Jurnal
Permanent URI for this community
Browse
Browsing Jurnal by Subject "A Agriculture/Pertanian::A50 Agricultural research/Penelitian Pertanian"
Now showing 1 - 20 of 23
Results Per Page
Sort Options
- ItemALELOPATI PADA POLATANAM KOPI DAN TEKNIK PENGENDALIAN SERTA PROSPEK PEMANFAATANNYA(PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERKEBUNAN, 2014-08) Supriadi, Handi; Tjahjana, Bambang EkaBudidaya tanaman kopi saat ini ditekankan pada peningkatan produktivitas lahan diantara tanaman kopi yaitu dengan menerapkan sistem polatanam kopi dengan tanaman lain yang bernilai ekonomi tinggi, baik sebagai penaung maupun tanaman sela. Agar penerapan polatanam kopi mencapai hasil yang optimal, maka perlu dikaji aspek alelopati pada setiap tanaman yang akan ditumpang sarikan. Senyawa alelopati yang dihasilkan oleh tanaman kopi maupun tanaman lain, selain berpengaruh buruk terhadap tanaman lain, juga dapat merusak tanaman penghasil senyawa alelopati itu sendiri yang disebut dengan autotoksik, namun disisi lain terdapat senyawa alelopati yang dapat memacu pertumbuhan tanaman lain. Senyawa alelopati berpeluang untuk dimanfaatkan sebagai herbisida maupun pestisida alami, yang ramah terhadap lingkungan. Penggunaan kompos dengan bahan organik, pupuk organik, pupuk magnesium sulfat, mikroba tanah, dan polatanam dengan tanaman aromatik seperti menta, selasih, oregano, dan sage dapat menurunkan tingkat toksisitas senyawa alelopati.
- ItemBIOLOGI BUNGA DUA VARIETAS GAMBIR (Uncaria gambir Hunter)(Roxb) DI KEBUN PAKUWON(PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERKEBUNAN, 2013-08) Udarno, Laba; Setiyono, Rudi TAspek-aspek biologi bunga seperti stuktur bunga, waktu bunga mekar, kemasakan stigma dan masa reseptif stigma merupakan aspek penting dalam hal melakukan persilangan. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui waktu yang tepat dalam persilangan bunga gambir. Bahan yang digunakan adalah 20 klaster bunga tanaman gambir tipe Cubadak dan Udang umur 3 tahun yang ada di KP. Pakuwon pada bulan Januari sampai Juli 2011. Pengamatan yang dilakukan meliputi stuktur bunga, waktu bunga mekar, kemasakan stigma dan viabilitas serbuk sari baik secara langsung di lapangan maupun di laboratorium secara mikroskopis menggunakan mikroskop merk Olympus BX 41 dan camera Olympus DP 20. Hasil tahap perkembangan biologi bunga gambir dari awal inisiasi bunga sampai menjadi buah membutuhkan waktu 116 hari setelah antesis. Bunga gambir struktur bunga majemuk tak terbatas, yang mempunyai susunan acropetal dan harmaprodit. Waktu masak bunga jantan dan bunga betina pada tanaman gambir bersamaan sehingga sebelum melakukan persilangan antar varietas, harus dilakukan kastrasi organ kelamin jantan.
