Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pertanian Kesiapan Sumber Daya Pertanian dan Inovasi Spesifik Lokasi Memasuki Era Industri 4.0
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pertanian Kesiapan Sumber Daya Pertanian dan Inovasi Spesifik Lokasi Memasuki Era Industri 4.0 by Subject "Bawang merah"
Now showing 1 - 4 of 4
Results Per Page
Sort Options
- ItemHubungan Bobot Biji Bawang Merah (True Seed of Shallot=TSS) dengan Peubah Panen Lainnya pada Produksi Benih TSS di Bandung Barat, Jawa Barat(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2020) Dianawati, Meksy; Yulyatin, Atin; Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi PertanianPersaingan hasil asimilasi makanan dalam tanaman untuk menghasilkan biji yang bernas menyebabkan bobot umbi menjadi rendah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan bobot biji bawang merah (True seed of shallot=TSS) dengan peubah panen lainnya pada produksi benih TSS di Bandung Barat, Jawa Barat. Penelitian dilaksanakan di lahan petani, desa Cilame, Kecamatan Ngamprah, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat dari Bulan April hingga Agustus 2017. Penelitian dilaksanakan dengan menanam umbi bawang merah untuk memproduksi biji bawang merah TSS pada 4 blok. Setiap blok diambil sampel 25 tanaman untuk diamati bobot kering biji, bobot kering umbi, bobot kering kapsul, bobot kering brangkasan, dan bobot kering seluruh tanaman. Data diuji dengan uji korelasi dengan 95 % taraf kepercayaan. Hasil menunjukkan bahwa blok 3 memiliki nisbah pembentukan biji per bobot total tanaman tertinggi, sedangkan blok 4 membentuk bobot biji paling tinggi. Bobot biji dipengaruhi bobot total tanaman sebesar 59,5% dan bobot kapsul sebesar 58,6%. Bobot umbi dipengaruhi bobot total tanaman sebesar 85%.
- ItemKeragaan Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah Varietas Bima Brebes dan Lokal Karanganyar di Dataran Tinggi(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2020) K, Aryana Citra; Firmansyah, Imam; Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi PertanianSaat ini penanaman varietas Bima Brebes sudah meluas, tidak hanya di dataran rendah saja namun juga dilakukan di dataran tinggi. Pengkajian ini bertujuan untuk mengetahui keragaan pertumbuhan dan hasil bawang merah varietas Bima Brebes di dataran tinggi, serta karakteristiknya ketika ditanam di dataran tinggi. Pengkajian ini dilakukan di Desa Gumeng Kecamatan Jenawi Kabupaten Karanganyar pada bulan April – Agustus 2018 (MK), dengan 2 perlakuan yaitu tanaman bawang merah varietas Bima Brebes (bawang merah dataran rendah) dan tanaman bawang merah lokal Karanganyar (bawang merah dataran tinggi). Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji t. Hasil analisis menunjukkan bahwa tinggi tanaman umur 45 HST, jumlah anakan, bobot kering per rumpun, diameter umbi, bobot kering per umbi, bobot kering panen ubinan, dan produktivitas berbeda sangat nyata. Tinggi tanaman 15, 30, 45 HST, diameter umbi, bobot kering per umbi varietas Lokal Karanganyar lebih tinggi dibandingkan varietas Bima Brebes. Jumlah anakan, bobot kering per rumpun, dan produktivitas varietas Bima Brebes lebih tinggi dibandingkan varietas Lokal Karanganyar. Produktivitas Bima Brebes di dataran tinggi mencapai 14,13 ton/ha, sedangkan Lokal Karanganyar mencapai 11,73 ton/ha. Produktivitas Bima Brebes yang tinggi karena didukung oleh jumlah anakan yang banyak yaitu mencapai 10,61 umbi/rumpun dibandingkan Lokal Karanganyar yang hanya mencapai 3,20 umbi/rumpun.
- ItemPengaruh Zat Pengatur Tumbuh Terhadap Pembungaan dan Produksi Biji Botani Bawang Merah (True Seed of Shallots) di Dataran Tinggi(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2020) K, Aryana Citra; Firmansyah, Imam; Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi PertanianPenggunaan biji botani bawang merah (True Seed of Shallot/TSS) sebagai benih untuk perbanyakan tanaman bawang merah sudah mulai berkembang. Salah satu kendala di lapang adalah ketersediaan TSS varietas asli Indonesia sangat terbatas. Salah satu upaya dalam meningkatkan produksi TSS dapat dilakukan dengan penanaman bawang merah di dataran tinggi dengan penambahan zat pengatur tumbuh (ZPT) benzyl amino purine (BAP). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh ZPT terhadap pembungaan dan produksi biji TSS yang dilakukan di Desa Gumeng, Kecamatan Jenawi, Kabupaten Karanganyar pada bulan April – Oktober 2017, dengan 2 perlakuan penanaman bawang merah varietas Bima Brebes dengan aplikasi seedtreatment BAP dan tanpa aplikasi BAP. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji t. Hasil analisis menunjukkan bahwa tinggi tanaman, jumlah anakan dan produksi bunga berbeda nyata. Tinggi tanaman umur 15 HST, 30 HST, 45 HST, jumlah anakan dan produksi bunga tanaman bawang merah yang diberi aplikasi seedtreatment BAP lebih tinggi dibandingkan yang tanpa aplikasi BAP. Produksi TSS dengan aplikasi BAP mencapai 459,12 kg/ha bunga basah dan 104,94 kg/ha biji, sedangkan tanpa aplikasi BAP mencapai 343,44 kg/ha dan 70,65 kg/ha biji.
- ItemTeknologi Remediasi Residu Endosulfan di Lahan Bawang Merah(Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2020) Indratin; Poniman; Riyanto, Slamet; Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi PertanianBalai Penelitian Lingkungan Pertanian telah mengembangkan teknologi remediasi untuk menurunkan residu insektisida di lahan pertanian diantaranya dengan penggunaan urea berlapis biochar dan aplikasi mikroba konsorsia (Azotobacter sp, Azospirillum sp, Enterobacter cloacae, Bacillus. sp). Untuk menguji hasil penelitian tersebut, maka teknologi remediasi diujicobakan pada lahan bawang merah. Penelitian bertujuan untuk mengetahui efektivitas teknologi dalam menurunkan residu insektisida endosulfan di lahan bawang merah. Penelitian dilaksanakan di Desa Siwuluh, Kecamatan Bulakamba, Kabupaten Brebes tahun 2018. Penelitian melibatkan 6 orang petani sekaligus sebagai ulangan. Perlakuan yang diujikan adalah, (1) cara petani, (2) urea berlapis biochar berbasis dosis petani, (3) cara petani + mikroba konsorsia 2 l/ha. Hasil penelitian menunjukkan residu endosulfan pada bawang merah tertinggi pada perlakuan cara petani. Produksi bawang merah tertinggi diperoleh pada perlakuan mikroba konsorsia 10,56 t/ha umbi kering.