Perkebunan
Permanent URI for this community
Browse
Browsing Perkebunan by Issue Date
Now showing 1 - 20 of 382
Results Per Page
Sort Options
- ItemBudidaya Coklat(1978) Departemen Pertanian Balai informasi Pertanian ITBDalam upaya meningkatkan pendapatan petani serta untuk menunjang program pemerintah guna meningkatkan komoditi ekspor non migas, di daerah Nusa Tenggara Barat dewasa ini telah mulai dirintis upaya pengembangan tanaman coklat. Luasnya lahan berpotensi, harga jual beli coklat yang tinggi serta laju permintaan pasar yang kian meningkat pertanda prospek cerah bagi tanaman coklat yang sekaligus akan mendorong petani untuk mengusahakannya. Disadari bahwa petunjuk praktis yang berkenaan dengan budidaya coklat sangat terbatas, karena itulah Balai lnformasi Pertanian Nusa Tenggara Barat membantu memenuhi kebutuhan tersebut melalui penerbitan Brosur yang diberi judul " Budidaya Coklat "
- ItemBudidaya Tanaman Coklat(BPTP Kalteng, 1987) BPTP KaltengTanaman Coklat baru mulai dikembangkan di Kalimantan Tengah sejak tahun 1981. Pada tahun 1986 tercatat seluas 1.319 Ha yang terdapat di Muara Teweh Kabupaten Barito Utara dan Pujon - Kabupaten Kapuas. Sebenarnya tanaman Coklat yang berasal dari Amerika telah dimasukkan ke Indonesia oleh orang Spanyol pada tahun 1560, dan pada tahun 1870 mulai diusahakan secara perkebunan. Produksi Coklat Indonesia sendiri sangat kecil, kurang dari 1% produk coklat dunia
- ItemEfikasi Beberapa Insektisida Terhadap Ulat Kenari Cricula trifenestrata Helf.(Balittro, 1987-06-02) Munaan, Amri; Balittro-
- ItemTumbuhan Obat Famili Zingiberaceae(Puslitbangtri, 1991-08-03) Darwis-SN; Indo, Madjo; Hasiyah, Siti; Balittro
- ItemBaku Operasional Pengendalian Terpadu Penyakit Karat Daun Kopi Hemileia vastatrix B. et Br.(Direktorat Bina Perlindungan Tanaman Perkebunan, 1992) Direktorat Bina Perlindungan Tanaman Perkebunan; Direktorat Bina Perlindungan Tanaman Perkebunan
- ItemBaku Operasional Pengendalian Hama Terpadu (PHT) Ulat Kipat (Cricula trifenestrata) Pada Tanaman Jambu Mete(Direktorat Bina Perlindungan Tanaman Perkebunan, 1992-12) Direktorat Bina Perlindungan Tanaman Perkebunan; Direktorat Bina Perlindungan Tanaman PerkebunanBaku Operasional Pengendalian Hama Terpadu (BO-PHT) Ulat Kipat (Cricula trifenestrata), pemakan daun tanaman jambu mete, merupakan pedoman dan sekaligus petunjuk teknis bagi para petugas di lapangan dalam usaha menanggulangi serangan hama utama pada tanaman jambu mete. Pengendalian hama tersebut dapat dilaksanakan secara terpadu dan diharapkan petani dapat melaksanakannya secara tepat dan membudaya, guna melindungi tanaman dari kerugian hasil sehingga pendapatan petani jambu mete lebih meningkat.
- ItemUsahatani Panili(Pusat Perpustakaan Pertanian dan Komunikasi Penelitian, 1993) Salim, FaridaTanaman panili merupakan jenis tanaman anggrek, termasuk keluarga Orchidaceae. Spesies panili yang paling banyak diusahakan di Indonesia adalah Vanilla planifolia. Tanaman panili bukan tanaman asli Indonesia, meskipun sudah lama dikembangkan di Indonesia. Bahkan sebelum Perang Dunia II, panili Indonesia terkenal di dunia karena mutunya baik. Kadar vanilin buah panili Indonesia cukup tinggi, yaitu sekitar 2,75%, sedikit di bawah panili Bourbon (2,90%). Kadar vanilin buah panili dari Meksiko 2,10%, dari Amerika Selatan 2,56%, dari Madagaskar 2,60%, dan dari Tahiti 2,02%. Dewasa ini di pasar internasional ada dua jenis mutu panili, yaitu panili mutu rendah (jenis EP) dan panili mutu baik (’’whole” ).