- ItemKAJIAN SIFAT AGRONOMIS BENIH JAMBU METE ASAL BIJI DAN SAMBUNG PUCUK(PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERKEBUNAN, 2013-08) Saefudin; Ferry, YuliusProduktivitas tanaman jambu mete dipengaruhi oleh jenis bahan tanam yang digunakan. Bahan tanam dapat berupa bibit asal biji (seedling) maupun hasil sambung pucuk (grafting). Jambu mete tergolong tanaman menyerbuk silang yang sifatnya sangat heterozigot, sehingga keturunan tanaman asal biji secara teoritis akan menunjukkan sifat-sifat agronomis yang beragam. Penggunaan benih asal sambung pucuk ( grafting) diduga akan menghasilkan pertanaman lebih seragam dan mampu mempertahankan sifat induknya. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Cikampek, pada bulan mei - juli 2012, bertujuan untuk membandingkan sifat agronomis jambu mete yang berasal dari benih seedling dan grafting di lapangan. Percobaan disusun dalam rancangan acak kelompok dengan tiga ulangan. Perlakuan yang diuji adalah asal benih, yaitu tanaman asal biji ( seedling) dan asal sambung pucuk (grafting) dari dua aksesi W-9 dan W-16 pada tanaman umur 2 tahun. Setiap plot terdiri dari 4 tanaman. Parameter pengamatan terdiri dari tinggi tanaman, diameter batang, jumlah cabang, lebar tajuk, panjang daun, lebar daun, luas daun, persentase pohon berbunga, jumlah cabang bunga/tandan, jumlah bunga betina/tandan, panjang bunga dan lebar bunga. Untuk membedakan nilai rata-rata pengamatan digunakan uji BNT taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sifat agronomis tanaman jambu mete benih asal seedling dan grafting berbeda. Benih asal grafting pertumbuhannya relatif pendek dan tajuknya melebar dibandingkan dengan benih asal seedling. Sifat pembungaan tanaman jambu mete asal benih grafting lebih cepat dengan jumlah bunga betina lebih banyak sedangkan tanaman asal seedling lebih lambat berbunga dan jumlah bunga betina sedikit, tetapi memiliki ukuran bunga yang lebih besar.
- ItemKARAKTERISASI MORFOEKOTIPE POHON INDUK JAMBU METE DI FLORES TIMUR(PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERKEBUNAN, 2013-12) Supriadi, Handi; RusliKabupaten Flores Timur (Flotim) merupakan salah satu sentra produksi jambu mete di Indonesia. Penggunaan benih yang asalan meyebabkan produksi jambu mete di daerah ini masih tergolong rendah. Salah satu upaya untuk mengatasi masalah tersebut adalah melalui penggunaan benih unggul yang dapat beradaptasi dengan kondisi lingkungan sub optimal. Penelitian yang bertujuan untuk mengevaluasi karakteristik morfologi pohon induk jambu mete terpilih dan lingkungan tumbuhnya di Kabupaten Flotim dilakukan pada tahun 2011 dengan metode survey dan observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 15 pohon induk jambu mete terpilih di Flores Timur memenuhi syarat untuk dijadikan sebagai sumber benih di daerah yang beriklim sedang.
- ItemKARAKTERISTIK MUTU DAN CITARASA KOPI ROBUSTA KLON BP 42, BP 358 DAN BP 308 ASAL BALI DAN LAMPUNG(PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERKEBUNAN, 2015-08) Purwanto, Eko Heri; Rubiyo; Towaha, JuniatyProduksi kopi Indonesia hingga saat ini masih didominasi jenis Robusta. Kopi Robusta sering dinilai sebagai kopi kelas dua setelah Arabika dan mempunyai harga yang lebih murah, namun paling luas penanamannya. Mengingat kopi Robusta ini mempunyai peranan penting bagi mayoritas pekebun kopi Indonesia, maka diperlukan upaya peningkatan produktivitas dengan menggunakan bahan tanam kopi Robusta yang sesuai dengan kondisi lingkungan kebun dan teknologi budidaya yang tepat. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran karakteristik mutu dan citarasa kopi Robusta klon BP 42, BP 358 dan BP 308 yang ditanam di Bali pada ketinggian + 650 m dpl, dengan iklim B (basah) dan Lampung pada ketinggian + 850 m dpl, dengan iklim A (sangat basah). Hasil penelitian menunjukkan bahwa biji ketiga klon kopi Robusta dari Bali mempunyai nilai mutu dan citarasa yang lebih baik daripada kopi Robusta dari Lampung. Kopi Robusta klon BP 308 dari Bali mempunyai karakteristik mutu paling tinggi dan klon BP 42 dari Bali mempunyai citarasa paling tinggi.
