Prosiding Seminar Nasional Mewujudkan Kedaulatan Pangan melalui Penerapan Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi pada Kawasan Pertanian
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Prosiding Seminar Nasional Mewujudkan Kedaulatan Pangan melalui Penerapan Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi pada Kawasan Pertanian by Subject "bawang merah"
Now showing 1 - 4 of 4
Results Per Page
Sort Options
- ItemPENURUNAN HASIL BAWANG MERAH AKIBAT KEKERINGAN PADA BEBERAPA FASE PERTUMBUHAN(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2018) Hadiawati, Lia; Suriadi, Ahmad; Irianty, Fenty; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua BaratKendala utama pada budidaya bawang merah pada musim kemarau adalah ketersediaan air yang terbatas sehingga tanaman rentan mengalami kekeringan. Pada kasus kekeringan yang parah, petani mengalami kerugian akibat biaya pengairan terlalu tinggi atau produksi terlalu rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya penurunan hasil dan pertumbuhan bawang merah akibat kekeringan pada beberapa fase pertumbuhan. Percobaan dilakukan di screen house menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan kekeringan saat bawang merah berumur 30, 40, 50, dan 60 hari setelah tanam (HST) sebagai kontrol. Jumlah ulangan 10 pot dan peubah yang diamati meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, bobot berangksan kering, jumlah dan ukuran (diameter dan tinggi) umbi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kekeringan secara nyata menurunkan berat berangkasan bawang merah sebesar 58.9%, 62.6%, dan 32.0% pada perlakuan umur 30, 40, dan 50 HST secara berurutan. Demikian juga dengan ukuran umbi secara nyata menjadi lebih kecil apabila mengalami cekaman kekeringan lebih awal selama fase tumbuhnya.
- ItemPERTUMBUHAN DAN HASIL BAWANG MERAH PADA BERBAGAI DOSIS PEMUPUKAN ZA DI LAHAN TADAH HUJAN BERTANAH ALLUVIAL DI KABUPATEN LOMBOK TIMUR, NTB(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2018) Hadiawati, Lia; Suriadi, Ahmad; Basundari, Fransiska R.A.; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua BaratPupuk ammonium sulfat/ZA (Zwavelzure Ammoniak) dapat meningkatkan hasil dan mutu bawang merah sehingga banyak diaplikasikan oleh petani di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dosis pupuk ZA yang tepat untuk mengingkatkan hasil bawang merah di lahan tadah hujan bertanah Alluvial. Penelitian on-farm dilaksanakan di Desa Labuan Lombok Kecamatan Pringgabaya, Lombok Timur-NTB pada bulan Juni sampai Agustus 2017. Penelitian disusun dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 6 taraf perlakuan pupuk ZA yaitu 0/kontrol, 50, 100, 150, 200, dan 250 kg/ha. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada fase pertumbuhan awal sampai umur 40 HST, tanaman bawang merah menghasilkan tinggi tanaman, jumlah daun, dan bobot berangkasan segar paling tinggi pada dosis pupuk ZA 50 kg/ha. Akan tetapi, hasil bawang merah tertinggi dicapai pada dosis pupuk ZA 200 kg/ha. Pada dosis tersebut, hasil bawang merah kering jemur meningkat 41.9% dibandingkan kontrol. Sampai umur 60 HST, secara konsisten dosis pupuk ZA 200 kg/ha memberikan nilai tertinggi untuk hasil segar (3.50 kg/m2), jumlah umbi (8.67), bobot berangkasan segar per rumpun (106.81 gr), jumlah daun per rumpun (40.60 helai), dan tinggi tanaman per rumpun (49.53 cm).
- ItemUJI ADAPTASI VARIETAS UNGGUL BARU BAWANG MERAH DI DATARAN RENDAH, MANOKWARI - PAPUA BARAT(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2018) Basundari, Fransiska R.A.; Krisdianto, Arif Y.; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua BaratBawang merah (Allium ascalonicum) merupakan sayuran rempah yang memiliki nilai ekonomis tinggi, berfungsi sebagai penyedap rasa, dan dapat digunakan sebagai bahan obat tradisional. Prospek pengembangan bawang merah sangat baik, yang ditandai dengan meningkatnya konsumsi bawang merah. Peningkatan ini belum dapat diikuti oleh peningkatan produksinya, karena teknologi perbenihan untuk peningkatan produktivitas belum dapat diadopsi oleh petani secara progresif. Teknologi yang mudah diaplikasikan oleh petani perlu diterapkan, diantaranya melalui pengaturan pemupukan, jarak tanam, dan varietas yang tepat dalam produksi umbi benih bawang merah. Perbedaan varietas tidak hanya ditentukan oleh faktor genetik tetapi juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, diantaranya pemupukan dan populasi tanaman. Penelitian dilakukan pada bulan Mei hingga Juli 2016 di Kebun Percobaan di Anday, Kabupaten Manokwari, Papua Barat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui daya adaptasi varietas yang diuji, yaitu varietas Bauji, Bima Brebes, Katumi, Mentes, Pikatan, Trisula, dan lokal sebagai kontrol. Penelitian dirancang dalam Rancangan Acak Kelompok dengan tiga ulangan dan ketujuh varietas sebagai perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas yang memiliki hasil yang baik, dan dinilai mampu beradaptasi dengan baik adalah varietas Bauji, Bima Brebes, Mentes, dan Pikatan. Keempat varietas tersebut dinilai dapat dikembangkan untuk pengembangan bawang merah di lain di Papua Barat.
- ItemUJI POTENSI BEBERAPA VARIETAS BAWANG MERAH DALAM MENGHASILKAN BIJI BOTANI DI DATARAN TINGGI SULAWESI SELATAN(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2018) Nurjanani; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua BaratPenelitian bertujuan mengetahui satu sampai dua varietas bawang merah yang bisa menghasilkan biji botani (TSS) di atas 1 g/rumpun. Penelitian dilaksanakan di Desa Loka, Kecamatan Rumbia, Kabupaten Jeneponto dari bulan Maret hingga September 2015. Penelitian disusun berdasarkan Rancangan Acak Kelompok dengan empat perlakuan varietas, dan diulang tiga kali. Hasil penelitian menunjukkan tinggi tanaman dan jumlah anakan empat varietas yaitu Trisula, Pancasona, Mentes dan Maja Cipanas tidak berbeda nyata. Varietas Trisula menunjukkan waktu berbunga tercepat (3-7 hari) dari varietas lainnya. Produksi biji tertinggi diperoleh pada varietas Trisula dan Pancasona yakni 4,90 g dan 4,18 g per rumpun. Hasil analisis R/C ratio menunjukkan bahwa produksi benih TSS kedua varietas tersebut layak diusahakan dengan R/C ratio 1,3. Hasil penelitian disimpulkan bahwa (1) Varietas yang menghasilkan biji terbanyak adalah Trisula dan Pancasona masing-masing 4,90 g dan 4,18 g per rumpun, dengan persentase tanaman berbunga masing-masing 93% dan 90%. Sedangkan varietas Maja Cipanas dan Mentes menghasilkan biji masing-masing 1,85 g dan 1,49 g, namun persentase tanaman yang berbunga pada varietas Maja Cipanas hanya 60% dan varietas Mentes 30%. Sehingga dua varietas bawang merah yaitu Trisula dan Pancasona dapat direkomendasikan sebagai penghasil benih TSS bawang merah di dataran tinggi kering Sulawesi Selatan.