- ItemBaku Operasional Pengendalian Terpadu Hama Kumbang Kelapa (Oryctes rhinoceros L.)(Direktorat Bina Perlindungan Tanaman Perkebunan, 1993) Direktorat Bina Perlindungan Tanaman Perkebunan; Direktorat Bina Perlindungan Tanaman Perkebunan
- ItemBudi Daya Kapas(Pusat Perpustakaan Pertanian dan Komunikasi Penelitian, 1994) Sutijah; Pusat Perpustakaan Pertanian dan Komunikasi PenelitianTanaman kapas (Gossypium hirsutum L.) adalah tumbuhan perdu yang dapat diusahakan di dataran rendah sampai ketinggian 700 m di atas permukaan laut. Sejarah tanaman kapas sudah ada sejak ribuan tahun sebelum Masehi. Gossypium hirsutum berasal dari Meksiko, berkembang ke Amerika Tengah, Hindia Barat, Florida, dan diintroduksi ke Asia serta Afrika, tetapi baru abad ke 16 kapas diusahakan secara intensif, dan pada abad ke 18 menjadi komoditas yang penting di Amerika Serikat. Penelitian kapas di Indonesia sudah dilakukan sejak zaman penjajahan Belanda. Hasil penelitiannya dapat ditelusuri melalui majalah atau publikasi lain yang terbit sejak tahun 1936, tetapi hasil penelitian serupa sulit ditemukan antara tahun 1940 - 1960-an. Sesudah itu baru ditemukan lagi hasil-hasil penelitian kapas di Indonesia. Pada tahun 1960-an banyak jenis kapas lokal di Indonesia yang diganti dengan kapas up land, atau G. hirsutum atau kapas Amerika. Tanaman kapas dimanfaatkan terutama untuk produksi seratnya, dan sebagai hasil samping adalah minyak makan dari biji kapas, serta bungkilnya untuk campuran makanan ternak. Di luar negeri, minyak biji kapas sudah dimanfaatkan sebagai minyak makan, sedangkan tepung biji kapas digunakan untuk bahan makanan campuran guna meningkatkan nilai proteinnya.
- ItemBaku Operasional Pengendalian Terpadu Penyakit Colletotrichum Pada Kakao(Direktorat Bina Perlindungan Tanaman, 1994) Direktorat Bina Perlindungan Tanaman; Direktorat Bina Perlindungan Tanaman
- ItemUsahatani Lada Perdu(Pusat Perpustakaan Pertanian dan Komunikasi Penelitian, 1994) Salim, Farida; Pusat Perpustakaan Pertanian dan Komunikasi PenelitianDari hasil rekayasa teknologi budi daya tanaman lada, telah dihasilkan lada perdu yang mempunyai efisiensi usahatani lebih tinggi daripada lada biasa. Dengan perkiraan produksi ±0,3 kg/tanaman yang ditanam dengan jarak tanam 1 x 1,5 m, setiap hektar tanaman lada perdu memberikan hasil yang hampir sama dengan tanaman lada biasa. Keuntungan menanam lada perdu ini adalah tanaman lebih cepat berproduksi, tidak memerlukan tiang panjat, populasi per satuan luas lebih banyak, pemeliharaan lebih mudah, tidak memerlukan lahan yang luas, dan mempunyai nilai estetika.