- ItemKEBERHASILAN PERSILANGAN BUATAN ANTAR LIMA KLON KAKAO LINDAK(PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERKEBUNAN, 2013-12) Dani; Rubiyo; Sulistiyorini, IndahBeberapa klon kakao unggul anjuran saat ini masih menunjukkan sifat-sifat yang kurang baik, seperti kurang tahan terhadap serangan hama dan penyakit. Perbaikan sifat tanaman kakao salah satunya dapat melalui persilangan buatan antar klon. Penelitian bertujuan untuk mengetahui keberhasilan persilangan buatan antar kelima klon kakao lindak: ICS 60, UIT 1, Pa 300, Sulbar, dan GC 7. Tiga klon pertama telah dinilai tahan terhadap penyakit busuk buah Phytophthora, sedangkan dua klon lainnya memiliki karakteristik daya hasil tinggi. Rancangan persilangan yang digunakan adalah diallel tidak lengkap. Teknik persilangan buatan melalui penyerbukan menggunakan tangan (hand pollination). Hasil persilangan menunjukkan bahwa persentase pembentukan buah (fruit set) rata-rata hanya sebesar 38,8%. Pada umur satu bulan sejak penyerbukan sebagian buah muda mengering dan rontok yang dikenal dengan fenomena layu pentil (cherelle wilt). Hingga umur tiga bulan sejak penyerbukan persentase buah jadi hanya tinggal 9,18%. Buah yang masih tersisa tersebut dapat bertahan hingga masak panen. Buah kakao yang dipanen mewakili tujuh kombinasi persilangan: (1) Pa 300 x Sulbar (1 buah); (2) Pa 300 x UIT 1 (2 buah); (3) Pa 300 x ICS 60 (1 buah); dan (4) Pa 300 x GC 7 (2 buah); (5) Sulbar x Pa 300 (1 buah); (6) ICS 60 x Pa 300 (1 buah); dan (7) Sulbar x UIT 1 (1 buah).
- ItemKERAGAAN AWAL TANAMAN KARET RAKYAT DAN PENERAPAN TEKNOLOGI BUDIDAYANYA DI KABUPATEN KARIMUN(PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERKEBUNAN, 2014-08) Ferry, Yulius; SamsudinPengembangan tanaman karet di Kabupaten Karimun terus digalakkan, karena perannya tidak hanya untuk meningkatkan perekonomian masyarakat tetapi juga untuk meningkatkan daya dukung lingkungan daerah kepulauan. Penanaman 1.000.000 pohon di Kabupaten Karimun dilakukan dengan menanaman 1.000.000 pohon karet. Pengembangan ini dilakukan dengan menyediaan bibit karet klon unggul dan membagi-bagikannya kepada masyarakat. Lahan pertanian di Kabupaten Karimun terdiri dari berjenis-jenis tanah, mulai dari organosol, podsolik merah kuning sampai pasir kwarsa. Tanaman karet yang diberikan di tanam pada berbagai jenis tanah tersebut. Hasil pengembangan menunjukkan keragaan awal pertanaman karet rakyat di Kabupaten Karimun tahun tanam 2007 dan 2009 menunjukkan pertumbuhan yang beragam terutama pertumbuhan lilit batang. Di Pulau Karimun lilit batang tanaman karet terkisar antara 45,95-49,7 cm (KK= 39,37-43,01%) pada umur 6 tahun dan di Pulau Kundur 27,1-42,05 cm (KK=47,85-62,21%) pada umur 4 tahun. Penerapan teknik budidaya ditingkat petani beragam dan belum sesuai dengan semestinya.Masih ada peluang untuk memperbaiki pertumbuhan tanaman karet rakyat dengan penerepan teknologi budidaya seperti penjarangan tanaman, pemupukan, perbaikan drainase, penanaman tanaman sela dan sebagainya.
- ItemKERAGAAN BEBERAPA POPULASI VARIETAS KOPI ARABIKA LOKAL DI KABUPATEN GARUT(PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERKEBUNAN, 2015-12) Dani; Randriani, EnnyKabupaten Garut merupakan salah satu daerah penghasil kopi di Jawa Barat. Varietas kopi Arabika lokal Garut, yang dikenal dengan istilah kopi Buhun, sudah berkembang sejak jaman kolonial Belanda sehingga produknya sudah dikenal oleh para penggemar dan penikmat kopi (konsumen), baik yang ada di dalam maupun di luar negeri. Pengembangan varietas lokal tersebut harus diimbangi dengan ketersediaan sumber benih yang memenuhi standar fisik, genetis, dan fisiologis. Kegiatan ini bertujuan untuk melakukan identifikasi dan penilaian populasi tanaman kopi Arabika varietas lokal di beberapa lokasi pengembangannya di Kabupaten Garut. Hasil identifikasi menunjukan bahwa terdapat 10 populasi varietas kopi Arabika lokal Garut (tipe Typica) yang terdapat di sembilan lokasi (desa) dalam cakupan lima kecamatan di wilayah Kabupaten Garut. Lokasi-lokasi tersebut berada pada ketinggian 1.000 m dpl sampai 1.350 m dpl. Kondisi pertanaman kopi dalam setiap populasi sangat beragam disebabkan oleh perbedaan umur, kerapatan tanam, dan pemeliharaan tanaman. Dari 10 populasi yang dinilai, salah satu di antaranya dinilai berpotensi menjadi kebun sumber benih, yaitu populasi yang terletak di Kampung Pelag, Desa Sukalilah, Kecamatan Sukaresmi.
