Tanaman Industri Potensial Penghasil Bioetanol dan Biodiesel
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing Tanaman Industri Potensial Penghasil Bioetanol dan Biodiesel by Subject "Research Subject Categories::A Agriculture/Pertanian"
Now showing 1 - 15 of 15
Results Per Page
Sort Options
- ItemAnalisa Usahatani dan Kelayakan Kemiri (Aleurites moluccana Willd.)(Unit Penerbitan dan Publikasi Balittri, 2019) Sudjarmoko, Bedy; Balai Penelitian Tanaman Industri dan PenyegarMengusahakan tanaman kemiri termasuk usaha yang bersifat jangka panjang, karena biaya sudah harus dikeluarkan sejak investasi dimulai, sedangkan penerimaan baru diperoleh pada tahun ke lima. Dengan sifat usaha seperti ini, menilai tingkat kelayakan usaha menjadi sangat penting untuk dilakukan. Berdasarkan standar harga tahun 2008, dalam periode pengusahaan selama sepuluh tahun, biaya yang dibutuhkan adalah Rp 15 613 250/Ha, sedangkan penerimaan mencapai Rp 93 750 000/Ha. Dengan demikian, keuntungan total mencapai Rp 78 136 750/Ha atau rata‐rata Rp 7 813 675/Ha/tahun. Besarnya Return on Invesment (ROI) mencapai 5.00%. Secara finansial, mengusahakan kemiri layak dilakukan karena hanya dalam sepuluh tahun (produksi belum optimal) telah memberikan nilai Net Present Value (NPV) adalah sebesar Rp 40 546 165, Internal Rate of Return (IRR) sebesar 61%, dan Net B/C Ratio sebesar 2.43.
- ItemBudidaya dan Pasca Panen Kemiri (Aleurites Moluccana Willd.) sebagai Bahan Bakar Bioenergi(Unit Penerbitan dan Publikasi Balittri, 2019) Ferry, Yulius; Towaha, Juniaty; Rusli, Rusli; Balai Penelitian Tanaman Industri dan PenyegarTanaman kemiri (Aleurites moluccana Willd ) tersebar di hampir seluruh wilayah Indonesia. Terbukti dengan beragamnya nama daerah dari kemiri. Tanaman kemiri ditanam sebagai tanaman reboisasi untuk menutupi bukit‐bukit di Jawa, buah kemiri banyak digunakan sebagai bumbu masak, minyaknya berkualitas tinggi. Tanaman ini dapat tumbuh baik pada ketinggian 0 – 800 meter dpl dengan curah hujan 1 500 – 2 400 mm per tahun. Kemiri dapat diperbanyak secara generatif dan vegetatif. Tanaman kemiri mulai berbuah pada umur 3 – 4 tahun bila benih berasal dari biji (generatif) dan 2 tahun bila benih berasal dari perbanyakan vegetatif. Produksi pohon kemiri dewasa yang tumbuh baik dapat mencapai 200 kg biji kupasan per pohon. Rendemen minyak kemiri mencapai 55 – 65%, sehingga berpotensi digunakan sebagai sumber bahan baker bioenergi.
- ItemBudidaya Tanaman Ganyong (Canna edulis KERR)(Unit Penerbitan dan Publikasi, 2019) Sasmita, Kurnia Dewi; Taher, Syahrial; Balai Penelitian Tanaman Industri dan PenyegarGanyong (Canna edulis KERR.) adalah sejenis tumbuhan penghasil umbi yang cukup populer sebagai sumber pangan alternatif. Selain itu tanaman ini juga mempunyai potensi sebagai bahan penghasil bioetanol. Umbi ganyong mengandung karbohidrat 22,60 gram per 100 gram umbi ganyong serta kadar gula yang cukup tinggi sehingga dapat digunakan sebagai bahan bioetanol, Dengan demikian ganyong sangat potensial untuk dikembangkan secara luas apalagi tanaman ini masih belum banyak dibudidayakan. Budidaya ganyong tidak terlampau sulit karena tanaman ini mudah tumbuh disegala jenis tanah dan suhu udara serta toleran pada naungan. Tanaman ini juga tidak membutuhkan perawatan yang intensif. Namun demikian apabila ingin mendapatkan hasil umbi yang tinggi maka perlu diperhatikan teknik budidaya yang baik. Dalam satu hektare lahan bisa menghasilkan ganyong sebanyak 60 ton dengan masa tanam delapan bulan lebih. Dengan potensi yang cukup besar sebagai sumber energi alternatif maka ganyong dan tanaman‐tanaman lain penghasil bioetanol yang tersebar diseluruh pelosok Negara kita ini masih perlu dikembangkan lebih lanjut.
