5 %, 8 MST = 57,8 %) dan Difenoconazol (6 MST = 65,6 %, 8 MST = 62 %). Tidak berbeda nyata pada bahan aktif Tebuconazol (6 MST = 68,9 %, 8 MST = 69,3 %) dan Metil Tiofanat (6 MST = 69,3 %, 8 MST = 73,3 %). Oleh karena itu dapat disimpulkan bahan aktif fungisida yang dapat menekan perkembangan penyakit bercak cokelat dari yang terbaik secara berturut-turut adalah Benomil, Difenoconazol, Metil Tiofanat dan Tebuconazol. Akan tetapi keempat bahan tersebut belum mampu menekan perkembangan secara efektif. Penyebabnya diduga akibat tingginya virulensi patogen dan kondisi lingkungan abiotik yang mendukung perkembangan penyakit.