- ItemKERAGAAN POHON INDUK CENGKEH DI CIKELET GARUT YANG POTENSIAL SEBAGAI SUMBER BENIH(PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERKEBUNAN, 2013-08) Supriadi, Handi; Dani; Heryana, NanaTanaman cengkeh di Cikelet, Garut kondisinya beragam karena menggunakan benih berupa biji yang berasal dari Bogor, Jawa Barat dan Purwokerto, Jawa Tengah. Dari 885 ha luas areal tanaman cengkeh di Cekelet terdapat beberapa pohon induk yang potensial untuk dijadikan sebagai sumber benih. Untuk mengevaluasi karakteristik morfologi dan fisikokimia minyak atsiri pohon induk cengkeh di daerah ini dilakukan penelitian pada tahun 2010 dan 2011, menggunakan metode survey. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 24 pohon induk cengkeh terpilih di Cikelet memiliki produksi bunga basah 122,25 kg/pohon/tahun. Ukuran bunga lebih besar dengan aroma bunga khas, serta seragam dalam penampilan karakter vegetatif dan generatif tanaman, sehingga potensial untuk dijadikan sebagai sumber benih.
- ItemKERAGAAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) HASIL PERBANYAKAN EMBRIO SOMATIK DI KEBUN PERCOBAAN PAKUWON(PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERKEBUNAN, 2014-12) Randriani, Enny; Dani; Sulistiyorini, IndahTeknik embrio somatik (SE) adalah salah satu alternatif untuk mengatasi permasalahan dalam penyediaan bahan tanaman kakao yang dilakukan secara in vitro. Perbanyakan tanaman dengan SE lebih menguntungkan karena selain memperoleh bibit klonal dalam jumlah massal dengan waktu yang singkat juga diharapkan memiliki variasi somaklonal yang lebih sedikit. Hal ini dikarenakan planlet yang terbentuk berasal dari sel embriogenik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat keragaan tiga klon kakao hasil embriogenesis somatik fase vegetatif. Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Pakuwon, Balai Penelitan Tanaman Industri dan Penyegar pada Juni sampai Agustus 2014. Ketinggian tempat 450 meter di atas permukaan laut, jenis tanah latosol. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok dengan 3 perlakuan tanaman kakao asal SE yaitu ICCRI 03, ICCRI 04, dan Sulawesi 2 yang diulang sebanyak 5 kali. Jarak tanam kakao yang digunakan adalah 3 x 3 m, tahun tanam Desember 2012. Hasil penelitian menunjukkan terdapat keragaman karakter vegetatif yaitu tinggi jorket, diameter batang utama, panjang daun, lebar daun dan panjang tangkai daun. Terdapat varian yang tidak sama karakter flush (daun muda) dengan deskripsi klon referensi yang dijadikan tetua SE. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui penyebab keragaman ini dengan analisis molekuler.