- ItemBudidaya Tanaman Kesambi (Schleichera oleosa, (LOUR.) Oken)(Unit Penerbitan dan Publikasi Balittri, 2019) Daras, Usman; Heryana, Nana; Balai Penelitian Tanaman Industri dan PenyegarTanaman kesambi {Schleichera oleosa, (LOUR.) Oken} merupakan tanaman introduksi berasal dari dataran Deca Himalaya. Tanaman ini dapat tumbuh dari ketinggian 0 sampai 1000 m di atas permukaan laut (dpl), tetapi umumnya tumbuh baik pada ketinggian < 600 m dpl. Tanaman kesambi menghendaki curah hujan tahunan 750 – 2.500 mm, temperatur maksimum 35 – 47.5 oC dan minimum – 2.5 oC. Di pulau Jawa, tanaman ini dapat dijumpai sampai ketinggian 1.200 m dpl. Hampir semua bagian tanaman kesambi memiliki memfaat, mulai dari kayu, kulit, daun sampai buah dan bijinya. Kulit batangnya mengandung 6.1‐14.3% zat penyamak, sehingga digunakan sebagai bahan penyamak kulit. Buahnya yang masih hijau dapat dimakan atau diolah menjadi asinan. Sementara itu, bijinya mengandung sekitar 70% minyak, dapat digunakan dalam pembuatan minyak gosok, obat kudis, salep luka, anti rontok rambut, serta pengharum ruangan. Biji kesambi dapat diolah menjadi minyak pelumas, pembuatan lilin, industri batik, dan bahan pembuatan sabun. Selain itu, bijinya yang mengandung minyak yang tinggi, dapat dimanfaatkan secara sebagai sumber alternatif biodisel.
- ItemHama dan Penyakit Pada Tanaman Kemiri (Aleurites mollucana Willd)(Unit Penerbitan dan Publikasi Balittri, 2019) Indriati, Gusti; Khaerari, Khaerati; Balai Penelitian Tanaman Industri dan PenyegarTanaman kemiri adalah jenis tanaman serbaguna yang buahnya dapat digunakan untuk bumbu masakan, obat‐obatan, sabun dan industri cat. Selain buahnya tanaman kemiri merupakan jenis pohon yang cocok untuk reboisasi, penghijauan dan tanaman pelindung. Kemiri termasuk tanaman yang kurang mendapat gangguan hama atau penyakit, tetapi dilaporkan ada beberapa hama dan penyakit yang menyerang tanaman kemiri yaitu hama pada akar dari golongan rayap, hama pada batang dengan membuat lubang gerekan, hama daun berupa tungau (Tetranichiadae), hama pada buah diserang oleh larva Dacus sp, dan hama pada biji berupa Carpophilus sp dan Oryzaphilus sp. Sedangkan penyakit yangmenyerang tanaman kemiri adalah jenis penyakit hawar daun cendawan, penyakit antraknosa (Collectorichum sp) dan penyakit gugur buah muda.
- ItemHama Utama Pada Pertanaman Ganyong (Canna edulis KERR)(Unit Penerbitan dan Publikasi, 2019) Soesanthy, Funny; Ibrahim, Meynarti Sari Dewi; Balai Penelitian Tanaman Industri dan PenyegarGanyong sangat potensial digunakan sebagai sumber karbohidrat pengganti beras atau jagung. Kandungan gizi umbi ganyong tidak lebih buruk dari bahan pangan yang dikomsumsi masyarakat. Tanaman ganyong dapat tumbuh dengan baik diberbagai jenis lahan dengan produksi rata‐rata 30 ton/ha. Dalam pertanamannya ganyong relative bebas dari serangan penyakit, namun didaerah‐daerah yang telah membudidayakan ganyong secara intensif telah ditemui penyakit Fusarium spp, Puccinia cannae dan Rhizoctonia spp. Tidak seperti penyakit, pengendalian hama perlu diperhatikan dalam budidaya ganyong, hal ini dikarenakan walaupun serangannya masih rendah namun memerlukan penanganan yang serius. Jenis‐ jenis hama yang sering menyerang pertanaman ganyong antara lain; Ulat Calpodes ethlius, Agrotis ipsilon Hufnagel, Popilia japonica Newman, Tungau merah (Tetranycus urticae), Keong dan Belalang (Orthoptera). Tehknik pengendalian hama yang digunakan dapat menggunakan musuh alami, pengendalian secara mekanis dan menggunakan insektisida bila tingkat serangan sudah tidak dapat dikendalikan.