- ItemBudi Daya dan Pascapanen Jambu Mente(Pusat Perpustakaan Pertanian dan Komunikasi Penelitian, 1994) Lubis, Muhd. Yaqub; Pusat Perpustakaan Pertanian dan Komunikasi PenelitianEkspor kacang mente yang terus meningkat ini menunjukkan adanya peluang untuk menunjang kegiatan agro-industri/agribisnis jambu mente di pedesaan. Dalam hal ini dituntut peningkatan produktivitas dan kualitas, baik melalui intensifikasi, ekstensifikasi maupun diversifikasi. Agro-ekosistem kawasan timur Indonesia sangat sesuai untuk tanaman jambu mente. Untuk meningkatkan produktivitas perlu pemanfaatan dan penerapan teknologi budi daya meliputi penggunaan bahan tanaman unggul, penerapan kultur teknis yang tepat seperti keseimbangan kebutuhan air terutama untuk tanaman muda dan pemupukan berimbang, serta pengelolaan pasca panen yang tepat.
- ItemBaku Operasional Pengendalian Terpadu Hama Kelapa, Sexava spp.(Direktorat Bina Perlindungan Tanaman, 1994) Direktorat Bina Perlindungan Tanaman; Direktorat Bina Perlindungan Tanaman
- ItemBaku Operasional Pengendalian Hama Terpadu (PHT) Kutu Hijau (Coccus viridis) Green Pada Tanaman Kopi(Direktorat Bina Perlindungan Tanaman Perkebunan, 1994) Direktorat Bina Perlindungan Tanaman Perkebunan; Direktorat Bina Perlindungan Tanaman Perkebunan
- ItemPenyambungan Kopi Arabika Pada Robusta(Balai Informasi Pertanian Lampung, 1995) Balai Informasi Pertanian Lampung; Balai Informasi Pertanian Lampung
- ItemBudidaya Kelapa dan Penyadapannya(Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu, 1996) AR, Adeny Rozak; Damiri, Ahmad; Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu
- ItemPengendalian Penggerek Buah Kakao Conopomorpha cramerella Snellen(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kendari, 1997) Sjafaruddin, Muhammad; Ratule, Muhammad Taufiq; Djamaluddin, Rahmatia; Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kendari
- ItemUpaya Peningkatan Produksi Jambu Mete(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kendari, 1997) Djamaluddin, Rahmatia; Sahara, Dewi; Darwin, Muhammad; Irawan, YudiJambu mete merupakan salah satu komoditas andalan daerah Sulawesi Tenggara yang pada awalnya hanya ditanam sebagai program penghijauan pada lahan kritis. Oleh sebab itu pengelolaannya masih bersifat konvensional sehingga menyebabkan produksi dan produktivitas tanaman sangat rendah. Namun sejalan dengan lajunya pembangunan bidang ekonomi, maka komoditas ini berkembang pula menjadi produk unggulan yang besar artinya bagi daerah.
- ItemMonograf Panili(Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, 1998-12-12) Kemala, Syafril, dkk; Balittro
- ItemResponse of Five Kenaf Accessions to Shoot Regeneration(Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, 1999) Purwati, Rully Dyah; Sudjindro; Sudarmadji; Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan SeratThis experiment was aimed to study response of fives kenfa accession to shoot regeneratioo and to establish an appropriate regeaeraiea protocol for kenaf The experiment was performed at Tissue Culture Laboratory Research Institute for Tobacco and Fibre Crops (RITFC), MaJang, from June to Octo- ber 1997. Crtyledons with plumules attached were used as explants and culture medium for callus induction was MS-based medium with BAP (2 mgfl) and NAA (0.5 mgfl). Calli produced in this cultures were transferred into MS-based medium containing BAP (2 mgfl) and GAJ (5 mgfl) for shoot initiatioo. All shorts obtained were then sub-cultured in MS-based medium without regulators (MSO) for root formation. Rooted shorts (plantlets) were acclimatized in the sterile sand and transferred into sterile soil in the glass house. Results of this experiment showed that the most respoosive accessions were Cuba 10811, followed by KK 60, He 48, PI 324922, aid CRNI 056 H with the average number of shoots per explant 4.32 ± 4.21, 4.00± 4.01, 3.05 ± 2.98, 2.80± 1.47, and 2.72 ± 2.49, respectively, at 40 days after transferring on shoot regeneratica medium. Shoots rooted after 14 days on MSO medium with frequencies of 81.50-93.30%. Healthy plaatlets survived and grew well in soil media in the glass house. Therefore, an appropriate short regeneration protocol for kenafwas found,