- ItemKERAGAMAN PERTUMBUHAN SETEK SATU RUAS ENAM KLON KOPI ROBUSTA YANG DIPERLAKUKAN DENGAN HORMON TUMBUH ALAMI(PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERKEBUNAN, 2015-04) Dani; Sulistiyorini, Indah; Tresniawati, Cici; RubiyoKopi Robusta (Coffea canephora var. robusta) tergolong tanaman self-incompatible dan sangat heterosigot sehingga pengembangannya disarankan secara poliklonal. Perbanyakan kopi Robusta secara klonal menggunakan teknik setek satu ruas diketahui sangat dipengaruhi oleh genotipe dan interaksinya dengan hormon tumbuh tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaman pertumbuhan setek satu ruas antar enam klon kopi Robusta yang diperlakukan dengan hormon tumbuh alami. Setek satu ruas dari enam klon kopi robusta, BP 534, BP 436, BP 42, BP 358, BP 308, RBGN 371, diperlakukan dengan hormon tumbuh alami air kelapa dan urin sapi (konsentrasi 5%, 10%, 15%, dan 20%) sebelum ditanam di persemaian. Perlakuan disusun dalam rancangan acak kelompok faktorial dengan dua faktor, yaitu perbedaan klon dan perlakuan hormon tumbuh alami. Masing-masing perlakuan terdiri atas 6 ulangan dan masing-masing ulangan terdiri dari 16 setek. Variabel keberhasilan dan pertumbuhan setek yang diamati meliputi persentase setek yang hidup, persentase setek berakar, persentase setek berkalus, jumlah akar, panjang akar, tinggi bibit (diukur dari pangkal setek), dan tinggi tunas. Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh perbedaan klon terhadap keberhasilan dan pertumbuhan setek satu ruas kopi Robusta. Tidak terdapat interaksi antara klon dengan hormon tumbuh alami yang diaplikasikan. Variasi hormon tumbuh alami (air kelapa dan urin sapi) yang digunakan tidak menunjukkan pengaruh terhadap seluruh variabel yang diamati kecuali persentase setek berkalus.
- ItemMODEL SIMULASI PEMANFAATAN EMPAT KOMODITAS PERKEBUNAN SEBAGAI SUMBER BAHAN BAKU BIODIESEL UNTUK PEMENUHAN TARGET KONSUMSI BIODIESEL NASIONAL(PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERKEBUNAN, 2013-04) Hasibuan, Abdul Muis; Sayekti, Apri LailaIndonesia memiliki sumberdaya yang sangat besar sebagai penghasil biodiesel untuk mengatasi krisis energi yang bersumber dari bahan bakar fosil. Makalah ini disusun untuk menyusun simulasi skenario pemenuhan kebutuhan biodiesel dari empat komoditas perkebunan (kelapa sawit, kemiri minyak, jarak pagar dan nyamplung). Data yang digunakan dalam penyusunan artikel ini adalah data sekunder dan dianalisis dengan model sistem dinamis. Hasil analisis menunjukkan bahwa target penggunaan biodiesel sebesar 5 persen dari konsumsi solar dapat dipenuhi dari komoditas jarak pagar, kelapa sawit, kemiri minyak dan nyamplung. Simulasi kebijakan pengurangan laju pertumbuhan penduduk menjadi 0,5 persen per tahun dan penghematan energi sebesar 10 persen dapat mengurangi kebutuhan energi secara signifikan, termasuk jumlah biodiesel yang harus dipenuhi untuk memenuhi target konsumsi tersebut. Penerapan kebijakan yang disimulasikan tersebut juga berpotensi untuk meningkatkan proporsi biodiesel dalam pemenuhan konsumsi solar.
- ItemPELUANG PENGEMBANGAN KAKAO PADA PERKEBUNAN KELAPA DALAM DI KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA, KALIMANTAN TIMUR(PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERKEBUNAN, 2015-12) Samsudin; Tjahyana, Bambang EkaPenggunaan lahan pada perkebunan kelapa dalam kurang efesien, karena hanya menggunakan 20% dari lahan yang tersedia. Pengembangan komoditas kakao sebagai tanaman sela diantara pohon kelapa dalam sangat menguntungkan baik secara ekonomi maupun lingkungan. Kajian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan pengembangan komoditas kakao sebagai tanaman sela pada perkebunan kelapa dalam di Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), Provinsi Kalimantan Timur. Kajian dilakukan di empat kelurahan yang berada di wilayah Kecamatan Penajam, yaitu: Kelurahan Kampung Baru, Seloloan, Pejala dan Tanjung Tengah, pada bulan Oktober 2012. Hasil kajian terhadap potensi lahan dan curah hujan menunjukkan bahwa lahan di lokasi penelitian sangat baik untuk pengembangan komoditas kakao dengan kisaran kesesuaian lahan kelas S1 dan S2. Berdasarkan komposisi perkebunan yang ada di lokasi, maka pengembangan komoditas kakao yang dijadikan tanaman sela pada perkebunan kelapa dalam dinilai paling ekonomis. Lahan perkebunan kelapa dalam di Kebupaten PPU seluas 4.823 hektar dengan rata-rata jarak tanam 6 x 6 meter, maka apabila diintegrasikan dengan tanaman kakao dengan jarak tanam 6 x 3 meter akan diperoleh populasi kakao sebanyak 550 pohon/hektar atau setara dengan luas areal tanam sekitar 2.400 hektar.