- ItemKARAKTERISTIK MINYAK NYAMPLUNG (Calophyllum inophyllum LINN.) SEBAGAI BAHAN BAKAR BIODIESEL(Unit Penerbitan dan Publikasi, 2019) Towaha, Juniaty; Udarno, Laba; Balai Penelitian Tanaman Industri dan PenyegarNyamplung (Calophyllum inophyllum L) merupakan tanaman hutan yang mempunyai potensi sebagai sebagai bahan baku biodiesel. Minyak nyamplung yang diekstrak dari bijinya merupakan trigliserida yang tersusun dari molekul gliserol dan molekul asam lemak berantai karbon panjang, dengan komposisi asam lemak penyusunnya yaitu asam miristat, asam palmitat, asam stearat, asam oleat, asam linoleat, asam linolenat, asam arachidat dan asam erukat. Minyak nyamplung yang telah diesterifikasi dan ditransesterifikasi dengan methanol menghasilkan minyak biodiesel yang merupakan senyawa metil ester, dengan metil ester yang dominan adalah metil palmitat, metil stearat, metil olet dan metil linoleat. Biodiesel nyamplung telah diuji karakteristik fisiko kimianya oleh Puslitbang Minyak dan Gas Bumi, dimana semua sifat‐sifatnya kecuali titik kabut, telah memenuhi SNI 04‐7182‐2006 untuk biodiesel. Biodiesel nyamplung telah diuji coba di jalan raya (road rally test) menggunakan jeep dan bus sebanyak tiga kali mencapai jarak total 370 km, dari seluruh uji coba tersebut diperoleh hasil yang memuaskan tanpa masalah teknis permesinan.
- ItemMorfologi dan Budidaya Tanaman Nyamplung (Calophyllum inophyllum LINN)(Unit Penerbitan dan Publikasi Balittri, 2019) Udarno, Laba; Tjahjana, Bambang Eka; Balai Penelitian Tanaman Industri dan PenyegarTanaman nyamplung (Calophyllum inophyllum LINN) merupakan tanaman industri yang cukup baik untuk dikembangkan, tanaman ini termasuk dalam famili Guttiferae yang dapat tumbuh dengan baik, dan biasa banyak dijumpai disepanjang tepian pantai, tetapi tanaman ini dapat juga tumbuh pada tempat yang berada pada ketinggian 100 sampai 350 m dpl. Buahnya berbentuk bulat seperti peluru dengan bagian ujung meruncing, berwarna hijau terusi, pada saat tua warnanya menjadi kekuningan. Kulit biji yang tipis lambat laun akan menjadi keriput dan mudah mengelupas. Biji berbentuk bulat ujung meruncing mengandung minyak berwarna kuning, mengandung air 3.3 % dan minyak sebesar 71.4 %. Minyak ini dapat digunakan sebagai bahan biodesel, dengan rendemen 50 %. (1 liter : 2 kg biji). Komponen yang terdapat dalam buah nyamplung antara lain : Saponine, senyawa alkoloid, polifenol, senyawa antioksidan dan golongan flavanoid, juga tanin. Minyak nyamplung tergolong minyak dengan asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh yang berantai karbon panjang, dengan kandungan utama berupa asam oleat 37,57 5, asam linoleat 26,33 % dan asam stearat 19,96 %, selebihnya berupa asam miristat, asam palmitat, asam linolenat, asam arachidat dan asam erukat
- ItemMorfologi Tanaman dan Strategi Pemuliaan Kesambi {Scheleichera oleosa (LOUR.) Oken}(Unit Penerbitan dan Publikasi Balittri, 2019) Wardiana, Edi; Balai Penelitian Tanaman Industri dan PenyegarPengembangan bahan bakar nabati (BBN) sebagai pengganti atau diversifikasi penggunaan bahan bakar minyak dari bahan fosil (BBM) memegang peranan yang strategis. Keunggulan yang dipunyai dari BBN diantaranya adalah : (1) tidak mencemari lingkungan, (2) membantu dalam konservasi tanah dan air, serta (3) perannya sangat sigfnifikan dalam mengurangi pengaruh pemanasan global (global warming) dan perubahan iklim secara global (global climate change). Tanaman kesambi merupakan salah satu tanaman penghasil BBN jenis biodiesel. Tanaman ini termasuk ke dalam jenis tanaman tahunan yang baru berproduksi di atas umur lima tahun. Dalam program pengembangannya, untuk menghindari penggunaan benih yang sifatnya asalan, maka strategi pemuliaan cepat untuk mendapatkan materi unggul dapat dilakukan secara konvensional melalui pendekatan seleksi BPT dan pohon induk dengan metode obervasi. Kebun Induk untuk memperoduksi benih dibangun dari materi‐materi yang diperoleh dari pohon‐pohon induk terpilih.