- ItemPENAMPILAN FISIK BUAH DAN BIJI AKIBAT INFESTASI HAMA PENGGEREK BUAH PADA SEPULUH KLON KOPI ROBUSTA(PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERKEBUNAN, 2014-04) Purwanto, Eko Heri; Aunillah, Asif; Wardiana, EdiSalah satu faktor yang menjadi penyebab menurunnya produksi dan mutu kopi adalah karena adanya infestasi hama penggerek buah kopi (PBKo), Hypothenemus hampei (Coleoptera: Curculionidae: Scolytidae). Buah kopi yang terserang hama ini akan menjadi rusak serta akan menurun ukuran dan bobot bijinya. Penelitian ini dilakukan di Kebun Percobaan milik Pusat Penyuluhan Kopi di Lampung Barat, pada ketinggian tempat ± 800 m dpl dengan jenis tanah Latosol dan tipe iklim A menurut Schmidt dan Fergusson, mulai bulan Juni sampai Juli 2012. Tujuannya adalah untuk mengetahui penampilan komponen fisik buah dan biji kopi akibat adanya infestasi hama PBKo, serta mengidentifikasi keragaman tingkat infestasi hama PBKo pada 10 klon unggul kopi Robusta. Metode yang digunakan adalah observasi terhadap 10 klon kopi Robusta BP 534, BP 436, BP 936, BP 939, BP 288, BP 234, BP 935, BP 42, BP 397, dan BP 913, dengan teknik penentuan contoh buah secara acak sederhana. Peubah yang diukur adalah komponen fisik buah dan biji serta tingkat infestasi hama PBKo. Analisis data dilakukan dengan metode analisis ragam satu arah, analisis regresi, dan analisis diskriminan. Hasil penelitian menunjukkan pada populasi buah yang dipanen matang (buah merah), penurunan ukuran panjang, tebal, bobot segar dan kering buah dan biji, serta rendemen biji kopi Robusta secara nyata dipengaruhi oleh hama PBKo pada tingkat infestatsi 50-62% (klasifikasi D). Persentase buah terinfestasi hama PBKo sebesar 50-62% (klasifikasi D) didominasi oleh klon BP 234, sedangkan infestasi sebesar 24-36% (klasifikasi B) didominansi oleh klon BP 534 dan BP 939.Tidak ada satu klon pun yang secara dominan masuk ke dalam klasifikasi A (10-23%) maupun C (37-49%).
- ItemPENGEMBANGAN ENERGI ALTERNATIF BIOHIDROGEN BERBASIS BIOMASSA LIMBAH KAKAO DAN KOPI(PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERKEBUNAN, 2014) Wibowo, Nendyo Adhi; Tjahjana, Bambang EkaSeiring dengan pencarian sumber bahan alternatif untuk memproduksi hidrogen, maka saat ini dikembangkan produksi hidrogen dari biomassa yang salah satunya bersumber dari limbah-limbah perkebunan khususnya limbah kakao dan kopi. Keunggulan dari biohidrogen ini adalah dapat dihasilkan dari bahan yang dapat diperbaharui, ramah lingkungan, hasil pembakaran berupa uap air yang tidak menyebabkan efek rumah kaca, hujan asam dan merusak lapisan ozon. Selain itu proses produksi dapat berlangsung pada tekanan dan suhu ruang, biaya produksi lebih rendah dan dapat memanfaatkan limbah hasil perkebunan yang digunakan sebagai substrat. Salah satu upaya mencari bahan baku yang lebih murah dalam produksi biohidrogen adalah menggunakan limbah perkebunan yang dapat dikonversi menjadi glukosa. Limbah kakao mengandung 14,58% selulosa, 4,32% lignin, dan 10,35% kadar air, Sedangkan kulit gelondong kopi kering terdiri atas 12,4% gula reduksi, 2.02% gula non pereduksi, dan lendir kering kopi mengandung 30% gula pereduksi, 17% selulosa. Limbah kakao dapat dihidrolisis secara kimiawi maupun biologi untuk menghasilkan gula reduksi seperti glukosa dan xylosa. Glukosa dan xylosa yang diperoleh dari proses hidrolisis dapat difermentasi lebih lanjut untuk menghasilkan hidrogen. Produksi hidrogen melalui proses non-fotosintetik memiliki beberapa keuntungan antara lain tidak memerlukan cahaya matahari sehingga bisa berlangsung sepanjang hari.