- ItemMorfologi Tanaman Ganyong (Canna edulis KERR)(Unit Penerbitan dan Publikasi, 2019) Syafaruddin, Syafaruddin; Udarno, Laba; Randriani, Enny; Balai Penelitian Tanaman Industri dan PenyegarDalam upaya mengatasi krisis energi, pemerintah terus berusaha, sehingga pemerintah mengeluarkan Kebijakan Energi Nasional melalui Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2006, yang berisi penyediaan biofuel sebesar 5 % pada tahun 2025 dengan cara memanfaatkan komoditi pertanian sebagai sumber energi alternatif, diantaranya adalah Jarak Pagar dan Kelapa Sawit sebagai penghasil bio diesel untuk substitusi solar. Tanaman tebu, ubi kayu dan sorghum sebagai penghasil bio ethanol untuk substitusi premium. Selain itu pemerintah juga mengeluarkan Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2006, sebagai upaya agar penyelenggara negara baik pusat maupun daerah mendukung program pengembangan energi nabati (bio energy) sebagai bahan bakar lain (bio fuel). Bioenergi didefinisikan sebagai energi yang dapat diperbaharui yang diturunkan dari biomassa yaitu bahan yang dihasilkan oleh mahluk hidup (tanaman, hewan, dan mikroorganisme). Kelebihan dari bioenergi adalah dapat diperbaharui, bersifat ramah lingkungan, dapat terurai, mampu mengeliminasi efek rumah kaca, kontinuitas vahan bakunya terjamin (asalkan kita mau menanam, budidaya dan memelihara ternak). Tanaman lain yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi alternatif adalah ganyong (Canna edulis KERR.) dimana ganyong termasuk kedalam jenis energi nabati (bio‐energy) yaitu energi nabati yang dihasilkan dari proses fotosintesis, kemudian melalui rantai makanan dibawa ke energi akhir.
- ItemPLASMA NUTFAH DAN PEMULIAAN ILES‐ILES (Amorphophallus spp.)(Unit Penerbitan dan Publikasi, 2019) Ajijah, Nur; Setiyono, Rudi T; Balai Penelitian Tanaman Industri dan PenyegarIles‐iles (Amorphophallus spp) merupakan tanaman umbi‐umbian asli Indonesia yang termasuk famili Araceae. Amorphophallus merupakan genus yang besar dengan jumlah spesies lebih dari 170 spesies, 20 diantaranya terdapat di Indonesia dan 9 spesies terdapat di Jawa. Hasil karakterisasi morfologi ditemukan adanya 8 bentuk variasi morfologi pada A. onchopyllus, 16 bentuk variasi morfologi pada A. campanulatus dan 7 bentuk variasi morfologi pada A. variabilis. Hasil analisis kekerabatan yang dilakukan terhadap 50 aksesi A. muelleri yang ada di Jawa menunjukkan adanya keragaman genetik namun lebih rendah dibandingkan pada A. titanum. Secara umum keragaman genetik dari kultvar dan landrace Amorphophallus yang ada sangat terbatas. A. campanulatus var. sylvestris memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai bahan baku penghasil bioenergi karena memiliki kandungan pati yang lebih tinggi namun tidak dipergunakan sebagai sumber pangan. Sedangkan A. campanulatus var. hortensis sekalipun memiliki kandungan pati yang tinggi namun dipergunakan sebagai bahan pangan. Program pemuliaan Amorphophallus yang ada sekarang ditujukan untuk mengembangkan kultivar dengan kandungan asam oksalat yang rendah, kandungan mannan yang tinggi, produksi tinggi dan berumur genjah. Apabila akan dikembangkan sebagai tanaman sumber energi baru (bioetanol) maka program pemuliaan tanaman iles‐iles sebaiknya diarahkan untuk menghasilkan varietas dengan kandungan pati yang tinggi. Program pemuliaan lainnya yang harus dikembangkan adalah peningkatan keragaman genetik baik melalui persilangang antar spesies maupun mutasi.