- ItemPOTENSI BAKTERI ENDOFIT MENGENDALIKAN NEMATODA PARASIT PADA TANAMAN KOPI(PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERKEBUNAN, 2013-12) Harni, RitaKopi merupakan komoditas perkebunan yang mempunyai nilai ekonomi tinggi. Kendala dalam budidaya tanaman kopi adalah adanya serangan nematoda parasit tanaman yaitu Pratylenchus coffeae dan Radopholus similis. Serangan OPT ini dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman terganggu dan menurunkan produksi baik kuantitas maupun kualitas. Gejala serangan nematoda pada tanaman kopi adalah pertumbuhan terhambat, daun-daun menguning, layu dan gugur, cabang-cabang samping tidak tumbuh. Gejala pada akar terdapat luka-luka (root lesion) yang berwarna coklat kehitaman dan akhirnya akar menjadi busuk. Serangan nematoda dapat menyebabkan penurunan produksi sampai 57%, sedangkan serangan R. similis bersama-sama dengan P. coffeae pada kopi Arabika dapat mengakibatkan kerusakan 80% dan tanaman akan mati pada umur kurang dari 3 tahun. Pengendalian nematoda pada tanaman kopi dianjurkan mengunakan teknologi yang ramah lingkungan diantaranya mengunakan bakteri endofit. Pengunaan bakteri endofit untuk mengendalikan nematoda pada tanaman kopi potensinya sangat menjanjikan, karena bakteri endofit mampu sebagai agens biokontrol, dan pemacu pertumbuhan. Cara isolasi, perbanyakan dan aplikiasinya sangat mudah.
- ItemPROSPEK PENGEMBANGAN ILES-ILES (Amorphophallus muelleri Blume) SEBAGAI UPAYA DIVERSIFIKASI PANGAN DI INDONESIA(PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERKEBUNAN, 2015-04) Rokhmah, Nur Rokhmah; Supriadi, HandiKonsumsi bahan pangan pokok yang banyak tergantung pada beras menyebabkan Indonesia banyak mengimpor beras. Untuk mengatasi masalah tersebut perlu dikembangkan bahan pangan lokal yang dapat mensubtitusi beras dan dapat dibudidayakan dengan mudah. Iles-iles merupakan bahan pangan lokal Indonesia yang mudah dibudidayakan dan olahan iles-iles mengandung karbohidrat cukup tinggi serta mengandung glukomanan yang baik untuk kesehatan sehingga cocok digunakan sebagai bahan pangan pokok. Kendala pengembangan iles-iles antara lain belum banyak dikenal oleh petani dan masyarakat, adanya asam oksalat dan kalsium oksalat penyebab gatal dan rasa pahit pada umbi iles-iles yang belum tertangani dengan baik, serta siklus hidup iles-iles cukup lama yang menyebabkan ketersediaan bahan baku secara kontinyu tidak terpenuhi. Pengembangan tanaman iles-iles disarankan lebih mengarah pada pemanfaatan lahan di bawah tegakan hutan dan memerlukan peran aktif berbagai pihak.
- ItemREHABILITASI KAKAO RAKYAT DENGAN SAMBUNG SAMPING(PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERKEBUNAN, 2014-04) Tjahjana, Bambang Eka; Sobari, IingBiaya yang cukup besar dan waktu yang lebih lama akibat rehabilitasi tanaman lama dengan mengganti tanaman baru sangat sulit dilakukan petani. Salah satu solusinya adalah rehabilitasi melalui teknik sambung samping dengan menggunakan klon-klon produktivitas tinggi sebagai batang atas atau entres. Beberapa kunci untuk keberhasilannya adalah entres dari klon unggul yang jelas identitasnya, batang bawah masih sehat, perawatan khususnya pemotongan batang bawah, pemupukan dan pengendalian hama/penyakit dilakukan sesuai standar teknis. Untuk menerapkan teknologi sambung samping harus memperhatikan beberapa faktor yaitu: kompatibilitas batang atas dengan batang bawah, faktor lingkungan dan nutrisi pada tanaman.