- ItemPlasma Nutfah Dan Penyebaran Kemiri(Unit Penerbitan dan Publikasi Balittri, 2019) Balittri; EA, M. Hadad; Supriadi, Handi; Balai Penelitian Tanaman Industri dan PenyegarTanaman kemiri (Aleurites moluccana Willd.) merupakan salah satu tanaman perkebunan rakyat dan tersebar luas di seluruh Nusantara. Kacang (kernel) dari buah kemiri digunakan sebagai bahan makanan, obat tradisional dan kosmetik. Kandungan minyaknya tinggi sekitar 52 %. Pemakaian dalam negeri jauh melebihi ekspor. Tanaman kemiri dibudidayakan pada berbagai tipe tanah, topografi 0‐1200 m dpl dan tipe iklim, mudah tumbuh dan cepat besar. Oleh karena itu digunakan untuk reboisasi, penghijauan, pencegahan erosi dan sebagainya. Panen buah kemiri mudah, dengan mengumpulkan buah yang jatuh sendiri dan petik dengan galah. Pembuahannya menyerbuk silang. Oleh sebab itu perlu dilakukan seleksi pohon induk untuk memperoleh varietas berproduksi dan mutu tinggi. Salah satu masalahnya adalah, belum memiliki varietas unggul, perkecambahan benih yang lambat, teknologi pemecahan kulit biji yang menghasilkan kacang yang utuh dan gangguan benalu.
- ItemPROSPEK DAN KELAYAKAN USAHATANI NYAMPLUNG (Calophyllum inophyllum LINN.)(Unit Penerbitan dan Publikasi, 2019) Hasibuan, Abdul Muis; Balai Penelitian Tanaman Industri dan PenyegarPenggunaan bahan bakar nabati untuk memenuhi konsumsi energi merupakan salah satu alternatif yang dapat ditempuh dalam upaya menghadapi krisis energi dan lingkungan yang terjadi belakangan ini. Nyamplung merupakan salah satu tanaman yang banyak tersebar di berbagai wilayah di Indonesia dan memiliki potensi yang sangat besar sebagai sumber bahan bakar nabati. Nyamplung memiliki potensi produksi biji 20 ton/ha dengan rendemen minyak 40 – 73 persen. Tanaman nyamplung tumbuh dan tersebar merata secara alami di Indonesia, regenerasi mudah dan berbuah sepanjang tahun menunjukkan kemampuan daya survival yang tinggi terhadap lingkungan, tanaman ini relatif mudah dibudidayakan baik melalui hutan tanaman sejenis (monoculture) atau hutan campuran (mixedforest), cocok tumbuh di daerah beriklim kering, permudaan alami banyak, dan berbuah sepanjang tahun, hampir seluruh bagian tanaman nyamplung berdayaguna dan menghasilkan bermacam produk yang memiliki nilai ekonomi, tegakan hutan nyamplung berfungsi sebagai 3 wind breaker/perlindungan untuk tanaman pertanian dan konservasi sempadan pantai, Pemanfaatan biofuel nyamplung dapat menekan laju penebangan pohon hutan sebagai kayu bakar. Indonesia memiliki lahan yang potensial untuk ditanami nyamplung seluas 480.700. Jika dilihat dari aspek kalayakan, usahatani nyamplung yang ditanam secara monokultur maupun tumpangsari dengan kacang tanah sangat layak dan menguntungkan untuk diusahakan sesuai dengan kriteria – kriteria kelayakan investasi. Demikian juga dengan pengolahan biodiesel dari minyak nyamplung sangat layak dan menguntungkan untuk diusahakan. Berbagai keunggulan dan prospek nyamplung sebagai sumber biodiesel dalam upaya mengatasi krisis energi dan lingkungan yang terjadi perlu mendapat dukungan dan aksi nyata dari pihak – pihak terkait sehingga pengembangan nyamplung bisa berjalan dengan baik.
- ItemProspek Ekonomi Budidaya Ganyong (Canna edulis KERR) Sebagai Sumber Pangan Dan Bahan Bakar Nabati(Unit Penerbitan dan Publikasi, 2019) Ammatillah, Chery Soraya; Hasibuan, Abdul Muis; Balai Penelitian Tanaman Industri dan PenyegarGanyong merupakan umbi‐umbian yang berprospek cerah untuk dikembangkan, baik sebagai tanaman pangan maupun sebagai sumber biodiesel. Tanaman ini memiliki kegunaan yang cukup banyak, yaitu dapat dijadikan sebagai bahan pangan dengan mengolahnya lebih dulu atau untuk diambil patinya. Sisa umbinya yang tertinggal setelah diambil patinya dapat digunakan sebagai kompos. Sedangkan pucuk dan tangkai daun muda dapat dipakai untuk pakan ternak. Bunga daunnya yang cukup indah juga dapat dimanfaatkan sebagai tanaman hias. Selain itu, ganyong juga sangat prospektif untuk digunakan sebagai bahan baku bioetanol. Tanaman memiliki kandungan kadar pati yang tinggi berkisar 39,36 ‐ 52,25%, dimana pati tersebut memiliki kadar karbohidrat 80% yang dapat difermentasi menjadi etanol. Namun, pengembangan ganyong sebagai bahan baku bioetanol memiliki kendala antara lain persaingan dengan fungsinya sebagai bahan diversifikasi pangan. Namun demikian, tanaman ini memiliki prospek yang cukup cerah untuk diusahakan baik untuk bahan sumber diversivikasi pangan, maupun sumber bahan bakar nabati bioetanol. Tanaman ini juga berpeluang sebagai sumber penghasilan tambahan bagi petani dan untuk meningkatkan ekonomi warga pedesaan. Untuk itu, pengembangan tanaman ini layak menjadi perhatian para pengambil kebijakan.
- ItemSerangga dan Penyakit yang Berasosiasi dengan Tanaman Kesambi {Schleichera oleosa (LOUR.) Oken}(Unit Penerbitan dan Publikasi Balittri, 2019) Trisawa, Iwa Mara; Taufiq, Efi; Balai Penelitian Tanaman Industri dan PenyegarSerangga herbivor pada tanaman kesambi terdiri dari serangga perusak dan berguna. Serangga perusak (hama) adalah penggerek cabang Xyleborus spp. (Coleoptera: Scolytidae) dan pengisap biji Serinetha augur (Hemiptera: Coreidae), sedangkan serangga berguna yang bersifat komersial adalah kutu lak Laccifer lacca (Homoptera: Kerridae). Kedua jenis hama memiliki potensi merusak bahkan Xyleborus spp.dapat mematikan tanaman, terutama pada tanaman muda. Ekobiologi dan cara pengendalian hama tersebut belum banyak diteliti, sehingga informasi yang ada sangat terbatas. Perlu penelitian yang komprehensif terhadap berbagai aspek kehidupan hama kesambi termasuk teknologi pengendaliannya. Teknologi baru yang diperoleh dari hasil penelitian dapat digunakan untuk memperbaiki implementasi pengendalian. Hal yang sama terhadap L. lacca, tetapi lebih ditujukan dalam upaya pemanfaatan dan pengembangannya. Beberapa penyakit yang sudah merupakan problem pada pertanaman kesambi di India adalah Hawar pada batang dan daun di pembibitan, busuk kuning bergabus, busuk putih spons, dan busuk putih fiber. Patogen umumnya dari kelompok Basidiomycetes dari famili Polyporaceae, Genus Rosellinia, Polyporus, Daedalea, Hexagonia, dan Irpex. Kerusakan akibat penyakit belum banyak dilaporkan, namun apabila tanaman terserang berat, efeknya sangat merugikan, karena mutu kayu akan rendah karena terjadi perubahan struktur kayu dan tanaman mudah roboh atau patah.