- ItemSELEKSI KARET ALAM ASAL BIJI TERHADAP PRODUKSI LATEKS DI LAMPUNG UTARA(PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERKEBUNAN, 2014-04) Setiyono, Rudi TSeleksi yang dilakukan di kebun produksi karet alam asal biji milik petani di Lampung Utara yang berumur lebih dari 13 tahun bertujuan untuk mencari/memperoleh nomor pohon terpilih yang memiliki potensi produksi lateks tinggi. Seleksi dilakukan pada kebun petani seluas 2 ha, metoda seleksi menggunakan metode survei dengan penarikan sampel secara purposive sampling, yaitu pengambilan sampel secara sengaja dengan pertimbangan sampel/pohon yang terpilih memiliki produksi lateks yang tinggi. Diperoleh sebanyak 30 tanaman/pohon yang diduga memiliki produksi lateks tinggi. Parameter yang diamati meliputi produksi lateks/pohon/bulan dengan interval sadap 1-2 hari sekali, lingkar batang, tebal kulit, panjang dan lebar daun, luas daun dan panjang tangkai daun. Hasil produksi lateks diperoleh berkisar antara 334-9800 g/pohon/bulan, sedangkan pembanding klon GT 1 hasil okulasi diperoleh lateks 1575 g/pohon/bulan. Nomor pohon terpilih HB 005; HB 022; HB 025; HB 004; HB 024; HB 010; dan HB 002 memiliki produksi lateks masing–masing 9800 ; 8425; 7275; 6175; 4800; 3200; dan 3150 g/pohon/bulan sedangkan GT 1 hasil okulasi 1575 g/pohon/bulan. Nomor pohon terseleksi HB 002; HB 004; HB 005; HB 022 memiliki lingkar batang tanaman yang lebih lebar dibanding klon GT 1. Nomor pohon terseleksi HB 005; HB 004; dan HB 002 memiliki karakter tebal kulit masing-masing 15 mm, 15 mm, dan 17 mm, sedangkan pembanding GT 1 memiliki tebal kulit 6 mm.
- ItemSELEKSI PLASMA NUTFAH KOPI ROBUSTA DI DESA BODONG, KECAMATAN SUMBER JAYA, KABUPATEN LAMPUNG BARAT(PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERKEBUNAN, 2014-08) Setiyono, Rudi T; Udarno, LabaSalah satu cara untuk mendapatkan varietas unggul adalah dengan seleksi. Seleksi dilakukan pada koleksi plasma nutfah hasil eksplorasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan keragaman genetik plasma nutfah. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Bodong, Kecamatan Sumber Jaya, Kabupaten Lampung Barat, mulai Januari sampai Desembar 2013. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling, yaitu dengan cara memilih individu tanaman kopi yang berbeda penampilan. Metode pengambilan contoh maupun data dilakukan secara acak (random). Masing-masing aksesi terpilih diamati karakter jumlah percabangan primer, jumlah dompol per cabang, jumlah buah per dompol, potensi produksi per ha. Hasil eksplorasi diperoleh 15 nomor aksesi plasma nutfah kopi robusta. Keragaman genetik untuk karakter kuantitatif antara lain jumlah percabangan primer berkisar antara 3 – 12 dompol per percabangan primer; jumlah buah per dompol 12 – 25 buah per dompol. Hasil seleksi sementara ada lima nomor aksesi yang memiliki potensi produksi tinggi yaitu nomor aksesi Coro 0403; Coro 0415; Coro 0406; Coro 0407; dan Coro 0410 yaitu masing – masing 1600 kg/ha; 2112 kg/ha; 1496 kg/ha; 1400 kg/ha; dan 1440 kg/ha. Kopi Robusta bersifat menyerbuk silang, perlu penelitian lebih lanjut kompatibilitas antara kelima nomor aksesi,untuk setiap kondisi lingkungan berbeda. Komposisi nomor aksesi memiliki pasangan yang saling sesuai, sehingga nomor aksesi tersebut dapat digabung menjadi satu komposisi yang sesuai.